MENGUATKAN KEISLAMAN DI ERA FULL DAY SCHOOL: Sinergi SMP, Kebijakan, dan Peran Strategis MDTA” Oleh: Duski Samad

Artikel Tokoh316 Views

MENGUATKAN KEISLAMAN DI ERA FULL DAY SCHOOL:
Sinergi SMP, Kebijakan, dan Peran Strategis MDTA”

Oleh: Duski Samad
Guru Besar UIN Imam Bonjol

Bisik-bisik dan suara di luar pemegang kebijakan, di antaranya dari beberapa orang pakar dan praktisi pendidikan di Kota Padang dan beberapa daerah Kabupaten Kota di Sumatera Barat yang mewacanakan Full Day Shool.

Dunia pendidikan wajar saja ada perubahan dan inovasi, walau harus disadari setiap kebijakan baru tidak bisa dielakkan dampak positif dan negatifnya. FDS di negeri yang sudah kuat dan establish pendidikan agamanya melalui MDTA, MDTW adalah masalah yang memerlukan pertimbangan matang dan dampak jangka panjangnya.

KEBIJAKAN FDS
Kebijakan full day school (belajar di Sekolah sehari penuh) sudah diterapkan di beberapa daerah di Indonesia nyatanya lebih banyak mudaratnya. Sejak program ini dicanangkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada era Mendikbud Muhadjir Effendy (2016-2019) belum semua daerah yang melakukannya. Bahkan ada daerah yang tak ingin menerapkannya.

Beberapa daerah yang menerapkan sistem ini antara lain: DKI Jakarta – Banyak sekolah swasta dan beberapa sekolah negeri sudah menerapkan FDS.
Jawa Barat. Kota Bandung, Bekasi, dan Depok memiliki sekolah yang menerapkan FDS. Jawa Tengah. Solo dan Semarang menjadi beberapa contoh daerah yang menerapkannya.
Jawa Timur, Surabaya dan Malang memiliki beberapa sekolah yang mengguna kan sistem ini. Daerah lain. Beberapa sekolah di Yogyakarta, Sumatera, dan Kalimantan juga mengadopsi FDS, terutama sekolah swasta atau berbasis agama.

Efek dari Full Day School tentu sudah dirasakan, positifnya dapat meningkat kan pembinaan karakter. Lebih banyak waktu di sekolah, siswa lebih banyak mendapatkan pembelajaran moral dan etika.

Mengurangi waktu anak untuk hal negatif. Anak- anak lebih terpantau dan memiliki aktivitas yang lebih produktif. Mendukung program pendidikan karakter. Program ekstrakurikuler lebih banyak dan bervariasi.

Dari dampak negatifnya beban siswa bertambah. Siswa bisa mengalami kelelahan akibat jam belajar yang panjang.

Waktu dengan keluarga berkurang. Interaksi siswa dengan keluarga bisa menurun karena lebih banyak waktu di sekolah.

Tidak semua daerah siap. Fasilitas sekolah, tenaga pendidik, dan kesiapan infrastruktur menjadi tantangan di beberapa daerah.

Banyak daerah akhirnya menerapkan sistem yang lebih fleksibel, tidak sepenuhnya FDS, agar tetap menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.

Dampak lain yang dikeluhkan dari FDS adalah pembelajaran agama sore, Madrasah Diniyah Awaliyah. Full Day School (FDS) punya dampak yang cukup signifikan terhadap pendidikan agama di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA), terutama bagi anak-anak yang sebelumnya mengikuti pengajian di sore hari.

Waktu untuk MDA Berkurang. Sebelum FDS, banyak anak mengikuti MDA setelah sekolah reguler. Namun, dengan jadwal sekolah sampai sore, banyak yang kelelahan atau tidak sempat lagi ikut pengajian.

Penurunan Jumlah Santri. Beberapa MDA mengalami penurunan jumlah murid karena anak-anak lebih fokus pada sekolah formal.

Berkurangnya Intensitas Pembelajaran Agama. Karena waktu terbatas, materi keagamaan yang diajarkan di MDA menjadi lebih sedikit atau kurang mendalam.

Tantangan bagi Guru MDA. Pengajar di MDA harus menyesuaikan jadwal, bahkan ada yang mengubah jadwal ke malam hari, yang tidak selalu efektif karena anak-anak sudah kelelahan.

Karena dampak ini, beberapa daerah akhirnya menyesuaikan kebijakan FDS agar tidak mengganggu MDA. Contohnya, ada yang tetap mengizinkan sekolah pulang lebih awal di hari tertentu atau memberi fleksibilitas bagi siswa yang ingin tetap mengikuti pendidikan agama di luar sekolah.

PENGUATAN KEISLAMAN
Kritik dan keluhan terhadap FDS mesti dijawab oleh penentuk kebijakan dengan memberikan penguatan nilai-nilai keislaman di tengah kebijakan SMP Full Day School. Sinergi antara sekolah, kebijakan pendidikan, dan peran strategis Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA) wajib diperkuat.

Pokok gagasan adalah
memperkuat nilai-nilai Islam dalam pendidikan siswa. Di Era Full Day School nengacu pada tantangan dan peluang dalam sistem sekolah sehari penuh, di mana waktu siswa lebih banyak dihabiskan di sekolah maka diperlukan sinergi SMP, kebijakannya dan peran strategis MDTA.

Menekankan bahwa penguatan keislaman memerlukan kerja sama antara SMP sebagai institusi utama pendidikan formal, kebijakan pemerintah yang mendukung pembelajaran agama, da MDTA sebagai lembaga yang memperkuat pendidikan agama di luar sekolah.

Kolaborasi antara sekolah umum dan lembaga pendidikan Islam untuk memastikan bahwa siswa tetap mendapatkan pemahaman agama yang mendalam meskipun berada dalam sistem full day school.

INTERNALISASI KEISLAMAN
Strategi internalisasi keislaman bagi siswa SMP mesti menjadi prioritas untuk dilakukan pada FDS melalui berbagai pendekatan yang menyentuh aspek kognitif (pengetahuan), afektif (penghayatan), dan psikomotorik (pengamalan).

Beberapa strategi yang bisa diterapkan. Pembelajaran Berbasis Keteladanan. Guru dan tenaga pendidik harus menjadi role model dalam penerapan nilai-nilai Islam, seperti disiplin, jujur, santun, dan istiqamah dalam ibadah.

Pembiasaan salam, senyum, sapa, sopan, dan santun di lingkungan sekolah. Figur publik Muslim yang inspiratif bisa dihadirkan dalam sesi motivasi atau seminar.

Integrasi dalam Kurikulum. Pelajaran umum (sains, sosial, bahasa) bisa dikaitkan dengan nilai-nilai Islam, misalnya fisika dengan konsep keajaiban penciptaan, atau sejarah Islam dalam pelajaran IPS.

Pendidikan Agama Islam (PAI) tidak sekadar hafalan, tetapi juga diskusi interaktif dan kajian mendalam tentang aplikasi Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Pembiasaan Ibadah di Sekolah. Shalat berjamaah wajib bagi siswa Muslim, bisa diadakan shalat Dhuha dan Dzuhur bersama.

Tilawah Al-Qur’an sebelum memulai pelajaran atau ada program One Day One Ayat.
Pembentukan kelompok muroja’ah hafalan Quran dan kajian keislaman yang menarik bagi remaja.

Kegiatan Keagamaan yang Menarik. Program Pesantren Kilat atau Madrasah Diniyah untuk pendalaman agama. Lomba-lomba Islami seperti MTQ, cerdas cermat Islam, kaligrafi, dan nasyid.

Pembinaan organisasi Rohis (Rohani Islam) yang aktif dengan kegiatan yang relevan bagi remaja. Lingkungan Sekolah yang Islami. Adanya mading atau media digital Islami yang berisi tulisan-tulisan inspiratif tentang Islam. Pemutaran nasyid atau murottal Qur’an saat jam istirahat untuk membangun atmosfer Islami. Penggunaan busana Muslim yang sesuai bagi siswa dan guru sesuai ketentuan syariat.

Pendekatan emosional dan sosial. Pemberian motivasi keislaman dari guru atau alumni yang sukses. Kegiatan sosial seperti sedekah Jumat, kunjungan ke panti asuhan, dan aksi kemanusiaan untuk menumbuhkan empati dalam Islam. Penerapan sanksi dan reward berbasis nilai-nilai Islam, seperti poin akhlak baik yang bisa ditukar dengan hadiah motivasi.

Strategi ini tidak hanya membangun pemahaman Islam secara teoritis, tetapi juga membentuk karakter Islami yang tertanam dalam keseharian siswa.

FDS DAN PERAN MDTA
Fenomena SMP yang menerapkan full day school (belajar lima hari hingga pukul 16.00) memang menjadi tantangan bagi keberlangsungan Madrasah Diniyah Takmiliyah. Agar tetap eksis dan efektif, beberapa strategi yang bisa diterapkan adalah penyesuaian jadwal dan waktu belajar.

Belajar malam dengan mengadakan kelas setelah Maghrib hingga Isya, menyesuaikan dengan waktu luang siswa. Belajar Akhir Pekan di fokuskan pada hari Sabtu dan Minggu sebagai waktu utama pembelajaran.

Bisa juga dengan shift fleksibel. Jika memungkin kan, buat kelas diniyah pagi sebelum sekolah atau setelah Subuh.

Dapat juga dengan pemanfaatan teknologi dan pembelajaran Online. E-Learning dengan mengunakan platform digital seperti WhatsApp, Google Classroom, atau Zoom untuk pengajian online bagi siswa yang kesulitan hadir.

Materi Digital dengan menyiapkan rekaman kajian atau modul dalam bentuk PDF dan video agar siswa bisa belajar mandiri.

Kolaborasi dengan Sekolah Formal. Program ekstrakurikuler. Usaha kerja sama dengan SMP agar Madrasah Diniyah bisa masuk sebagai program ekstrakurikuler atau kegiatan keagamaan sekolah.

Izin Khusus negosiasi dengan sekolah agar siswa bisa pulang lebih awal pada hari tertentu untuk mengikuti Madrasah Diniyah.

Sistem Belajar Intensif. Seperti Pesantren Kilat. Selenggarakan program intensif di hari libur nasional atau saat bulan Ramadhan. Pembelajaran Tematik: Fokus pada materi esensial dengan metode fast track tanpa mengurangi kualitas.

Motivasi dan Kesadaran Orang Tua. Edukasi Orang Tua: Sosialisasi kepada wali murid tentang pentingnya Madrasah Diniyah, sehingga mereka lebih proaktif mengatur jadwal anak. Insentif dan Reward: Berikan sertifikat atau penghargaan bagi siswa yang aktif dan berprestasi agar lebih semangat belajar. Strategi di atas tentu harus menyesuaikan dengan kondisi di setiap daerah.

PENGUATAN JAM BELAJAR AGAMA
Penguatan jam belajar agama bagi siswa SMP melalui Madrasah Diniyah (Madin) adalah langkah strategis untuk memperkuat pendidikan karakter dan pemahaman agama Islam.

Beberapa cara yang bisa diterapkan integrasi waktu belajar. Model Ekstrakurikuler. Madin bisa dijadikan kegiatan ekstrakurikuler wajib atau pilihan setelah jam sekolah.

Sesi Sore atau Malam. Madin bisa diadakan sore atau malam hari setelah sekolah reguler, seperti yang sudah diterapkan di beberapa daerah.

Kurikulum Terpadu. Materi Madin bisa diselaraskan dengan pelajaran PAI di SMP, sehingga tidak ada tumpang tindih dan justru saling melengkapi.

Kolaborasi dengan Pemerintah dan Sekolah.
Pemda bisa mewajibkan siswa SMP mengikuti Madin, seperti di Jawa Timur yang mengatur Madin sebagai syarat naik kelas atau lulus sekolah.
Sekolah bisa bekerja sama dengan pesantren atau lembaga Madin yang sudah ada untuk menyediakan guru dan tempat belajar.

Peningkatan Kualitas Pengajaran. Guru Madin perlu diberikan pelatihan pedagogik agar mampu mengajar dengan metode yang lebih menarik dan sesuai dengan anak usia SMP. Kurikulum Madin bisa diperbarui agar lebih relevan, termasuk memasukkan materi akhlak, fiqih, tafsir, dan sejarah Islam yang dikaitkan dengan realitas modern.

Insentif bagi Peserta dan Pengelola. Beasiswa atau penghargaan bagi siswa yang aktif dan berprestasi di Madin. Insentif bagi guru Madin, misalnya tunjangan dari pemerintah daerah.

Penggunaan Teknologi
Pemanfaatan platform digital untuk pembelajaran agama, seperti video kajian atau aplikasi khusus Madin untuk membantu siswa belajar di luar kelas.
Program ini bisa sukses jika ada dukungan dari sekolah, orang tua, dan pemerintah daerah.

Sebagai penutup ingin ditegaskan bahwa
Full Day School (FDS) telah membawa perubahan signifikan dalam sistem pendidikan, termasuk dalam pendidikan agama Islam. Meskipun FDS memiliki dampak positif dalam membangun karakter siswa, sistem ini juga menimbulkan tantangan bagi keberlanjutan pendidikan agama di Madrasah Diniyah Takmiliyah Awaliyah (MDTA).

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan sinergi antara SMP, kebijakan pemerintah, dan peran strategis MDTA. Sekolah formal harus mengintegrasikan nilai-nilai Islam dalam kurikulum dan lingkungan belajar, sementara kebijakan pendidikan perlu memberi ruang bagi pendidikan agama yang fleksibel. MDTA juga harus beradaptasi dengan strategi baru, seperti perubahan jadwal, pemanfaatan teknologi, serta kerja sama dengan sekolah formal.

Internalisasi keislaman harus menjadi prioritas dalam sistem FDS dengan pendekatan holistik yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Strategi seperti keteladanan guru, pembiasaan ibadah, integrasi nilai Islam dalam kurikulum, serta kegiatan ekstrakurikuler keagamaan dapat memperkuat pemahaman Islam di kalangan siswa.

Selain itu, penguatan jam belajar agama perlu diperjuangkan melalui model ekstrakurikuler, sesi belajar di luar jam sekolah, dan kolaborasi antara sekolah, pesantren, serta pemerintah daerah. Dengan dukungan kebijakan yang tepat, pendidikan agama Islam tetap bisa berkembang meskipun siswa menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah formal.

Kesuksesan penguatan keislaman dalam era FDS bergantung pada kerja sama semua pihak—sekolah, pemerintah, madrasah, dan orang tua—untuk memastikan siswa tetap mendapatkan pendidikan agama yang berkualitas dan relevan dengan tantangan zaman. DS. 11022025.