ENJOY BY FASTING:
Meraih Ketenangan Melalui Puasa
Oleh: Duski Samad
Kajian Tim Ramadhan IX di Kota Solok, 14 Maret 2025
Gubernur Sumatera Barat priode 2025-2030 dalam visi misinya menetapkan tagline GERAK CEPAT UNTUK SUMBAR. Pesan gerak cepat untuk Sumbar dilandasi visi Sumatera Barat madani, unggul dan berkeadilan. Madani maknanya beragama dan beradat (ABSSBK). Unggul dalam pendidikan, kesehatan, ekonomi syariah, parawisata syariah dan berkeadilan kemajuan memperhatikan kesejahteraan dan keadilan untuk semua. Modal dasar untuk mencapat visi,misi, program dan tagline GERAK CEPAT UNTUK SUMBAR ketenangan, kedamaian dan stabilitas sosial adalah mutlak diperlukan.
Umat Islam dan warga Sumatera Barat tanpa terkecuali tentu berkomitmen dan bekerja keras untuk menciptakan situasi sosial yang kondusif dan ketenangan yang lebih pasti. Ketaatan pada agama, kepatuhan pada pimpinan, kesediaan hidup bermusyawarah dan kearifan lokal lainnya adalah kehendak utama bagi pencapaian visi madani, unggul dan berkeadilan. Puasa berkonstribusi untuk hadirnya ketenangan dan kenyamanan.
Ketenangan adalah kebutuhan dasar manusia, tanpa ketenangan sulit mendapatkan kebahagiaan hidup.
Tujuan hidup orang beriman, hasanah fidunya, hasanal akhirat (QS. al-Baqarah (2):201 tidak akan terwujud bila ketenangan hidup tidak ada. Dalam bahasa arab ada level ketenangan. Pertama, (faraha) artinya senag, gembira dan tenang fisik, kedua (falaha) artinya tenang dan nyaman perasaan dan pikiran, dan ketiga (muthmainah) ketenangan hati, dan puasnya jiwa.
Ketenangan fisik (plesuare) dicapai dan diusahakan dengan biaya yang tidak murah. Rumah, kendaraan, pakaian dan hiburan yang harganya mahal. Untuk mendapatkan ketenangan berfikir orang melakukan wisata dengan biaya tidak murah.
Sedangkan untuk mendapatkan ketenangan hati tak mudah dicapai, karena tempat dan pemiliknya Allah subhanuwata’ala, Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.”(QS. Ar-Ra’d 13: Ayat 28). Tafsir Klasik dan Kontemporer terhadap QS. Ar-Ra’d: 28 bahwa ayat ini menjelaskan bahwa ketenangan hati diperoleh melalui zikrullah (mengingat Allah).
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menegaskan bahwa orang-orang yang beriman selalu mengingat Allah dalam hati, lisan, dan perbuatan. Dengan melakukan zikir, membaca Al-Qur’an, beribadah, dan menaati perintah Allah, mereka akan memperoleh ketenangan.
Beliau juga menukil pendapat dari Mujahid, seorang ahli tafsir klasik, yang mengatakan bahwa “mengingat Allah” di sini bermakna Al-Qur’an, karena Al-Qur’an memberikan petunjuk dan ketenangan bagi orang yang beriman.
Al-Tha’labî menyatakan bahwa hati yang tenang adalah hati yang percaya kepada janji Allah dan tidak gelisah terhadap urusan dunia. Ketika seseorang benar-benar bertawakal kepada Allah, segala kecemasan akan sirna.
Menurut Imam Al-Baghawi, ayat ini menunjukkan bahwa zikir bukan hanya dengan lisan, tetapi juga dengan hati dan perbuatan. Ia menjelaskan bahwa dalam kondisi sulit, orang yang selalu mengingat Allah akan tetap tenang karena yakin bahwa Allah akan menolongnya.
Tafsir Kontemporer Sayyid Qutb (Fi Zhilalil Qur’an), Sayyid Qutb menafsirkan ayat ini dengan perspektif spiritual dan psikologis. Ia menjelaskan bahwa manusia sering mengalami kegelisahan, ketakutan, dan ketidakpastian dalam hidup. Namun, hanya dengan mengingat Allah seseorang bisa mendapatkan ketenangan sejati, karena ia sadar bahwa Allah yang mengatur segalanya. Menurut Sayyid Qutb, kehidupan modern penuh dengan tekanan dan kebingungan, tetapi zikir kepada Allah memberikan solusi jiwa yang resah.
Tafsir Wahbah Az-Zuhaili (Tafsir Al-Munir). Az-Zuhaili menjelaskan bahwa ayat ini menunjukkan bahwa ketenangan bukan berasal dari harta, jabatan, atau kekuasaan, tetapi dari kedekatan kepada Allah. Ia menekankan bahwa seseorang yang banyak berzikir akan memiliki hati yang stabil, tidak mudah stres, dan memiliki optimisme hidup.
Tafsir Muhammad Abduh, seorang reformis Islam, menafsirkan ayat ini dengan pendekatan rasional. Ia berpendapat bahwa zikir bukan hanya sebatas ritual, tetapi harus diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan yang mencerminkan nilai-nilai Islam. Baginya, zikir yang benar adalah yang membentuk karakter seseorang menjadi lebih baik, sehingga ia merasakan ketenangan sejati.
Baik tafsir klasik maupun kontemporer sepakat bahwa ketenangan sejati hanya bisa didapatkan dengan mengingat Allah. Perbedaannya terletak pada pendekatan tafsir klasik lebih menekankan pada zikir sebagai ibadah dan keyakinan hati terhadap janji Allah.
Tafsir kontemporer menyoroti aspek psikologis, sosial, dan spiritual dari zikir, serta bagaimana ia relevan dalam kehidupan modern.Dari ayat ini, kita bisa mengambil pelajaran bahwa ketenangan bukan berasal dari duniawi, tetapi dari hubungan yang erat dengan Allah SWT.
Sejatinya setiap insan berharap dan bekerja agar secara mendapatkan ketenangan dan kenyamanan hidup yang utuh dan bulat. Tenang dan nyaman secara fisik, sehat dan bugar. Tenang dan nyaman akal cerdas bisa menyusuaikan diri dengan keadaan dan situasi terkini, profesional dan proporsional. Tenang dan nyaman hati, jiwa dan sipritual, yang pemiliknya adalah Allah, ibadah itu wasilah untuk tenangnya hati, jiwa sipritual.
PUASA SUMBER KETENANGAN SEMPURNA
Puasa secara fisik, psikis dan sipritual sudah faktual memiliki relevansi dengan ketenangan dan kenyamaan.
Pandangan Al-Qur’an, hadis, pendapat ulama, dan ilmuwan tentang meraih ketenangan melalui puasa. Al-Qur’an tentang Ketenangan melalui Puasa, (QS. Al-Baqarah: 183).
Ayat ini menunjukkan bahwa puasa membawa ketakwaan, dan ketakwaan adalah jalan menuju ketenangan jiwa karena hati yang bertakwa selalu dekat dengan Allah. QS. Ar-Ra’d: 28. “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram.” Puasa meningkatkan ibadah dan zikir kepada Allah, yang menjadi sumber ketenangan hati.
Dalam hadis disebut tentang ketenangan melalui puasa. HR. Al-Bukhari dan Muslim “Puasa adalah perisai, maka janganlah seseorang berkata kotor atau bertindak bodoh. Jika seseorang menyerangnya atau mencacinya, hendaklah ia mengatakan: ‘Aku sedang berpuasa’.” Hadis ini menunjukkan bahwa puasa melatih kesabaran dan mengendalikan emosi, yang membantu meraih ketenangan jiwa.
HR. Ahmad dan Ibnu Hibban “Sesungguhnya dalam tubuh ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuh, dan jika ia rusak maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” Puasa membersihkan hati dari penyakit hati seperti iri, dengki, dan marah, sehingga hati menjadi lebih tenang dan damai.
Pendapat ulama tentang ketenangan melalui puasa, Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, Al-Ghazali menjelaskan bahwa puasa bukan hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga menahan hawa nafsu. Dengan mengendalikan hawa nafsu, seseorang akan mendapatkan ketenangan batin dan kebersihan hati.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Zad al-Ma’ad, Ibnu Qayyim menyatakan bahwa puasa memiliki manfaat kesehatan fisik dan spiritual. Ia menulis bahwa puasa menenangkan jiwa, menghilangkan stres, dan memperkuat hubungan dengan Allah, yang menjadi sumber kebahagiaan sejati.
Pendapat ilmuwan tentang ketenangan melalui puasa. Dr. Herbert Benson (Harvard Medical School). Dr. Benson, seorang pakar medis, menjelaskan dalam risetnya tentang The Relaxation Response bahwa puasa dapat mengurangi stres dan meningkatkan ketenangan jiwa melalui efek fisiologis seperti penurunan tekanan darah dan peningkatan hormon kebahagiaan.
Dr. Mark Mattson (Johns Hopkins University). Dalam penelitiannya tentang puasa intermiten, Dr. Mattson menemukan bahwa puasa dapat meningkatkan produksi brain-derived neurotrophic factor (BDNF), yang berperan dalam meningkatkan ketenangan, mengurangi kecemasan, dan meningkatkan fungsi otak.Dr. Yoshinori Ohsumi (Pemenang Nobel 2016 di bidang Autophagy). Penelitiannya menunjukkan bahwa puasa membantu regenerasi sel dan menghilangkan zat beracun dalam tubuh, yang dapat berkontribusi pada kesejahteraan mental dan ketenangan jiwa.
Puasa bukan hanya ibadah, tetapi juga sarana untuk meraih ketenangan jiwa. Al-Qur’an dan hadis menunjukkan bahwa puasa mendekatkan seseorang kepada Allah dan membersihkan hati. Ulama menjelaskan bahwa puasa menenangkan jiwa dengan mengendalikan hawa nafsu. Sementara itu, ilmuwan modern menemukan bahwa puasa memiliki efek positif pada kesehatan mental dan emosional. Puasa benar-benar merupakan jalan menuju ketenangan dan kebahagiaan sejati.
Kesimpulan: Meraih Ketenangan Melalui Puasa.
Ketenangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang berperan penting dalam mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan hidup. Dalam Islam, ketenangan sejati hanya bisa diperoleh melalui hubungan yang erat dengan Allah SWT, sebagaimana dijelaskan dalam QS. Ar-Ra’d: 28 bahwa hati menjadi tenteram dengan mengingat Allah.
Ketenangan dapat dibagi menjadi tiga level: (1) Faraha (kegembiraan fisik), (2) Falaha (ketenangan pikiran dan perasaan), dan (3) Muthmainah (ketenangan hati dan jiwa). Ketenangan fisik sering kali membutuhkan biaya besar, sementara ketenangan hati hanya dapat dicapai melalui pendekatan spiritual yang mendalam, salah satunya adalah puasa.
Puasa merupakan ibadah yang memiliki dampak besar terhadap ketenangan jiwa, sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Baqarah: 183 bahwa puasa mendekatkan seseorang kepada ketakwaan. Hadis juga menunjukkan bahwa puasa berfungsi sebagai perisai dari gangguan emosi dan hawa nafsu, membantu seseorang dalam meraih ketenangan batin.
Pendapat ulama seperti Imam Al-Ghazali dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menyatakan bahwa puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga melatih jiwa untuk lebih sabar dan bersih dari penyakit hati. Ilmuwan modern pun menemukan bahwa puasa berkontribusi pada kesehatan mental, mengurangi stres, serta meningkatkan kesejahteraan psikologis dan spiritual.
Dengan demikian, puasa bukan sekadar ritual ibadah, tetapi juga metode yang efektif dalam meraih ketenangan jiwa, membersihkan hati, serta memperkuat hubungan dengan Allah. Oleh karena itu, puasa dapat menjadi jalan menuju ketenangan dan kebahagiaan sejati dalam kehidupan dunia dan akhirat.DS.13032025.