KETUA PERTI SUMATERA BARAT 2025-2030 MENJAWAB KEBUTUHAN ZAMAN
Oleh: Duski Samad
Wakil Ketua Umum Pimpinan Pusat PERTI 2024-2029
Insya Allah, Kamis, 24 Juli 2025 Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) akan melangsung kan Musyawarah Daerah. Musda sebagai keharusan organisasi satu agenda utamanya adalah memilih ketua bersama pengurus yang akan melanjutkan estafet kepemimpinan PERTI. Musda kali ini berada dalam situasi yang tak mudah. Realitas organisasi Perti pasca ishlah belum sepenuhnya sehat dan tuntas konsolidasinya, walau ishlah sudah melewati waktu 2 priode pengurus, ishlah terjadi tahun 2016 lalu.
Situasi sosial organisasi masih menghadapi status quo pengurus cabang, lemahnya kordinasi, banyak pimpinan MTI beralih ormas lain dan tidak sedikit jumlahnya mati surinya cabang, ranting dan kegiatan Perti.
Kenyataan di atas tak perlu disembunyikan. Yang perlu dilakukan adalah mencari Ketua dan Pengurus yang tahu realitas dan bertekad kuat untuk memantapkan ishlah.
Eksponen PERTI Sumatera Barat mesti bangkit dan segera sadar bahwa di daerah lain Perti sudah semarak dan bergerak. Perti sudah menemukan energi baru kembali, sadar tak boleh “orang tua dua kali kehilangan tongkat”. Sebaik apapun program yang diputuskan dalam musda, realisasinya ditentukan “nakhoda” yang akan memimpin pelayaran kapal Perti mengharungi zaman, apa sampai di pelabuhan atau karam di tengah ombak yang terus mengila.
KETUA YANG DINANTIKAN
Kriteria ideal Ketua PERTI Sumatera Barat 2025–2030 adalah yang relevan dan kontekstual untuk menghadapi tantangan, lebih berat lagi tantangan internal organisasi, seperti status quo yang belum sehat, pengurus cabang yang berakar jenggot, lemahnya koordinasi, perpindahan pimpinan MTI ke ormas lain, serta vakumnya cabang, ranting, dan kegiatan. Di antara kreteria itu:
1.Berbasis Keulamaan dan Sanad Keilmuan PERTI.
Memiliki latar belakang pendidikan PERTI/MTI atau jejaring keulamaan Minangkabau (sanad keilmuan yang sah). Diakui sebagai tokoh tafaqquh fiddin oleh kalangan surau, madrasah, dan pondok pesantren.
Teguh terhadap manhaj Ahlussunnah wal Jama’ah (Syafi’i) dan ajaran tarekat muktabarah.
2.Berintegritas dan Jujur dalam Kepemimpinan.
Bersih dari konflik kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompok.
Tidak menjadikan PERTI sebagai kendaraan politik praktis, tetapi sebagai mimbar dakwah dan pendidikan umat.
3.Visioner dan Mampu Melakukan Konsolidasi Ormas
Mampu menyatukan kembali cabang, ranting, dan pengurus MTI yang terfragmentasi. Mengembalikan legitimasi PERTI sebagai “rumah besar kaum surau” dan tempat berhimpunnya seluruh elemen MTI/PERTI.
Memiliki rekam jejak kolaborasi dan diterima lintas generasi.
4.Kuat dalam Tradisi Ilmu, Komunikasi, dan Advokasi.
Mampu menjadi juru bicara PERTI di ruang publik, media, forum keulamaan, dan kebijakan publik. Menguasai wacana transformasi pendidikan, digitalisasi dakwah, dan penguatan ormas di era kontemporer.
Paham strategi regenerasi kepemimpinan dan kaderisasi PERTI secara terstruktur.
5.Berani Membongkar Status Quo dan mengaktif kan Cabang-Ranting
Siap melakukan revitalisasi organisasi: audit struktur, pembaruan SK, pelatihan pengurus, dan kaderisasi MTI.
Berani mengganti pengurus pasif dan oportunis dengan kader muda yang aktif dan punya loyalitas.
Fokus pada revitalisasi madrasah, surau digital, kegiatan halaqah, serta penyatuan kurikulum MTI-PPMTI.
6.Mampu Merangkul Alumni, Pemuda, dan Aktivis PERTI
Memiliki dukungan luas dari alumni MTI, pengasuh pondok, dan aktivis mahasiswa PERTI.
Bisa menghidupkan Ikatan Alumni MTI, IPERTI, dan organisasi otonom lainnya.
Memberi ruang aktualisasi generasi muda tanpa melupakan khittah dan nilai dasar PERTI.
7.Mampu Membawa PERTI Masuk Agenda Strategis Daerah. Paham cara mengakses program Pemda/Provinsi untuk ormas Islam.
Siap menjadikan PERTI sebagai mitra pembangunan moral dan pendidikan Sumbar.
Aktif dalam Forum Ormas Islam, dan jaringan keulamaan lokal.
PERTI Sumatera Barat butuh pemimpin pembaharu yang berakar dan bergerak, bukan penjaga simbol belaka. Ketua PERTI ke depan harus menjadi ” Pembaru dan Muwahid”: menyatukan yang tercerai, membangkitkan yang mati suri, dan melahirkan generasi baru PERTI yang berdaya, berilmu, dan bersanad.
STRATEGI
MENYADARKAN PEMILIK SUARA
Strategi menyadar kan para pemilik suara dalam pemilihan Ketua PERTI bahwa realitas organisasi saat ini tidak sedang baik-baik saja, adalah kerja tidak mudah. Perlu dilakukan pendekatan yang komunikatif, faktual, dan membangkitkan tanggung jawab kolektif.
Menyadarkan pemilik suara pemilih ketua bahwa”PERTI Tidak Baik-Baik Saja, Saatnya Kita Bangkit!”
1.Edukasi Realitas Internal: Fakta Bukan Fitnah
Sebarkan infografis atau kertas fakta (fact sheet) berjudul “Wajah Terkini PERTI”, yang menjelaskan cabang dan ranting yang tidak aktif atau hanya nama. Lembaga pendidikan (MTI) yang beralih ke ormas lain. Minimnya regenerasi dan kaderisasi. Ketidak hadiran program strategis 5 tahun terakhir. Sampaikan melalui media resmi organisasi, grup WhatsApp, dan forum formal PERTI.
2.Forum Terbuka: “PERTI di Simpang Jalan”. Perlu dialog atau Musyawarah Pra-Musda dengan tema “Masa Depan PERTI: Antara Kejayaan atau Kehilangan Jati Diri?” Hadirkan data, testimoni tokoh lintas generasi, dan ajakan untuk menyelamatkan marwah PERTI.
3.Testimoni Tokoh Kritis: “Kami Jamaah Perti, Tapi Kami Resah”
Rekam dan sebarkan testimoni para Tuanku, alumni, guru MTI, atau pengurus lama yang menyatakan keresahannya terhadap kondisi PERTI kini.
Fokus pada narasi moral, bukan politik: “Kami cinta PERTI, tapi tak bisa diam saat ia sedang sakit”.
4.Kampanye Kesadaran di Media Sosial. Buat kampanye dengan tagar semisal: #PERTIBangkitLagi #KembaliKeKhittah #JanganDiamSaja
Sajikan konten naratif: kutipan sejarah kejayaan PERTI dan kontras dengan kondisi sekarang.
5.Peta Masalah dan Peta Solusi. Sajikan visual: Peta Masalah: Cabang mati, kaderisasi lumpuh, kegiatan vakum, dll.
Peta Solusi: Konsolidasi MTI, pelatihan Tuanku Muda, reaktivasi cabang, digitalisasi dakwah, dll.
6.Ajakan Emosional dan Ideologis: “PERTI Milik Umat, Bukan Milik Elite”
Sentuh hati pemilik suara dengan kalimat seperti:
“Jangan wariskan kehancuran kepada generasi sesudahmu.” “Kalau bukan kita yang menyelamatkan PERTI, siapa lagi?”
7.Desakan melalui Resolusi Organisasi
Dorong forum resmi mengeluarkan resolusi moral tentang: Revitalisasi organisasi.
Reformasi kepemimpinan.
Penguatan akar budaya sa surau jo sa guru.
8.Tegaskan Pilihan Kepemimpinan Bukan Politik, Tapi Amanah Keumatan
Sampaikan bahwa memilih pemimpin yang tepat adalah: Kewajiban moral.Amanah sejarah.
Jalan untuk mengembalikan marwah Perti dan MTI.
KESIMPULAN
Musyawarah Daerah PERTI Sumatera Barat pada 24 Juli 2025 bukan sekadar pergantian struktur, melainkan momen hisab sejarah untuk melihat realitas apa adanya: organisasi belum sehat, konsolidasi pasca ishlah belum tuntas, dan banyak cabang-ranting serta MTI yang mengalami stagnasi bahkan transisi ke ormas lain. Ini bukan aib yang perlu ditutup, tapi tantangan yang wajib dihadapi dengan kesadaran dan keberanian moral.
Musda kali ini harus menjadi tonggak kebangkitan. Untuk itu, pemilihan Ketua bukan sekadar soal popularitas, tetapi soal integritas, kapabilitas, dan keberanian menghidupkan kembali ruh PERTI yang sejati: ulama yang bersanad, kader yang bergerak, dan organisasi yang membimbing umat.
Ketua yang dibutuhkan adalah sosok pembaru—yang tahu luka organisasi dan punya strategi menyembuhkannya, bukan penjaga simbol kosong yang justru memperparah status quo.
Kriteria Ketua PERTI yang dirumuskan tidak lain adalah cermin kebutuhan zaman: harus ulama, jujur, mampu konsolidasi, komunikatif, advokatif, dan berani mengambil tindakan strategis membongkar kebekuan organisasi. Ketua yang mampu menjadikan PERTI sebagai rumah besar umat, kembali ke khittah, dan bersinergi dalam pembangunan moral dan pendidikan daerah.
Namun semua cita-cita itu hanya mungkin terwujud bila para pemilik suara dalam Musda sadar bahwa PERTI tidak sedang baik-baik saja.
Kesadaran ini harus ditumbuhkan lewat pendekatan edukatif, komunikasi faktual, kampanye kesadaran, dan dorongan moral bersama. Musda bukan ajang kompromi elite, tapi momentum amanah umat. PERTI bukan milik siapa-siapa—ia milik sejarah, milik kaum surau, milik rakyat kecil yang butuh pencerahan dan pendidikan.
PERTI harus bangkit! Dan kebangkitan itu bermula dari satu langkah berani: memilih pemimpin yang tepat, bukan yang dekat; yang bekerja, bukan yang bermain politik; yang menyatukan, bukan yang memecah.
Saatnya kita berkata jujur pada diri sendiri: “Kalau kita cinta PERTI, maka kita harus berani menyelamatkannya sekarang—atau kita akan menjadi saksi dari hilangnya satu warisan besar keulamaan Minangkabau yang tak tergantikan. ”ds.02072025.