DOSEN PARADOK Oleh: Duski Samad

Artikel Tokoh149 Views

DOSEN PARADOK

Oleh: Duski Samad
Guru Besar UIN Imam Bonjol

Presiden Indonesia ke 8 menulis buku berjudul “Paradoks Indonesia”. Karya Prabowo Subianto ini mengulas berbagai isu strategis yang dianggap sebagai paradoks atau kontradiksi dalam pembangunan Indonesia. Buku ini dirilis pada 2017 dan menjadi salah satu rujukan dalam kampanye Prabowo saat Pilpres 2019.

Buku ini berisi kritik terhadap kebijakan yang dianggap tidak berpihak pada rakyat.
Buku ini juga mencerminkan visi Prabowo tentang Indonesia yang lebih kuat, berdaulat, dan adil. Meskipun menuai kritik dan dukungan dari berbagai pihak, ide-ide yang disampaikan dalam buku ini menjadi bagian penting dari narasi politiknya.

Indonesia Paradok, juga tengah menjakiti profesi, tupoksi, karir dan jabatan dosen. Perdebatan soal karier, jabatan akademik, kehormatan, dan etika akademik dosen menjadi sorotan publik dan secara berkesinambungan dimuat harian Kompas dalam hampir satu tahun terakhir. Keadaan ini selaras dengan pemberitaan buruk yang juga terus muncul, berkenaan krisis reputasi dosen dan perguruan tinggi, misalnya yang terjadi di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.(Masduki, opini kompas, 19 Desember 2024).

Pernyataan Masduki di atas merefleksikan kondisi dosen di era digital khususnya dengan terbitnya regulasi dalam bentuk
Permendikbudristek No 44/2024 yang materi pengaturannya memberi harapan sekaligus memicu kekhawatiran. Permen ini tak menyinggung aspek dasar yang melekat pada dosen sebagai kaum intelektual.

Sepanjang Republik Indonesia ada dan sudah melekat dalam mememori kolektif bahwa profesi dosen itu berbeda dengan guru biasa, dan profesi sejenis lainnya. Dosen itu pilar peradaban dan agent perubahan adalah entitas akademik yang independen, otonom, dan intelektual yang lazim disebut masyarakat ilmuwan.

INDEPENDENSI DOSEN
Independensi dosen mengacu pada kebebasan akademik yang dimiliki oleh dosen dalam menjalankan tugas-tugas mereka, baik dalam bidang pengajaran, penelitian, maupun pengabdian masyarakat. Prinsip ini sangat penting untuk memastikan bahwa dosen dapat berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan tanpa tekanan, intervensi, atau pembatasan yang bersifat politis, institusional, atau ideologis.

Dosen memiliki kebebasan untuk mengajar, meneliti, dan mengembangkan ide-ide berdasarkan keilmuan tanpa campur tangan pihak luar, termasuk pemerintah, institusi, atau kelompok tertentu.

Kebebasan dosen disertai tanggung jawab etis untuk menjaga integritas akademik, menghormati kebenaran ilmiah, dan tidak menyalahgunakan kebebasan tersebut untuk kepentingan pribadi.

Institusi pendidikan tinggi berkewajiban mendukung independensi dosen dengan menyediakan lingkungan yang kondusif untuk kebebasan akademik, misalnya melalui kebijakan yang melindungi dosen dari tekanan eksternal.

Independensi dosen seringkali menghadapi tantangan, seperti intervensi politik, kepentingan birokrasi, atau tekanan dari kelompok tertentu. Selain itu, tuntutan administratif dan regulasi terkadang mengurangi ruang kebebasan dosen untuk fokus pada pengajaran dan penelitian.

OTONOMI DOSEN
Otonomi dosen adalah hak dan kewenangan seorang dosen untuk mengambil keputusan dan menjalankan tugasnya secara mandiri, baik dalam pengajaran, penelitian, maupun pengabdian masyarakat, sesuai dengan keilmuan, etika, dan prinsip profesionalitas. Otonomi ini bertujuan untuk memastikan dosen dapat berkontribusi secara optimal dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan tanpa tekanan atau campur tangan berlebihan dari pihak lain.

Ciri-Ciri Otonomi Dosen
1. Kebebasan dalam Pengajaran
Dosen memiliki hak untuk menentukan metode pengajaran, bahan ajar, dan kurikulum yang relevan, selama sesuai dengan standar akademik dan kebutuhan mahasiswa.

2. Kebebasan dalam Penelitian
Dosen dapat memilih topik penelitian sesuai minat, kebutuhan masyarakat, dan perkembangan ilmu pengetahuan, tanpa paksaan atau intervensi pihak tertentu.
3. Tanggung Jawab Akademik
Otonomi dosen harus disertai dengan tanggung jawab untuk memastikan bahwa keputusan dan tindakan mereka tetap berlandaskan integritas, etika, dan kebermanfaatan bagi masyarakat.

4. Hubungan dengan Institusi
Meskipun memiliki otonomi, dosen tetap terikat dengan kebijakan dan visi-misi institusi tempat mereka bekerja. Namun, institusi seharusnya tidak membatasi kreativitas atau inisiatif akademik dosen.

Otonomi Dosen seringkali menghadapi
Intervensi eksternal. Pengaruh politik atau tekanan dari pihak tertentu yang membatasi kebebasan dosen dalam meneliti atau mengajar. Beban administratif, banyak dosen di Indonesia merasa kewalahan dengan beban administratif yang mengurangi waktu mereka untuk mengajar atau meneliti.

Keterbatasan anggaran, kurangnya dukungan finansial sering menjadi kendala bagi dosen untuk menjalankan otonomi, terutama dalam penelitian. Kekakuan birokrasi regulasi yang terlalu ketat atau tidak fleksibel dapat menghambat kreativitas dosen dalam melaksanakan tugasnya.

MASYARAKAT ILMUWAN
Konsep dosen sebagai masyarakat ilmuwan (scientific community) menempatkan dosen sebagai bagian dari komunitas intelektual yang bertugas mengembangkan, menyebarluaskan, dan mempraktikkan ilmu pengetahuan demi kemajuan masyarakat. Sebagai masyarakat ilmuwan, dosen memiliki tanggung jawab untuk menjalankan tugas akademik dengan mengedepankan nilai-nilai keilmuan, integritas, dan etika profesional.

Peran Dosen sebagai Masyarakat Ilmuwan
1. Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Dosen berkontribusi melalui penelitian yang menghasilkan temuan baru, inovasi, atau solusi atas permasalahan di masyarakat.
2. Penyebarluasan Ilmu
Melalui pengajaran dan publikasi ilmiah, dosen menyebarkan pengetahuan kepada mahasiswa, akademisi lain, dan masyarakat umum.
3. Pembentukan Generasi Berilmu
Dosen membimbing mahasiswa untuk menjadi individu yang kritis, kreatif, dan berintegritas, sehingga mampu berperan dalam pembangunan bangsa.
4. Kolaborasi Akademik
Sebagai bagian dari masyarakat ilmuwan, dosen menjalin kerja sama dengan akademisi lain di tingkat nasional dan internasional untuk memperluas wawasan dan cakupan keilmuan.
5. Pengabdian kepada Masyarakat
Pengetahuan yang dimiliki dosen diimplementasikan untuk memecahkan masalah dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat, misalnya melalui program pengabdian masyarakat.

Dosen sebagai Masyarakat Ilmuwan.
Kritis dan Rasional.
Menggunakan pendekatan berbasis data dan analisis objektif dalam melihat fenomena.
Berdasarkan Etika dan Integritas.
Menjaga kejujuran akademik, menghindari plagiarisme, dan menghormati hak cipta.

Terbuka terhadap Kritik dan Inovasi
Selalu siap menerima masukan dan memperbarui pemahaman sesuai dengan perkembangan ilmu.
Berorientasi pada Kemanusiaan.
Menggunakan ilmu untuk kepentingan publik, bukan semata untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Tantangannya dosen sebagai masysrakat ilmiah di antaranya minimnya dukungan penelitian. Keterbatasan anggaran dan fasilitas penelitian sering kali menghambat dosen untuk berkembang sebagai ilmuwan.

Tekanan birokrasi berupa beban administratif yang tinggi mengurangi fokus dosen pada aktivitas akademik. Kurangnya kolaborasi karena masih minimnya kerja sama lintas institusi atau lintas negara untuk mengembangkan ilmu.

SIASATI BIROKRASI
Tantangan dosen tak kalah hebatnya adalah birokrasi kampus yang cendrung serba digital dengan menugaskan semua tetek bengek administrasi kepada dosen, disamping juga mengekang dosen untuk hadir presensi pagi dan sore layaknya tenaga kependidikan.

Logika paradok yang masih mengungkung pengelola birokrasi kampus menempatkan dosen dengan beban tugas super berat. Kehadiran print pinger, laporan kerja harian (LKH), laporan beban kerja dosen (BKD) tiap semester, Ekin sekali tiga bulan, apel pagi bagi dosen tugas tambahan, upacara bendera hari besar, semua itu bila disandingkan dengan esensi dan tupoksi dosen jauh panggang dari api.

Dosen, seperti halnya semua anggota komunitas kampus, memang terbebani oleh administrasi dan birokrasi. Mensiasati beban ini bukanlah tugas yang mudah, dan solusinya beragam, tergantung konteks dan universitasnya. Beberapa pendekatan yang bisa dilakukan.

Pemanfaatan Teknologi.
Sistem Manajemen Pembelajaran (LMS). Penggunaan LMS yang efektif bisa mengotomatisasi banyak tugas administrasi, seperti pengumpulan tugas, penjadwalan pertemuan, dan pemberian umpan balik. Dosen bisa fokus pada pengajaran dan interaksi dengan mahasiswa.

Aplikasi otomatisasi ada banyak aplikasi yang bisa membantu mengelola data mahasiswa, jadwal, dan tugas-tugas administrasi lainnya. Ini bisa mengurangi beban manual dan meningkatkan efisiensi.

Digitalisasi dokumen dengan menggunakan format digital untuk dokumen penting (misalnya, proposal, laporan) bisa mempercepat proses dan mengurangi kertas.

Optimalisasi waktu dan organisasi. Perencanaan yang tepat dengan membuat jadwal yang terstruktur dan realistis untuk tugas-tugas administrasi bisa mencegah penumpukan pekerjaan.

Prioritas dan delegasi dengan mengenali tugas-tugas yang paling penting dan mendelegasikan tugas yang memungkinkan kepada asisten atau staf bisa sangat membantu.

Teknik manajemen waktu dengan menggunakan teknik manajemen waktu seperti metode Pomodoro atau teknik lain bisa meningkatkan produktivitas dalam mengerjakan tugas administrasi.

Komunikasi dan kolaborasi dan koordinasi dengan staf administrasi membangun komunikasi yang baik dengan staf administrasi bisa memudahkan proses administrasi dan mengurangi kesalahpahaman.

Forum dan grup diskusi forum atau grup diskusi internal bisa menjadi wadah untuk berbagi informasi dan solusi terkait masalah administrasi. Dukungan antar dosen mendapatkan dukungan dan berbagi pengalaman dengan dosen lain bisa membantu dalam mengatasi tantangan administrasi.

Advokasi dan perubahan kebijakan.
Kritik konstruktif dengan memberikan masukan kepada pihak terkait mengenai kebijakan atau prosedur administrasi yang tidak efisien bisa membantu menciptakan sistem yang lebih baik.

Mengusulkan solusi dengan menawarkan solusi praktis untuk mempermudah administrasi kampus bisa menjadi kontribusi yang berharga. Berpartisipasi dalam forum berpartisipasi dalam forum atau pertemuan yang membahas isu administrasi kampus bisa menjadi cara untuk mengadvokasi perubahan yang diperlukan.

Pentingnya keseimbangan dengan .emprioritaskan kesehatan mental. Beban administrasi yang tinggi bisa berdampak pada kesehatan mental. Dosen perlu menjaga keseimbangan antara tugas akademik dan administrasi. Meminta bantuan, jangan ragu untuk meminta bantuan dari kolega, staf, atau pihak lain jika merasa terbebani.

Singkatnya, mensiasati beban administrasi dan birokrasi membutuhkan pendekatan multi-faceted yang menggabungkan teknologi, organisasi, komunikasi, dan advokasi. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi beban, sehingga dosen dapat fokus pada tugas utama mereka, yaitu mengajar dan membimbing mahasiswa.

Konklusinya bahwa dosen sebagai pilar perubahan dan peradaban mesti cerdas dan tepat mensiasati beban administrasi dan birokrasi yang dapat menumpulkan tugas fungsi dosen. Dosen mesti dijamin independensinya, otonomi dan kualitas dirinya sebagai intelektual atau komunitas ilmiah dengan hak dan kewajiban yang melekat pada dirinya. Ayo dosen, terus kokohkan diri dan hadang dilemma karier dosen yang dikhawatirkan oleh regulasi birokrasi yang memasung. DS.22122024.

Leave a Reply