BEASISWA LP3N UNTUK 527 SANTRI MTI: Menguatkan Tradisi Kitab Kuning dan Keterlibatan Masyarakat

BEASISWA LP3N UNTUK 527 SANTRI MTI: Menguatkan Tradisi Kitab Kuning dan Keterlibatan Masyarakat

Oleh:
Duski Samad
Guru Besar UIN Imam Bonjol dan Pembina LP3N

 

 

Lembaga Penyelenggaraan Pendidikan Perti (LP3N) sebagai badan otonom PERTI dengan Direkturnya Ustad Abdul Somad (UAS) sejak dikukuhkan 23 April 2025 telah bergerak cepat memberikan dukungan bagi akselerasi Pendidikan Perti, satu di antaranya memberikan beasiswa 527 orang santri pada MTI dan Pesantren Perti di Riau dan Sumatera Barat.

Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) adalah salah satu pilar penting pendidikan Islam tradisional di Indonesia, khususnya dalam naungan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI). Lembaga ini dikenal sebagai benteng tafaqquh fiddin dengan ciri khas pengkajian kitab kuning yang diwariskan para ulama Ahlussunnah wal Jama’ah.

Inisiatif LP3N memberikan 527 beasiswa untuk santri MTI adalah langkah strategis dan monumental, bukan hanya untuk meringankan beban biaya pendidikan, tetapi juga untuk menguatkan keberlanjutan tradisi keilmuan klasik yang menjadi ruh PERTI.

Urgensi Beasiswa untuk Santri Kitab Kuning

Kehadiran LP3N untuk menata, meneguhkan jaringan dan pembinaan pengajian kitab standart berkewajiban mencegah putusnya mata rantai Keilmuan.

Tradisi kitab kuning bukan sekadar pembelajaran teks, tetapi transmisi sanad ilmu dari guru ke murid. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi…” (HR. Abu Dawud, Tirmidzi).

Tanpa dukungan biaya, banyak santri potensial terancam putus studi, yang berarti menghambat regenerasi ulama.

Beasiswa bahagian dari menjawab tantangan ekonomi umat. Al-Qur’an memerintahkan untuk membantu orang berilmu yang kesulitan ekonomi:”…Jika mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dari karunia-Nya…” (QS. An-Nur: 32)
Ayat ini menunjukkan bahwa dukungan terhadap mereka yang berada di jalan ilmu adalah bentuk investasi akhirat.

Penguatan Khittah MTI.
MTI didirikan untuk memurnikan tafaqquh fiddin. Dukungan beasiswa adalah bentuk konkret mempertahankan khittah tersebut di tengah gempuran arus pendidikan yang pragmatis.

Keterlibatan Masyarakat: Dari Donatur ke Mitra Pendidikan
Tradisi pesantren dan MTI tidak pernah berdiri sendiri. Sejak awal, ia tumbuh karena dukungan masyarakat: tanah wakaf, gotong-royong membangun surau, bantuan makan santri, dan beasiswa mandiri.

Bentuk Keterlibatan yang Dapat Dilakukan Masyarakat:
Wakaf Pendidikan
Masyarakat dapat mewakafkan tanah, bangunan, atau dana operasional khusus untuk MTI dan santrinya.

Beasiswa Gotong-Royong. Setiap nagari/kampung menetapkan iuran rutin untuk membantu santri asal daerahnya yang belajar di MTI.

Pendampingan Kewirausahaan Santri.
Membekali santri dengan keterampilan ekonomi produktif tanpa mengganggu jam belajar kitab kuning.

Kolaborasi dengan Alumni MTI. Jaringan alumni dapat menjadi motor penggalangan dana dan peningkatan kualitas pembelajaran.
Investasi pada Pendidikan Kitab Kuning
Secara akademis, studi tentang pesantren dan madrasah tradisional menunjukkan bahwa:

Kitab kuning adalah mengajarkan critical thinking berbasis nash dan ijtihad ulama, melatih problem solving melalui bahtsul masail.

Penelitian Azyumardi Azra (2013) menunjukkan bahwa lulusan pesantren tradisional memiliki ketahanan moral yang tinggi, mampu menjadi agen moderasi agama.

UNESCO (2015) menegaskan bahwa pendidikan berbasis nilai dan tradisi lokal memiliki tingkat keberlanjutan sosial lebih tinggi dibanding model pendidikan instan.
Harapan Jangka Panjang

Melahirkan Ulama Moderat dan Berpengaruh.
Santri penerima beasiswa diharapkan menjadi ulama amilin yang menguasai turats sekaligus memahami konteks kekinian.

Efek Berganda. Dukungan LP3N diharapkan memicu partisipasi donatur, pemerintah, dan masyarakat luas.

Penguatan ABS-SBK
Filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah semakin hidup melalui keberadaan santri yang fasih kitab kuning.

Memberi beasiswa untuk santri kitab kuning bukan sekadar amal kebajikan, tapi strategi membangun peradaban. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim)
LP3N telah memulai langkah besar ini dengan memberi 527 beasiswa. Kini, saatnya masyarakat menjadi mitra aktif, agar tradisi keilmuan MTI terus berdenyut dan melahirkan generasi ulama masa depan.

Kesimpulan
Lembaga Penyelenggaraan Pendidikan Perti (LP3N) untuk santri Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) dan pesantren PERTI di Riau serta Sumatera Barat merupakan langkah strategis yang memiliki tiga makna penting sekaligus.

Pertama, menjaga kesinambungan tradisi keilmuan kitab kuning yang selama berabad-abad menjadi ruh pendidikan PERTI dan benteng tafaqquh fiddin Ahlussunnah wal Jama’ah. Dengan beasiswa ini, mata rantai sanad ilmu dari guru ke murid tetap terjaga, memastikan lahirnya generasi ulama penerus.

Kedua, menjawab tantangan ekonomi umat dengan memastikan santri berpotensi tidak terhenti pendidikannya hanya karena keterbatasan biaya. Hal ini sejalan dengan perintah Al-Qur’an untuk membantu mereka yang berjuang di jalan ilmu, dan merupakan investasi sosial-akhirat yang berdampak panjang.

Ketiga, memperkuat khittah MTI sebagai lembaga pendidikan yang istiqamah memurnikan tafaqquh fiddin di tengah arus pragmatisme pendidikan.

Dukungan LP3N ini menjadi pengokoh fondasi moral, intelektual, dan spiritual yang dibutuhkan umat.
Namun, keberhasilan program ini tidak bisa hanya bergantung pada LP3N. Keterlibatan aktif masyarakat mutlak diperlukan: mulai dari wakaf pendidikan, beasiswa gotong-royong, pendampingan kewirausahaan santri, hingga kolaborasi alumni MTI. Dengan sinergi ini, pesantren dan MTI dapat terus menjadi pusat pembinaan akhlak, ilmu, dan kepemimpinan umat.

Secara akademis, pendidikan kitab kuning terbukti menanamkan kemampuan berpikir kritis berbasis nash, melatih pemecahan masalah melalui bahtsul masail, serta menumbuhkan ketahanan moral. Kajian Azyumardi Azra (2013) dan temuan UNESCO (2015) menegaskan bahwa pendidikan berbasis nilai dan tradisi lokal memiliki tingkat keberlanjutan sosial lebih tinggi dibanding model instan.

Akhirnya, program beasiswa ini diharapkan melahirkan ulama moderat dan berpengaruh, memicu efek berganda dalam dukungan publik, dan memperkuat filosofi Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah. Seperti sabda Rasulullah ﷺ: “Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim).
LP3N telah memulai langkah besar ini; kini saatnya seluruh elemen masyarakat menjadi mitra aktif demi memastikan tradisi keilmuan MTI terus berdenyut, membentuk generasi ulama masa depan, dan membangun peradaban yang berlandaskan ilmu dan akhlak.DS14082025