MAULID GEN Z
Oleh: Duski Samad
Maulid Nabi di SMA Bungus Kota Padang, Senen, 15 September 2025.
Generasi Z (Gen Z), itu adalah generasi yang lahir kira-kira antara 1995–2010-an awal (beberapa pakar menyebut hingga 2012). Mereka disebut juga iGeneration, digital natives 2.0, karena sejak kecil sudah hidup dengan internet, smartphone, dan media sosial.
Karakter Gen Z
- Digital first hidup hampir selalu terhubung dengan internet.
- Visual dan cepat lebih suka konten gambar, video singkat, infografis daripada teks panjang.
- Multitasking bisa membuka beberapa aplikasi/gadget sekaligus.
- Mencari kecepatan dan instan ingin solusi cepat dan akses langsung.
Pola Pikir dan Nilai
- Pragmatis dan realistis lebih hati-hati, belajar dari pengalaman generasi milenial.
- Mandiri terbiasa mencari jawaban lewat Google, YouTube, AI.
- Fokus pada pengalaman personal lebih suka hal yang relevan dengan dirinya.
- Peduli keberagaman inklusif, lebih toleran pada perbedaan gender, agama, budaya.
Sosial dan Relasi
- Lebih individualistik dibanding milenial, tapi tetap aktif di komunitas online.
- Komunikasi singkat terbiasa dengan chat, emoji, meme, bukan paragraf panjang.
- Butuh pengakuan cepat like, share, followers jadi indikator eksistensi.
Dunia Kerja dan Pendidikan
- Ingin fleksibilitas jam kerja fleksibel, bisa WFH/hybrid.
- Pekerjaan berbasis passion lebih penting daripada sekadar gaji besar.
- Cepat bosan butuh tantangan baru dan ruang kreativitas.
- Kritis terhadap otoritas tidak segan mempertanyakan atasan atau aturan yang dianggap tidak relevan.
Spiritualitas dan Sosial
- Lebih terbuka dan pluralis, tapi juga rawan relativisme nilai.
- Spiritualitas personal → ibadah dan agama sering dipadukan dengan gaya hidup digital.
- Peka isu global: perubahan iklim, keadilan sosial, kesetaraan gender.
- Mencari makna hidup tapi lewat jalur cepat, singkat, dan praktis.
Gen Z adalah generasi serba digital, cepat, kreatif, realistis, dan pluralis, namun juga menghadapi tantangan: mudah terdistraksi, cepat bosan, dan cenderung mengukur diri lewat validasi sosial.
Sebelum gen z ada milenial. Milinial biasanya merujuk pada generasi yang lahir sekitar 1980–2000-an awal. Berikut ringkas karakteristik mereka dalam berbagai aspek:
1.Karakter Umum
- Digital native akrab dengan internet, gadget, dan media sosial sejak muda.
- Cepat beradaptasi dengan teknologi dan tren baru.
- Global-minded punya wawasan lintas budaya, terbuka pada perbedaan.
2.Pola Pikir dan Nilai
- Kritis dan independen berani mengemukakan pendapat.
- Kreatif dan inovatif suka mencari solusi baru dan berbeda.
- Mencari makna (purpose-driven) lebih peduli pada nilai, pengalaman, dan kebermanfaat an, bukan hanya materi.
3.Sosial dan Relasi
- Kolaboratif lebih suka kerja tim daripada individualistik.
- Aktif di komunitas → baik online maupun offline.
- Terbuka dan egaliter cenderung menolak hierarki kaku, lebih suka hubungan setara.
4.Dunia Kerja
- Fleksibilitas lebih dihargai daripada sekadar gaji tinggi.
- Work-life balance dianggap penting.
- Multitasking, bisa mengelola banyak hal sekaligus.
5.Spiritualitas dan Sosial
- Humanis dan peduli isu sosial: lingkungan, kemanusiaan, keadilan.
- Agama/spiritualitas lebih dilihat sebagai nilai moral dan gaya hidup, bukan sekadar formalitas.
- Suka aktualisasi diri, ingin karya mereka dikenal dan berdampak.
Generasi milenial adalah generasi digital, kritis, kreatif, peduli makna, dan adaptif. Namun mereka juga menghadapi tantangan: mudah terdistraksi, cenderung instan, dan terkadang emosional dalam mengambil keputusan.
Kaum milinial adalah generasi muda merupakan aset sekaligus penentu arah masa depan bangsa dan umat. Mereka tidak hanya membutuhkan kecerdasan intelektual, tetapi juga fondasi moral dan spiritual yang kokoh. Islam menghadirkan teladan utama melalui pribadi Nabi Muhammad yang memiliki empat sifat utama: ṣiddīq (jujur), amānah (dapat dipercaya), tablīgh (menyampaikan), dan fatānah (cerdas).
Dalam konteks modern, internalisasi empat sifat kenabian ini sangat penting agar kaum muda mampu menghadapi tantangan globalisasi, krisis moral, serta derasnya arus digitalisasi.
Dasar Nash
1.Ṣiddīq (Kejujuran)
“Hai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur).” (QS. At-Taubah: 119).
Hadis: “Tinggalkan lah apa yang meragukanmu kepada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan, dan kebaikan membawa kepada surga.” (HR. Tirmidzi).
2.Amānah (Tanggung Jawab)
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerima nya…” (QS. An-Nisā’: 58).
Hadis: “Tidak ada iman bagi orang yang tidak dapat dipercaya, dan tidak ada agama bagi orang yang tidak menepati janji.” (HR. Ahmad).
3.Tablīgh (Menyampaikan)
“(Wahai Rasul) sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu…” (QS. Al-Mā’idah: 67).
Hadis: “Sampaikan dariku walau hanya satu ayat.” (HR. Bukhari).
4.Fatānah (Kecerdasan dan Kearifan)
“Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda) semuanya…” (QS. Al-Baqarah: 31).
Hadis: Nabi dikenal sebagai pribadi yang mampu memberi solusi cerdas atas persoalan umat, seperti dalam peristiwa peletakan Hajar Aswad.
Kajian Psikologi Perkembangan
Menurut teori psikologi perkembangan:
1.Piaget (Cognitive Development)
Kaum muda berada pada tahap formal operational mampu berpikir abstrak, kritis, dan reflektif.
Sifat fatānah dapat diinternalisasi dengan melatih mereka berpikir logis dan kreatif.
2.Erik Erikson (Psychosocial Development)
Kaum muda (remaja–dewasa awal) menghadapi krisis identity vs role confusion butuh teladan moral (ṣiddīq dan amānah) untuk menemukan jati diri.
Pada tahap intimacy vs isolation sifat tablīgh (komunikatif) membentuk kemampuan menjalin relasi sehat.
3.Lawrence Kohlberg (Moral Development)
Internal moral values (jujur, amanah) membawa generasi muda ke tahap moralitas pasca-konvensional, yaitu menempatkan keadilan dan integritas sebagai prinsip hidup.
Strategi Internalisasi
1.Ṣiddīq (Kejujuran dan Integritas)
- Pendidikan karakter berbasis kurikulum dan keteladanan.
- Pembiasaan transparansi di organisasi pemuda.
- Literasi digital untuk melawan hoaks dan pencitraan palsu.
2.Amānah (Tanggung Jawab dan Dapat Dipercaya)
- Memberikan amanah kepemimpinan kecil di sekolah, masjid, atau komunitas.
- Membiasakan disiplin waktu dan komitmen pada tugas.
- Program pengabdian masyarakat agar merasakan tanggung jawab sosial.
3.Tablīgh (Menyampaikan dan Komunikatif)
- Pelatihan public speaking dan literasi media.
- Aktivitas dakwah digital di platform populer (IG, TikTok, YouTube).
- Budaya dialog terbuka dalam kelompok pemuda.
4.Fatānah (Kecerdasan dan Kearifan)
- Penguatan literasi membaca kitab, buku ilmiah, dan teknologi.
- Latihan problem solving dalam organisasi dan kegiatan sosial.
- Integrasi IPTEK dan iman dalam pendidikan tinggi.
Analisis Ilmu Pendidikan dan Sosial
- Pendidikan Islam: menekankan ta’dīb (pendidikan adab) selain ta’līm (transfer ilmu). 4 sifat Nabi adalah bentuk ta’dīb yang membentuk akhlak mulia.
- Sosiologi Pendidikan: generasi muda dengan 4 sifat Nabi akan menjadi role model sosial, pemimpin komunitas, dan agen perubahan.
- Psikologi Sosial: sifat ṣiddīq dan amānah membangun trust, sementara tablīgh dan fatānah memperkuat influence positif di masyarakat.
Kesimpulan
Internalisasi sifat ṣiddīq, amānah, tablīgh, dan fatānah bukan sekadar pelajaran sejarah kenabian, melainkan strategi pembentukan karakter generasi muda di era modern. Dengan dasar nash, dukungan teori psikologi perkembangan, dan pendekatan ilmu pendidikan, empat sifat ini dapat menjadi kerangka integratif dalam membangun generasi muslim yang berintegritas, cerdas, komunikatif, dan bertanggung jawab.
Kaum muda dengan sifat kenabian adalah jaminan lahirnya pemimpin masa depan yang mampu menjaga amanah umat dan bangsa.
Konklusi
Generasi milenial adalah aset strategis bagi bangsa dan umat: digital native, kreatif, kritis, sekaligus adaptif terhadap perubahan global. Namun, mereka juga menghadapi tantangan berupa distraksi, budaya instan, dan krisis moral. Karena itu, internalisasi empat sifat Nabi Muhammad ﷺ — ṣiddīq (jujur), amānah (dapat dipercaya), tablīgh (komunikatif), dan fatānah (cerdas) — menjadi kebutuhan mendesak untuk membangun karakter yang utuh.
Sifat-sifat kenabian ini bukan hanya teladan historis, melainkan juga kerangka praktis untuk menghadapi dinamika globalisasi, derasnya arus digitalisasi, serta krisis kepemimpinan moral. Dengan integrasi nilai agama, teori psikologi perkembangan, dan pendekatan pendidikan Islam, milenial dapat tumbuh sebagai generasi berintegritas, komunikatif, visioner, dan bertanggung jawab.
Saran
- Untuk Pendidikan: sekolah, kampus, dan lembaga dakwah perlu mengintegrasikan pendidikan karakter berbasis empat sifat Nabi melalui kurikulum, pembiasaan, dan keteladanan.
- Untuk Keluarga: orang tua hendaknya menanamkan kejujuran, amanah, keterampilan komunikasi, dan kecerdasan praktis sejak dini melalui pola asuh berbasis nilai Islami.
- Untuk Pemuda Milenial: jadikan literasi digital, dakwah kreatif, dan penguatan soft skills sebagai arena menanamkan sifat kenabian dalam kehidupan sehari-hari.
- Untuk Masyarakat dan Pemerintah: fasilitasi ruang kolaborasi, program kepemudaan, dan ekosistem sosial yang menumbuhkan generasi muda dengan nilai integritas, kecerdasan, dan tanggung jawab.
Pesan Kunci:
Internalisasi sifat Nabi adalah strategi membangun generasi milenial yang tidak hanya cakap digital, tetapi juga kokoh moral, siap menjadi pemimpin berintegritas bagi umat dan bangsa.ds