IV: RAMADHAN “Madrasah Kehidupan bagi Penegak Keadilan, Pemimpin Amanah, dan Pencerah Umat” Oleh: Duski Samad

Artikel Tokoh178 Views

IV: RAMADHAN

“Madrasah Kehidupan bagi Penegak Keadilan, Pemimpin Amanah, dan Pencerah Umat”

Oleh: Duski Samad

Guru Besar UIN Imam Bonjol

 

Dalam Islam, kepemimpinan dan kekuasaan bukanlah soal kehormatan atau kedudukan semata, tetapi sebuah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, Ramadhan harus menjadi momentum bagi aparat hukum untuk berlaku adil, bagi birokrat untuk menjadi amanah, dan bagi tokoh umat untuk mencerdaskan masyarakat.

1. Aparat Hukum yang Adil

Aparat hukum, baik itu hakim, jaksa, polisi, maupun penegak hukum lainnya, memiliki peran besar dalam menjaga keadilan di masyarakat. Namun, keadilan sering kali ternodai oleh ketidakjujuran, kepentingan pribadi, dan penyalahgunaan wewenang. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu menetapkannya dengan adil.” (QS. An-Nisa: 58)

Dari ayat ini, kita belajar bahwa menegakkan hukum harus berdasarkan kebenaran, bukan kepentingan pribadi atau golongan. Hukum harus tajam ke atas dan ke bawah, tidak boleh tebang pilih. Seorang hakim atau penegak hukum yang tidak adil akan mendapatkan azab yang berat. Rasulullah SAW bersabda, artinya: “Hakim ada tiga macam: satu di surga dan dua di neraka. Hakim yang mengetahui kebenaran dan memutuskan dengan adil, maka ia di surga. Hakim yang mengetahui kebenaran tetapi menyimpang, maka ia di neraka. Hakim yang tidak mengetahui kebenaran dan memutuskan perkara dengan kebodohan, maka ia juga di neraka.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi)

Maka, Ramadhan harus menjadi pengingat bagi para aparat hukum untuk menegakkan hukum dengan jujur dan adil, tanpa takut tekanan atau suap. Menjadikan keimanan sebagai landasan dalam memutuskan perkara. Bersikap profesional dan tidak menyalahgunakan jabatan.

2. Birokrat yang Amanah

Birokrat adalah para pemimpin dan pegawai pemerintahan yang bertugas mengelola kebijakan publik dan pelayanan masyarakat. Jika mereka tidak amanah, maka korupsi, nepotisme, dan penyalahgunaan kekuasaan akan merajalela. Rasulullah SAW bersabda: “Jika amanah disia-siakan, maka tunggulah kehancuran.” Lalu seorang sahabat bertanya, “Bagaimana maksud amanah disia-siakan?” Rasulullah menjawab, “Jika urusan diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancuran.” (HR. Bukhari).

Dari hadis ini, kita bisa mengambil beberapa Pelajaran bahwa pemimpin harus amanah dalam mengelola keuangan dan kebijakan publik. Jabatan harus diberikan kepada orang yang kompeten, bukan berdasarkan hubungan pribadi atau politik. Birokrat harus bekerja untuk kepentingan rakyat, bukan memperkaya diri sendiri.

Ramadhan adalah momen refleksi bagi para birokrat untuk menjalankan tugas dengan penuh tanggung jawab dan integritas. Menggunakan anggaran negara dengan jujur dan transparan. Mengutamakan pelayanan publik, bukan kepentingan pribadi. Jika birokrasi dijalankan dengan amanah, maka negara akan makmur dan rakyat akan sejahtera.

3. Tokoh Umat yang Mencerdaskan

Tokoh umat, seperti ulama, ustaz, pendakwah, dan pemimpin organisasi Islam, memiliki peran besar dalam membimbing umat menuju jalan yang benar. Namun, sering kali ada tokoh yang hanya mengejar popularitas, kepentingan politik, atau bahkan menyebarkan kebodohan di masyarakat. Rasulullah SAW bersabda:“Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu sekaligus dari manusia, tetapi Allah mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama. Sehingga ketika tidak ada lagi ulama, manusia mengangkat pemimpin yang bodoh. Lalu mereka memberi fatwa tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Bukhari & Muslim).

Dari hadis ini, kita bisa memahami bahwa tokoh umat harus berilmu dan bertanggung jawab dalam menyampaikan dakwah. Jangan menjadikan agama sebagai alat kepentingan politik atau materi. Umat harus diajak untuk berpikir cerdas, kritis, dan tidak mudah terprovokasi.

Ramadhan menjadi momentum bagi para tokoh umat untuk menyampaikan dakwah yang menyejukkan dan mencerdaskan, bukan yang memecah belah. Menjadi contoh dalam akhlak, kesederhanaan, dan kejujuran. Mengedepankan persatuan umat, bukan perpecahan. Jika tokoh umat menjalankan perannya dengan baik, maka masyarakat akan semakin berilmu, berakhlak, dan memiliki pemahaman Islam yang benar.

~4. Implementasi Ramadhan dalam Kehidupan Sosial dan Pemerintahan

~Agar nilai-nilai Ramadhan benar-benar diterapkan dalam kehidupan bernegara, kita semua harus meningkatkan pengawasan terhadap aparat hukum dan birokrat, agar mereka bekerja dengan adil dan amanah. Memilih pemimpin dan tokoh masyarakat yang memiliki integritas dan ilmu yang cukup. Membudayakan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan dan organisasi. Menghidupkan kembali semangat gotong royong dan kepedulian sosial. Jika nilai-nilai Ramadhan ini diterapkan, maka kita akan memiliki negara yang lebih adil, pemerintahan yang bersih, dan masyarakat yang cerdas serta harmonis.

Ramadhan adalah momentum besar bagi aparat hukum, birokrat, dan tokoh umat untuk kembali kepada nilai-nilai Islam yang luhur, aparat hukum harus adil dan tidak tunduk pada kepentingan tertentu. Birokrat harus amanah dan bekerja untuk kepentingan rakyat, bukan pribadi. Tokoh umat harus mencerdaskan masyarakat dengan ilmu yang benar. Masyarakat harus ikut berperan aktif dalam mengawasi dan mendukung pemimpin yang baik. Jika semua pihak menjalankan perannya dengan baik, maka kita akan memiliki Indonesia yang lebih maju, bermartabat, dan penuh berkah.

Kesimpulan Ramadhan adalah momentum pembelajaran dan refleksi bagi semua elemen masyarakat, khususnya aparat hukum, birokrat, dan tokoh umat. Dalam Islam, kepemimpinan dan kekuasaan adalah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT. Oleh karena itu, nilai-nilai Ramadhan harus menjadi landasan bagi mereka dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.

Aparat Hukum yang Adil – Penegakan hukum harus berdasarkan keadilan, bukan kepentingan pribadi atau golongan. Aparat hukum harus menjunjung tinggi integritas, menolak suap, serta tidak tunduk pada tekanan pihak tertentu. Keimanan harus menjadi landasan dalam setiap keputusan hukum agar masyarakat mendapatkan keadilan yang sesungguhnya. Birokrat yang Amanah – Para pejabat dan pegawai pemerintahan harus bekerja dengan penuh tanggung jawab, transparansi, dan integritas. Jabatan harus diemban oleh orang yang kompeten, bukan karena nepotisme atau kepentingan politik. Dengan menjalankan amanah, birokrasi yang bersih dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat dapat terwujud. Tokoh Umat yang Mencerdaskan – Ulama, ustaz, dan pemimpin masyarakat memiliki peran besar dalam membimbing umat dengan ilmu yang benar. Mereka harus menyampaikan dakwah yang menyejukkan, mempersatukan, serta mencerdaskan masyarakat, bukan sekadar mengejar popularitas atau kepentingan pribadi. Implementasi Nilai Ramadhan dalam Kehidupan Bernegara – Untuk mewujudkan masyarakat yang adil, bersih, dan cerdas, diperlukan pengawasan terhadap aparat hukum dan birokrasi, pemilihan pemimpin yang berintegritas, serta budaya transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan. Semangat gotong royong dan kepedulian sosial juga harus terus ditanamkan. Jika seluruh elemen bangsa menjalankan perannya dengan baik, Indonesia akan menjadi negara yang lebih maju, bermartabat, dan penuh berkah. amin. 23022025.

Leave a Reply