ANCAMAN RADIKALISME SERAKAH

ANCAMAN RADIKALISME SERAKAH

Oleh: Duski Samad
Guru Besar UIN Imam Bonjol

 

 

Judul tulisan di atas sebagai bentuk keprihatinan terhadap kondisi bangsa saat ini. Umat dan rakyat yang menyuarakan kebenaran dan berjuang untuk tegaknya kebenaran, seringkali di framing dengan label buruk. Satu di antaranya ada stigma radikalisme.

Radikalisme sering dipakai untuk orang yang kritis terhadap pejabat negara, lebih bahaya sekali ketika radikalisme dilekatkan pada agama. Padahal yang berbahaya untuk bangsa ini adalah radikalisme yang melekat pada pikiran, syahwat dan keinginan penentu kebijakan publik dan penguasaha hitam.

Ancaman Radikalisme Serakah

Radikalisme selama ini kerap dipahami semata sebagai ekstremisme agama. Padahal, dalam realitas sosial-politik Indonesia, ada bentuk radikalisme lain yang justru lebih nyata merusak sendi kehidupan bangsa: radikalisme keserakahan. Radikalisme ini tumbuh ketika pejabat, pengusaha hitam, dan pihak-pihak lain mempertuhankan nafsu duniawi, merusak alam, serta mengorbankan moral publik demi keuntungan pribadi.

1.Radikalisme Keserakahan Pejabat Korup

Korupsi adalah wajah paling jelas dari radikalisme serakah. Pejabat yang diberi amanah rakyat justru menjadikan jabatan sebagai ladang memperkaya diri. Fakta menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir, sejumlah menteri dan pejabat tinggi ditangkap karena korupsi, mulai dari kasus suap, penyalahgunaan anggaran, hingga korupsi bansos.

Keserakahan ini bukan sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga radikalisme moral, karena merusak kepercayaan publik, melemahkan institusi negara, dan memperdalam jurang ketidakadilan. Jika dibiarkan, bangsa akan kehilangan arah dan generasi muda kehilangan teladan.

2.Pengusaha Hitam dan Ekonomi Predatoris.

Di balik pejabat korup, berdiri pengusaha hitam yang menjadi “donatur radikalisme serakah”. Mereka menguasai sumber daya dengan cara-cara kotor: monopoli, kartel, suap, serta eksploitasi buruh dengan upah murah.

Fenomena mafia pangan, mafia tambang, hingga mafia proyek adalah bukti nyata bahwa radikalisme serakah bukan sekadar ideologi, melainkan praktik sistemik yang mengorbankan kesejahteraan rakyat. Ekonomi predatoris ini melahirkan ketimpangan sosial yang tajam dan menumbuhkan frustrasi kolektif di tengah masyarakat.

3.Perusakan Alam: Radikalisme Ekologis.

Radikalisme serakah juga menjelma dalam bentuk eksploitasi lingkungan. Hutan digunduli, laut dikotori limbah industri, sungai dicemari, dan tambang ilegal merajalela. Semua demi keuntungan instan, tanpa peduli dampak jangka panjang.

Bencana banjir, tanah longsor, polusi udara, dan krisis air bersih adalah akibat langsung dari kerakusan yang tidak terkendali. Jika radikalisme agama merusak dengan kekerasan, radikalisme ekologis ini merusak kehidupan secara perlahan namun mematikan.

4.Krisis Moral: Fondasi Bangsa yang Runtuh

Radikalisme serakah tidak berhenti pada dimensi material. Ia merusak moral kolektif bangsa. Budaya konsumtif, hedonisme, politik transaksional, hingga lemahnya integritas pemimpin adalah tanda bahwa bangsa tengah sakit.

Agama yang mestinya menjadi pagar moral sering hanya dijadikan simbol, sementara esensinya ditinggalkan. Dalam kondisi ini, masyarakat mudah kehilangan arah, menjadikan uang dan kekuasaan sebagai ukuran tertinggi.

5.Jalan Keluar: Etika Publik dan Spiritualitas

Menghadapi ancaman radikalisme serakah, bangsa ini membutuhkan revolusi etika publik:

Penegakan hukum tegas tanpa pandang bulu bagi pejabat korup dan pengusaha hitam.

Pendidikan moral dan spiritual yang membumikan nilai kejujuran, keadilan, dan kesederhanaan.

Ekonomi berkeadilan yang mengutamakan kesejahteraan rakyat, bukan monopoli segelintir orang.

Gerakan hijau yang menempatkan keberlanjutan alam sebagai pilar pembangunan.

Islam dan kearifan lokal Nusantara mengajarkan bahwa keserakahan adalah musuh terbesar manusia. Dalam Al-Qur’an, Allah memperingatkan:>
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya.” (QS. Al-A’raf: 56)

Hadis Nabi juga menegaskan: “Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi anak Adam beberapa suap makanan yang dapat menegakkan tulang punggungnya.” (HR. Tirmidzi).

Penutup

Radikalisme serakah lebih berbahaya daripada radikalisme agama. Jika radikalisme agama mengancam stabilitas politik, maka radikalisme serakah merusak struktur moral, ekonomi, dan ekologi bangsa. Lawannya bukan hanya regulasi, tetapi juga kesadaran kolektif bahwa bangsa ini hanya akan bertahan jika kejujuran, kesederhanaan, dan kepedulian dijadikan pegangan bersama.

Leave a Reply

News Feed