FITRAH, ISHLAH DAN UKHUWAH: Solusi Islam Menghadapi VUCA Oleh: Duski Samad

Artikel Tokoh240 Views

FITRAH, ISHLAH DAN UKHUWAH: Solusi Islam Menghadapi VUCA

Oleh: Duski Samad

Pembina sigi.com indonesiamadani.com @surauprofessor.

 

Era society 5.0 ini oleh pegiat media disebut situasi sedang mengalami Vuca. VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity) yan benar-benar ada dan dapat diamati dalam berbagai aspek kehidupan.

Realitas VUCA benar-benar terjadi di dunia saat ini. Oleh karena itu, kita perlu memiliki strategi yang adaptif, wawasan yang luas, dan kemampuan berpikir kritis agar bisa menghadapi perubahan yang cepat dan tidak terduga.

Tahun 2025 ini kita beridul fitri dalam tantangan Vuca yang tidak mudah. Ketidakpastian telah membawa kecemasan dan keraguan akan masa depan. Maka saatnya ketahanan (resilensi) mental dan sipritual yang tangguh.

Idul Fitri bukan sekadar perayaan, tetapi momentum spiritual untuk melakukan ishlah (perbaikan) dan memperkuat ukhuwah (persaudaraan). Islam mengajarkan bahwa kebangkitan umat berawal dari hati yang bersih, hubungan yang harmonis, dan semangat untuk maju bersama. “Sesungguhnya orang-orang beriman itu bersaudara. Maka damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah agar kamu mendapat rahmat.” (QS. Al-Hujurat: 10). Ayat ini menegaskan bahwa setiap Muslim adalah saudara, dan tugas mereka adalah menjaga serta memperbaiki hubungan persaudaraan.

Rasulullah SAW juga bersabda:”Tidak halal bagi seorang Muslim untuk mendiamkan saudaranya lebih dari tiga hari…” (HR. Al-Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan pentingnya segera memperbaiki hubungan setelah terjadi perselisihan. Idul Fitri adalah saat terbaik untuk saling memaafkan, sebagaimana makna dari fitrah itu sendiri—kembali kepada kesucian.

Para ulama menegaskan bahwa memperbaiki hubungan (ishlah) dan mempererat persaudaraan (ukhuwah) adalah bagian dari ajaran Islam yang fundamental. Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam berbagai fatwanya sering menekankan pentingnya menjaga ukhuwah Islamiyah guna memperkuat umat dan membangun bangsa.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata:

“Sesungguhnya memperbaiki hubungan di antara kaum Muslimin lebih utama dibandingkan banyak ibadah sunnah, karena kerusakan hubungan akan melemahkan kekuatan umat Islam.” (Majmu’ al-Fatawa, 28/206). Fatwa ini mengisyaratkan bahwa persaudaraan yang kuat adalah kunci kebangkitan umat.

Secara sosiologis, konflik dan perpecahan dalam masyarakat melemahkan daya saing dan memperlambat kemajuan. Studi menunjukkan bahwa negara atau komunitas dengan tingkat kohesi sosial yang tinggi cenderung lebih maju dalam bidang ekonomi, pendidikan, dan teknologi.

Penelitian dalam Journal of Conflict Resolution menyatakan bahwa rekonsiliasi sosial meningkatkan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi. Dalam konteks Idul Fitri, proses saling memaafkan dan mempererat hubungan sosial dapat memperkuat kepercayaan dan kolaborasi dalam masyarakat.

Idul Fitri adalah momen ideal untuk ishlah dan ukhuwah, yang merupakan pondasi bagi kemajuan umat. Dengan kembali kepada nilai-nilai Islam, memperbaiki hubungan, dan membangun kebersamaan, umat Islam dapat lebih kuat dalam menghadapi tantangan dan meraih kejayaan. “Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai…” (QS. Ali Imran: 103). Semoga Idul Fitri ini menjadi langkah awal bagi persatuan dan kemajuan bersama.

 

Tantangan Ishlah dan Ukhuwah di Zaman VUCA

Di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, Ambiguity), umat Islam menghadapi tantangan besar dalam membangun ishlah (perbaikan hubungan) dan ukhuwah (persaudaraan). Dunia yang semakin tidak stabil, penuh ketidakpastian, kompleks, dan ambigu menuntut pendekatan yang bijak agar persaudaraan Islam tetap terjaga dan mampu menjadi kekuatan menuju kemajuan.

1.Volatility (Ketidakstabilan)

Ketidakstabilan dalam berbagai aspek kehidupan—politik, ekonomi, dan sosial—memicu konflik dan polarisasi di tengah umat. Perlu Menanamkan nilai tatsabbut (klarifikasi) sebelum menyebarkan informasi (QS. Al-Hujurat: 6). Mengutama kan komunikasi yang menyejukkan dan menjembatani perbedaan.

2.Uncertainty (Ketidakpastian)

Ketidakpastian akibat perubahan teknologi, ekonomi global, dan isu geopolitik sering kali memicu kecemasan dan perpecahan di tengah umat. Kurangnya pemahaman terhadap dinamika ini bisa menyebabkan sikap reaktif dan emosional.

Solusi: Mengedepankan ilmu dan wawasan luas dalam menyikapi perubahan. Meningkatkan ketahanan sosial melalui pendidikan dan dakwah yang relevan dengan tantangan zaman.

3.Complexity (Kompleksitas)

Perbedaan paham keagamaan, budaya, dan ideologi semakin kompleks, sering kali menjadi pemicu perselisihan di tengah umat. Keberagaman yang tidak dikelola dengan baik berpotensi melemahkan ukhuwah.

Solusi: Menghidupkan prinsip tasamuh (toleransi) dan tafahum (saling memahami). Menggunakan pendekatan dakwah yang bijak dan kontekstual sesuai realitas sosial.

4.Ambiguity (Ambiguitas)

Banyak isu global dan lokal yang bersifat abu-abu, sulit dipahami, dan sering disalahartikan. Hoaks, fitnah, dan propaganda semakin marak, menciptakan kebingungan dan perpecahan di masyarakat.

Solusi: Memperkuat literasi media dan berpikir kritis dalam menyikapi informasi.

Berpegang teguh pada nilai-nilai Al-Qur’an dan sunnah sebagai pedoman utama dalam menghadapi ambiguitas zaman.

Di era VUCA, ishlah dan ukhuwah menghadapi tantangan besar, tetapi juga menjadi semakin penting untuk diperkuat. Dengan ketahanan spiritual, kecerdasan sosial, dan pendekatan berbasis ilmu, umat Islam dapat tetap bersatu dan maju menghadapi zaman yang penuh gejolak ini.

Dengan semangat ishlah dan ukhuwah, umat Islam bisa tetap kuat dan berkontribusi dalam membangun peradaban.

Analisis dan komentar pengembangan yang dapat memperkaya tulisan ini adalah menjelaskan VUCA dan tantangannya, keterkaitan langsung antara fitrah, ishlah, dan ukhuwah dalam konteks VUCA bisa lebih diperjelas.

Misalnya: Fitrah sebagai dasar ketahanan spiritual di era penuh ketidakpastian (Uncertainty). Ishlah sebagai strategi menghadapi kompleksitas sosial (Complexity). Ukhuwah sebagai solusi untuk mengatasi ketidakstabilan (Volatility) dan ambiguitas (Ambiguity).

Memperjelas hubungan ini, pembaca dapat lebih memahami bagaimana nilai-nilai Islam menjadi solusi konkret dalam menghadapi realitas zaman.

Kontekstualisasi dengan Isu Terkini. Agar tulisan lebih relevan, bisa ditambahkan contoh-contoh terbaru yang terjadi di tahun 2025, seperti: Perubahan ekonomi digital dan dampaknya terhadap usaha mikro di Indonesia. Isu global seperti perkembangan AI yang menimbulkan ketidakpastian dalam dunia kerja. Polarisasi politik yang mengancam ukhuwah Islamiyah menjelang pemilu atau kebijakan nasional tertentu.

Pendekatan Solutif yang Lebih Aplikatif. Solusi yang diberikan sudah baik, tetapi bisa diperjelas dengan tindakan konkret yang dapat dilakukan oleh individu atau komunitas Muslim. Misalnya: Meningkatkan literasi digital: Bagaimana umat Islam bisa menggunakan media sosial secara bijak untuk memperkuat ukhuwah, bukan untuk memperburuk perpecahan.

Gerakan ekonomi berbasis ukhuwah: Contoh konkret bagaimana persaudaraan Islam bisa diterapkan dalam mendukung ekonomi umat. Pendidikan karakter Islami dalam menghadapi era VUCA: Bagaimana lembaga pendidikan Islam bisa mengembangkan kurikulum yang relevan untuk membentuk generasi yang tangguh dan adaptif.

Menghidupkan Aspek Spiritual. Mengingat tulisan ini berkaitan dengan Idul Fitri, aspek spiritual bisa lebih ditonjolkan. Misalnya, bagaimana puasa Ramadan membentuk mental resilience dalam menghadapi tantangan VUCA, atau bagaimana Idul Fitri mengajarkan nilai keikhlasan dan pemaafan yang sangat dibutuhkan di era polarisasi saat ini.

Dengan penguatan di atas, tulisan bisa menjadi lebih kuat, lebih aplikatif, dan lebih relevan dengan tantangan umat Islam saat ini. Ds.30032025.

Leave a Reply