BAGAIMANA KESIAPAN DUNIA WISATA SUMATERA BARAT MENYAMBUT LEBARAN DAN LIBURAN 1446H/2025M?
Oleh: Azwirman,S.Pd
Apa yang menjadi tujuan masyarakat ketika memasuki musim Liburan? terutama lebaran? ya, jelas tempat-tempat wisata “diserbu” pengunjung, baik pengunjung lokal, nasional dan Internasional.
Sumatera Barat, adalah salah satu dari sedikit provinsi di Indonesia yang menjadi tujuan wisata, terutama wisata Alam. Mulai dari keindahan pantainya yang memukau, gunung dan bukit yang menjulang indah hingga air danau yang sebening kaca, sejuk dan memanjakan para pengunjung yang datang dari berbagai wilayah terutama di Pulau Sumatera hingga pulau seberang (luar Sumatera)
Sumatera Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki objek wisata yang nyaris semuanya ada dan tersedia. Sebutlah, mulai dari pulau, pantai, laut dan bawah laut, sungai, air terjun, dataran rendah, perbukitan, pegunungan, dataran tinggi, gunung api dan danau. belum lagi dengan budayanya yang kaya dan khas serta kuliner yang enak terkenal diseantero dunia (rendang)
Namun, setiap liburan selalu saja ada informasi yang tidak sedap tentang wisata di Sumatera Barat. bukan masalah keindahan alamnya namun hal yang jauh lebih penting dari itu, yaitu Sumber daya Manusia (SDM)
Mulai dari Tingkat atas, para pengambil kebijakan, hingga tukang jual kaki lima keliling yang kurang ramah dalam menyambut para warga yang berdatangan ke lokasi wisata dan objek wisata.
Kita bisa melihat fakta dilapangkan semisal, retribusi untuk objek wisata yang tergolong mahal bagi sebagian objek wisata dan bagi wisatawan hingga Aksi “pemalakan” yang berkedok parkir, layanan yang kurang ramah, makanan yang dijual ke pengunjung dengan cara “main pakuak”(harga makanan minuman yang tidak masuk akal) sampah yang berserakan, sarana dan prasarana penunjang yang minim hingga akses jalan yang buruk.
Kita tentu tidak ingin masalah ini berlarut-larut tanpa penyelesaian, dan untuk itu semua pihak agar punya kesadaran untuk terus berbenah.
Para pengambil kebijakan, dalam hal ini pemerintah, terutama yang menjadikan sektor industri pariwisata sebagai ujung tombak pembangunan ekonomi, harus memahami bahwa dalam urusan dunia kepariwisataan juga ada ilmunya, ada teorinya, tidak semudah membalikkan telapak tangan ketika mengurus dan mengatur dunia pariwisata. Tidak salah kalau beberapa kampus perguruan tinggi yang membuka fakultas atau jurusan ilmu pariwisata.
Salah satu kajian dalam ilmu pariwisata adalah tentang “Sapta pesona” dan berikut adalah penjelasan dari apa yang dimaksud dengan Sapta pesona pariwisata.
Sapta pesona dapat diartikan sebagai sebuah konsep sadar wisata yang mana tujuan diterapkan konsep ini adalah untuk menarik minat dan perhatian para wisatawan untuk berkunjung ke objek wisata yang sedang dikembangkan. Konsep ini dipopulerkan oleh menteri pariwisata, pos dan telekomunikasi era pak Harto tahun 1988-1993.
Sebenarnya, wisata apapun bentuknya, apakah wisata alam, budaya dan kuliner serta wisata sejarah, tidak harus dalam bentuk yang muluk-muluk. cukup penuhi syarat, sebagaimana di istilahkan dengan sapta pesona diatas. Adapun tujuh (Sapta) konsep sadar wisata itu diantaranya adalah;
1. Wujudkan RASA AMAN.
Baik masyarakat, pengelola hingga pengunjung harus bisa mengendalikan diri untuk tidak membuat masalah sehingga mengganggu pengunjung lain dan tidak betah berlama-lama. padahal salah satu tujuan orang berwisata adalah mencari ketenangan dan kesenangan, ketenangan dan kesenangan hanya bisa diwujudkan jika rasa aman para pengunjung bisa dijamin oleh pihak pengelola dan yang berhubungan dengannya.
2. Wujudkan KETERTIBAN
TERTIB itu bisa terwujud jika semua pihak sudah terbiasa dengan kedisplinan, disiplin dalam memarkirkan kendaraan, disiplin dalam antrean, disiplin dalam mematuhi aturan di tempat wisata. Siapa yang harus disiplin? Diantaranya tentu, Pengunjung, pengelola dan juga masyarakat.
3. Wujudkan KEBERSIHAN
KEBERSIHAN itu sebenarnya bukan tanggung jawab tukang sapu dan tukang sampah, kebersihan itu tanggung jawab pengunjung, pengelola dan masyarakat. makanya, setiap kita harus punya kantong sampah masing-masingnya. Salah satu masalah sosial di negeri ini adalah sampah. Sejak dulu kita diajarkan disekolah bagaimana cara membuang sampah, dimana sampah dibuang, semua sudah diusahakan untuk dibiasakan, dirumah dan disekolah. Namun, kita belum berhasil mewujudkan masyarakat yang sadar dengan sampah. Di Jepang, konon tidak ada tukang sampah, sebagaimana dijepang tidak ada satpam yang mengatur orang untuk bisa antre dalam urusan pelayanan.
Namun, kita sudah banyak habis anggaran untuk tukang sampah dan sampah yang sering menimbulkan masalah. Gunungan sampah bahkan pernah merenggut nyawa puluhan orang. Ada ribuan tukang sapu dijalan, namun sampah kita tetap kita buang sembarangan tempat. Ya di jalan, di taman, fasilitas umum, di stasiun, di terminal, apalagi di pasar. Selokan kita penuh dengan sampah, sungai kita penuh dengan sampah dan di rumah kita juga banyak sampahnya. Siapa yang melakukan semua ini? Jelas, kita. Siapa lagi?
4. Wujudkan KESEJUKAN
KESEJUKAN itu bukan karena tempat wisatanya kebetulan di ketinggian sehingga ber udara sejuk. kesejukan itu terwujud jika kebersihan, ketertiban dan keamanan terwujud. Ada istilah sejuk dipandang mata, maknanya adalah ketika kita berada di suatu tempat atau lokasi, yang mana lokasi itu bersih, aman dan tertib. Ditambah dengan udaranya yang sejuk,makin “sejuk” saja lokasi itu.
5. Wujudkan KEINDAHAN
KEINDAHAN itu, tidak saja pada objek wisatanya, namun yang lebih penting adalah terwujudnya komponen sapta pesona tadi. Setelah semua yang mendukung kesejukan terpenuhi maka, terwujudlah keindahan, apalagi dipadukan dengan alamnya yang indah dalam arti yang sebenarnya. Alangkah makin indahnya Ngarai Sianok di Bukittinggi seandainya terwujud keamanan, kebersihan, kenyamanan dan ketertiban.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim, Rasulullah Saw bersabda:
“Sesungguhnya Allah itu indah dan mencintai keindahan” (HR.Muslim)
6. Wujudkan KERAMAHAN
Ramah itu sebenarnya sifat asli orang Indonesia. Namun, karena sudah terjadi pergeseran nilai dan norma, untuk sekedar senyum yang ikhlas saja kita kesulitan untuk melakukannya.
KERAMAHAN itu jangan diartikan dengan jalan selalu menunduk dan ketika bertemu dengan orang asing lalu membungkuk. Keramahan itu sifat yang tidak dibuat – buat, apa adanya dalam menerima tamu untuk dilayani semaksimal mungkin dalam hal ini tentu para wisatawan. Sehingga wisatawan yang datang sangat luas dan ingin sekali untuk datang lagi dan lagi ke tempat wisata yang kita selenggarakan. Dalam makna positif tentunya. Apalagi di Sumatera Barat, kita sudah punya konsep wisata halal (Halal Tourism) dan indikasinya bisa kita lihat dari hotel dan penginapan yang berlabel syariah, semisal tidak menyediakan minuman beralkohol, makanan haram, tamu dilarang membawa pasangan yang tidak sah (pacar) ke penginapan dan sarana semisal kolam renang yang memisahkan antara laki-laki dan perempuan.
Saya sangat setuju dengan konsep halal wisata (Halal Tourism) yang penting kita konsisten dengan konsep ini.
7. Wujudkan KENANGAN
Wisata yang aman, nyaman, tertib, bersih, ramah, dan indah akan menjadi kenangan bagi wisatawan sehingga tempat itu dirindui untuk dikunjungi kembali. Alangkah ruginya para pengelola dan masyarakat serta pemerintah gagal mewujudkan Sapta pesona pariwisata di Sumatera Barat. Disamping kehilangan dan kerugian dari segi ekonomi, kita juga kehilangan kepercayaan dari masyarakat Indonesia terutama pencinta wisata dan pegiat dunia pariwisata. Kalau sudah begini, bagaimana kita mengembalikan kepercayaan itu?
Kalau mau jujur, kenapa Sumatera Barat masih kalah jauh dibandingkan dengan provinsi lain di Indonesia yang kualitas objek wisatanya relatif sama dengan Sumbar, Terutama wisata alam. Karena kita belum bisa maksimal dalam mewujudkan Sapta pesona pariwisata di Sumatera Barat. Keindahan alam Sumatera Barat tidak ada yang meragukannya, Sapta pesona pariwisata di Sumatera Barat masih banyak yang meragukannya.
Semoga tulisan sederhana ini menjadi masukan dan perbaikan bagi kita, masyarakat, pengelola objek wisata dan pemerintah selaku pihak yang mengambil kebijakan berupa aturan dan lain sebagainya
Wallahu a’lam bish showwab