DENGAN APA MEMBANGUN ORGANISASI PERTI? Oleh: Duski Samad

DENGAN APA MEMBANGUN ORGANISASI PERTI?

Oleh: Duski Samad
Wakil Ketum PP Perti

 

 

Judul di atas diangkat dari tanggapan tokoh dan ulama Perti yang sangat mendambakan kebangkitan Perti, walau dihatinya ada kegamangan rasanya sulit bangkit di tengah tokoh umat dan umat yang pragmatis dan uang menjadi motor pengerak apapun jua.

Tulisan sebelum ini yang mengangkat tema MILAD PETTI 97 Mengenang Sejarah dan Membangun Masa Depan Organisasi Perti mendapat respon luas. Lebih lagi setelah Ustad Abdul Somad (UAS) menyiapkan diri sebagai Direktur memimpin Lembaga Penyelenggaraan Perti Nasional (LP3N), yang mendapat apresiasi dan harapan kuat bangkitnya Perti di abad 21 ini.

Artikel ini ingin memberikan pandangan dengan apa dan kekuatan organisasi Perti apa yang akan dibangun.

Membangun organisasi PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah) berarti menghidupkan kembali ruh perjuangan pendidikan, dakwah, dan sosial Islam yang berakar pada warisan ulama-ulama besar Minangkabau seperti Syekh Sulaiman ar-Rasuli, Syekh Muhammad Jamil Jaho, dan ulama sepaham dengan di awal abad 20 lalu.

Harus diakui membangunkan kembali ruh pendidikan, dakwah dan sosial bagi semua pengerak organisasi dan umat yang setia pada paham ahlussunah wal jamaah adalah kerja yang tak mudah. Setelah separuh umur organisasi seperti “mati suri” ruh juang pendidikan, dakwah dan sosial yang menjadi tri bakti sejak awal didirikan.
Pengalangan umat untuk tujuan politik kekuasaan dan pola pikir pragmatis mesti diluruskan.

Kembalikan semangat pendidikan, dakwah dan sosial secara utuh, terukur sesuai kebutuhan zaman. Tanda-tanda ke arah ini hilalnya sudah kelihatan. Seminar internasional, Muzakarah Pendidikan Perti di Pekan Baru 22-24 April 2025 dan dilantiknya UAS sebagai ketua LP3N diharapkan menjadi triger kebangkitan pendidikan, dakwah dan sosial PERTI.

APA yang segera mesti dibangun kembali dalam organisasi PERTI:

1.IDENTITAS IDEOLOGIS:
Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Asy’ariyah-Maturidiyah, Syafi’iyah, dan Tasawuf al-Ghazali).
Warisan keulamaan tradisional dan turats (kitab kuning).

Menegaskan jati diri sebagai penjaga paham ahlussunah waljamaah adalah memerlukan komitmen ideologi keagamaan yang washatiyah (moderat), menolak paham dan gerakkan yang mengedepan kekerasan dan praktik beragama yang menempatkan adat dan budaya dalam kontek “al ‘adatu muhkamah” seperti dimaksud oleh falsafah Adat Basandi Syarak – Syarak Basandi Kitabullah.

2.LEMBAGA DAN KEPEMIMPINAN:
Kelembagaan PERTI: dari pusat hingga ranting, bukan saja ada, sudah harus menampakkan diri menolong umat dan dirasakan kehadiran mereka sebagai rumah umat untuk umat.

Regenerasi dan kaderisasi pemimpin (ulama, pendidik, aktivis sosial) yang sejatinya selalu lahir setiap tahunnya melalui Madrasah Tarbiyah Islamiyah, Pondok Pesantren dan lembaga yang berafiliasi. Sayang kader muda nan cerdas ini belum maksimal diayomi oleh lembaga dan kepemimpinan organisasi sesuai jenjangnya.

3.PENDIDIKAN DAN DAKWAH:
Revitalisasi Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI)
Dakwah bil hikmah: mengakar di masyarakat adat, sopan, dialogis, dan membangun.

Revitalisasi Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI)
Tujuan: Menghidupkan kembali fungsi MTI sebagai pusat pengkaderan ulama, pendidik, dan pejuang umat.

Strategi:
Standardisasi kurikulum MTI berbasis kitab kuning, tasawuf amali, dan nilai-nilai adat basandi syarak

Pelatihan guru MTI secara berkala dengan pendekatan turats dan pedagogi modern

Pembangunan jaringan MTI se- Nusantara dalam satu sistem koordinasi nasional

Sertifikasi mutu dan akreditasi MTI berbasis kemandirian, bukan birokratisasi

Program unggulan:
Ma’had Aly dan Universitas PERTI untuk kaderisasi ulama lanjutan

Pesantrenpreneur PERTI: integrasi pendidikan, ekonomi, dan sosial.
Gerakan 1000 Guru Kitab PERTI dalam 5 tahun ke depan

Dakwah Bil Hikmah: Mengakar, Sopan, dan Membangun
Prinsip: Dakwah PERTI tidak keras dan konfrontatif, tetapi menyentuh hati, menjunjung akhlak, dan menghormati adat.

Strategi:
Memperkuat posisi ulama adat dalam struktur sosial nagari

Membangun media dakwah PERTI: YouTube, TikTok santri, dan radio komunitas

Membina majelis taklim berbasis kitab klasik dan kearifan lokal

Pelatihan muballigh dan da’i adat berbasis syarak mangato – adat mamakai

Program unggulan:
TV sebagai pusat dakwah dan edukasi
Dai Nagari: pengiriman da’i PERTI ke nagari-nagari strategis
Kampanye Dakwah Digital Aswaja PERTI: menjawab tantangan dakwah era digital

Slogan operasional: “Dari Surau ke Dunia: Ilmu Turats untuk Generasi Cerdas dan Beradab”

4.KETAHANAN SOSIAL UMAT:
Pemberdayaan ekonomi (koperasi, BMT, zakat).
Advokasi sosial dan kebijakan publik pro-umat

DENGAN APA membangun organisasi PERTI:

1.DENGAN ILMU DAN KADERISASI
Menghidupkan halaqah kitab, ma’had aly, beasiswa kader ulama

Pendidikan berjenjang (RA–MTI- Ma’had dan Universitas Perti)

2.DENGAN STRUKTUR YANG KUAT DAN DINAMIS
Menyusun ulang struktur dari pusat ke ranting. Regenerasi pengurus yang representatif dan kolaboratif

3.DENGAN MEDIA DAN DIGITALISASI.
Majalah, dakwah YouTube, website MTI/Perti. TV atau Radio Dakwah PERTI

4.DENGAN ADAT DAN KULTUR LOKAL
PERTI harus kembali menjadi bagian dari struktur masyarakat di nagari/Desa unit terdepan dalam negara. Kolaborasi dengan ninik mamak dan cadiak pandai serta organisasi lainnya.

5.DENGAN KEMITRAAN DAN KEBIJAKAN.
Membangun hubungan strategis dengan Pemda, kampus, MUI, ormas, dan pesantren

Akhirnya ingin ditegaskan bahwa PERTI sebagai modal umat dan bangsa yang diwariskan ulama ini mesti terus dibangun organisasinya sesuai kehendak zaman. Semangat menuju satu abad Perti tentu menjadi energi untuk bangkit dan menata diri kembali.DS.4F @superjet765soetta tolombok04052025milad97.

Leave a Reply