NU dalam Lintasan Sejarah: Meneguhkan Peran untuk Indonesia Maslahat
Oleh Dr. H. Afrizen, S.Ag., M.Pd
Ketua Tanfidziyah PCNU Kabupaten Solok
Nahdlatul Ulama (NU) telah menempuh perjalanan panjang dalam mengawal umat dan bangsa. Dalam peringatan Hari Lahir (Harlah) ke-102 yang diselenggarakan di Istora Senayan, Jakarta, pada 5 Februari 2025, NU kembali menegaskan komitmennya untuk terus “Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat.” Tema ini mencerminkan semangat kebersamaan dan kontribusi nyata NU dalam membangun masyarakat yang berkeadilan dan sejahtera.
Pemikiran NU dalam Membangun Peradaban
Sejak didirikan oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari pada 1926, NU telah menjadi pilar penting dalam kehidupan keagamaan, sosial, dan kebangsaan di Indonesia. Pemikiran NU selalu berlandaskan pada prinsip tawassuth (moderat), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan i’tidal (tegak lurus). Prinsip-prinsip ini menjadi landasan bagi NU dalam merespons berbagai dinamika sosial dan politik yang berkembang.
Sebagai organisasi Islam yang berbasis ahlussunnah wal jama’ah, NU menempatkan keseimbangan antara tradisi dan pembaruan sebagai kunci dalam menjalankan dakwahnya. Keberpihakan kepada rakyat kecil, pendidikan berbasis pesantren, serta upaya membangun peradaban Islam yang harmonis dengan nilai-nilai kebangsaan menjadi bukti nyata kontribusi NU dalam membentuk wajah Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
NU di Masa Lampau: Jejak Perjuangan dan Dedikasi
Sejarah mencatat bahwa NU bukan sekadar organisasi keagamaan, tetapi juga memiliki peran besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ulama-ulama NU menjadi garda terdepan dalam resolusi jihad yang dikumandangkan pada 22 Oktober 1945. Fatwa ini menjadi pemicu perlawanan rakyat terhadap kolonialisme dan mempertahankan kedaulatan Indonesia yang baru merdeka.
Di era Orde Lama dan Orde Baru, NU tetap konsisten dalam memperjuangkan keadilan sosial. Meski sempat menjadi bagian dari sistem politik, NU kemudian kembali ke khittahnya pada tahun 1984, menegaskan bahwa peran utama NU adalah dalam bidang sosial, pendidikan, dan keagamaan, bukan sebagai alat politik praktis.
NU di Masa Depan: Menjawab Tantangan Zaman
Memasuki abad kedua, NU menghadapi tantangan yang lebih kompleks. Globalisasi, digitalisasi, dan perubahan sosial yang cepat menuntut NU untuk terus beradaptasi tanpa kehilangan identitasnya. Perkembangan teknologi informasi membawa peluang besar dalam dakwah, tetapi juga menghadirkan ancaman dalam bentuk penyebaran paham-paham ekstrem dan hoaks yang dapat merusak persatuan umat.
Di bidang pendidikan, NU perlu memperkuat pesantren sebagai pusat ilmu dan peradaban Islam yang berbasis teknologi. Pesantren tidak hanya harus mencetak ulama yang faqih dalam agama, tetapi juga ilmuwan dan pemimpin yang mampu membawa perubahan di berbagai bidang. Selain itu, NU juga perlu meningkatkan perannya dalam pemberdayaan ekonomi umat, menciptakan ekosistem ekonomi yang berbasis keadilan dan kesejahteraan bersama.
Harapan sebagai Warga Nahdliyin
Sebagai warga nahdliyin, ada beberapa harapan yang dapat menjadi refleksi dalam momentum Harlah ke-102 ini. Pertama, NU harus tetap menjadi garda terdepan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Indonesia yang beragam membutuhkan NU sebagai perekat sosial yang mengedepankan ukhuwah Islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basyariyah.
Kedua, NU harus semakin memperkuat kemandirian dalam berbagai aspek, baik dalam pendidikan, ekonomi, maupun sosial. Dengan jumlah anggota yang besar, NU memiliki potensi besar untuk membangun ekosistem yang mampu menopang kesejahteraan umat secara berkelanjutan.
Ketiga, kaderisasi dalam tubuh NU harus terus diperkuat. Regenerasi ulama dan intelektual muda NU menjadi kunci dalam menjaga keberlanjutan organisasi ini. NU harus mampu melahirkan pemikir, inovator, dan pemimpin yang tetap berpegang teguh pada prinsip-prinsip keislaman dan kebangsaan.
Meneguhkan Peran NU dalam Indonesia Maslahat
Dalam usianya yang lebih dari satu abad, NU telah menjadi salah satu pilar utama dalam menjaga keutuhan bangsa dan membangun peradaban Islam yang damai. Dengan semangat kerja bersama, NU diharapkan dapat terus memberikan manfaat bagi umat dan bangsa, sebagaimana yang diamanahkan dalam tema Harlah tahun ini: “Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat.”
NU bukan sekadar organisasi, tetapi sebuah gerakan peradaban yang harus terus tumbuh dan berkembang. Dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai Islam ahlussunnah wal jama’ah, NU akan terus menjadi kekuatan moral yang menjaga stabilitas bangsa dan membimbing umat menuju kehidupan yang lebih baik.
Sebagai warga nahdliyin, kita semua memiliki tanggung jawab untuk menjaga, mengembangkan, dan meneruskan perjuangan NU. Semoga NU terus menjadi rahmat bagi semesta, menebarkan kebaikan, dan membawa maslahat bagi seluruh umat manusia. Wallahu a’lam bish-shawab.