PENDIDIKAN ITU JUJUR
Duski Samad
Guru Besar UIN Imam Bonjol
Topik di atas muncul ketika membaca berita pada BENTENGSUMBAR.COM Hari Rabu, 02 Juli 2025 di bawah judul…DPRD Padang Tolak Segala Bentuk Kecurangan saat SPMB, Pengamat Pendidikan Singgung Efek Jera Bagi Pelaku Kecurangan
Harap benar rasanya hati menyimak pernyataan tegas wakil rakyat di atas. Pelaksanaannya di lapangan nanti entah lah, wallahu’alam bisshawab.
Adanya kesadaran bahwa inti dunia pendidikan adalah jujur dan ini sebagai langkah maju yang wajib hukumnya di dukung di tengah kejujuran di bibir dan diberita saja.
VIRUS GANAS KOMERSIALISASI PENDIDIKAN
Di tengah hiruk-pikuk modernitas dan komersialisasi dunia pendidikan, kita perlu kembali ke jantung dari misi pendidikan: kejujuran. Pendidikan yang sejati adalah proses memanusiakan manusia, bukan sekadar mentransfer pengetahuan atau mengejar gelar. Di dalamnya harus tertanam nilai dasar yang tak tergantikan: jujur dalam niat, proses, dan hasil.
Kejujuran: Jiwa dari Pendidikan.
Kejujuran adalah titik mula dari setiap bentuk pendidikan bermakna. Tanpa kejujuran, pengetahuan menjadi manipulatif, gelar menjadi semu, dan prestasi hanya ilusi.
Bangsa yang membiarkan sistem pendidikannya kehilangan kejujuran sedang menyemai generasi cerdas tapi culas, ahli tapi tidak amanah.”Sesungguhnya pendidikan itu bukan semata melahirkan orang pandai, tetapi orang yang pandai berlaku benar.” (Imam al-Ghazali).
Kejujuran Akademik: Pilar Moral Lembaga Pendidikan.
Pelanggaran akademik seperti plagiat, manipulasi data, rekayasa nilai, dan jual beli ijazah adalah kejahatan moral. Di banyak tempat, kejahatan ini dianggap wajar, bahkan sistemik. Maka, reformasi pendidikan harus dimulai dengan menegakkan etika akademik dan menghukum kebohongan.
Kejujuran dalam Kepemimpinan Pendidikan
Para pendidik dan pimpinan lembaga pendidikan punya tanggung jawab moral untuk menjadi teladan. Ketika seorang guru, dosen, kepala sekolah, atau rektor berlaku tidak jujur dalam pengelolaan institusi, maka pendidikan kehilangan ruhnya. Ia berubah menjadi industri, bukan lagi misi.
Kejujuran dalam Kurikulum dan Evaluasi.
Kurikulum yang dibuat harus jujur terhadap kebutuhan zaman, berakar pada nilai, dan berorientasi pada pembentukan karakter. Evaluasi pendidikan pun mesti objektif dan adil, bukan sekadar formalitas. Sistem nilai yang dipermainkan adalah perusak semangat belajar yang sejati.
Konsekuensi dari Pendidikan yang Tidak Jujur
Jika kejujuran tidak dijadikan dasar pendidikan, dampaknya tidak hanya individual tapi sistemik. Lahirnya birokrat dan pemimpin yang korup.Meningkatnya ketidakpercayaan publik pada institusi. Lunturnya nilai kebenaran dalam masyarakat.
“Bangsa yang besar adalah bangsa yang jujur dalam mendidik dan adil dalam memimpin. Refleksi moral pendidikan berbasis iman dan akal sehat.
Menuju Pendidikan Bermartabat: Jujur sebagai Komitmen Kolektif
Revitalisasi pendidikan Indonesia menuntut gerakan besar: mengembalikan kejujuran sebagai roh pendidikan nasional. Ini dimulai dari ruang kelas yang kecil, dari guru yang tak mau memanipulasi nilai, dari siswa yang takut menyontek, dan dari dosen yang tidak menjual makalah atau skripsi.
Di sinilah nilai agama, adat, dan budaya kita bertemu: Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah, dan syarak mengajarkan bahwa kejujuran adalah separuh dari iman.
Membangun pendidikan yang jujur adalah jihad peradaban. Kita tidak hanya membentuk lulusan, tapi membentuk manusia yang benar, amanah, dan adil. Mari kita kembalikan pendidikan ke jalur yang benar: menjunjung kejujuran sebagai tiang utama peradaban bangsa.
STRATEGI
Strategi Jujur dalam Penerimaan Siswa Baru: Membangun Integritas Lembaga Pendidikan
Penerimaan siswa baru (PSB) adalah momen krusial dalam siklus pendidikan. Di sinilah integritas dan nilai kejujuran lembaga diuji. Strategi jujur bukan hanya tentang tidak memanipulasi data atau menipu sistem, tapi juga memastikan bahwa proses PSB mencerminkan nilai-nilai transparansi, keadilan, dan profesionalitas.
Strategi jujur dalam
Transparansi Informasi
Publikasikan secara terbuka: Syarat, jadwal, kuota, alur seleksi, dan biaya dijelaskan secara jelas melalui website, brosur, atau media sosial resmi. Hindari informasi abu-abu yang menimbulkan dugaan praktik manipulatif.
Seleksi Berdasarkan Kompetensi dan Kelayakan
Gunakan kriteria seleksi objektif seperti nilai, prestasi, tes masuk, dan wawancara (jika perlu). Hindari praktik titipan, jual beli kursi, atau “sumbangan khusus” tanpa aturan yang jelas dan terbuka.
Verifikasi Data Secara Ketat
Cek keaslian dokumen, nilai, dan prestasi yang diklaim calon siswa. Terapkan sanksi tegas jika ditemukan pemalsuan data.
Adil dan Inklusif
Beri ruang untuk calon siswa dari berbagai latar belakang, termasuk siswa difabel, yatim, atau dari keluarga tidak mampu dengan jalur afirmasi atau beasiswa yang adil.Terapkan kuota sesuai ketentuan (misal, zonasi di sekolah negeri).
Sosialisasi Nilai Kejujuran
Libatkan guru dan panitia sebagai agen penanaman integritas, bukan sekadar pelaksana teknis. Kampanyekan bahwa PSB adalah bagian dari pendidikan karakter, bukan hanya administratif.
Pengawasan Independen
Libatkan komite sekolah, wali murid, atau auditor eksternal untuk mengawasi proses PSB. Siapkan saluran pengaduan terbuka dan mekanisme klarifikasi atas aduan.
Dokumentasi dan Evaluasi. Semua tahapan PSB terdokumentasi dengan baik (notulen, data, rekap hasil). Lakukan evaluasi berkala untuk memperbaiki sistem PSB dari tahun ke tahun.
Pendidikan Itu Jujur
Kejujuran dalam PSB adalah cerminan karakter lembaga pendidikan. Ketika proses penerimaan dilakukan dengan jujur, siswa dan orang tua akan percaya, guru akan bekerja dengan tenang, dan lembaga akan tumbuh dengan martabat.
KESIMPULAN
Pendidikan Itu Jujur.
Pendidikan yang bermartabat lahir dari nilai dasar yang tak tergantikan yaitu kejujuran.
Artikel ini menegaskan bahwa kejujuran bukan sekadar etika individual, tetapi merupakan jiwa dan fondasi sistem pendidikan nasional. Tanpa kejujuran, pendidikan hanya melahirkan manusia cerdas namun tidak amanah; sarjana yang mahir tetapi culas; dan pemimpin yang licik. Pendidikan sejati adalah proses memanusiakan manusia—jujur dalam niat, proses, dan hasil.
Di tengah arus komersialisasi dan manipulasi dalam dunia pendidikan, panggilan untuk mengembalikan kejujuran sebagai roh pendidikan nasional menjadi sangat mendesak. Kejujuran akademik, kejujuran dalam kepemimpinan lembaga, dalam kurikulum, hingga dalam proses seleksi siswa baru adalah pilar yang menentukan integritas bangsa ke depan.
Strategi penerimaan siswa baru (PSB) yang jujur mencerminkan integritas lembaga pendidikan. Transparansi, objektivitas seleksi, verifikasi data, keterbukaan terhadap masyarakat, serta pengawasan independen harus ditegakkan agar proses PSB menjadi bagian dari pendidikan karakter. Di sinilah kejujuran tidak hanya diajarkan, tapi dihidupkan sebagai praktik nyata.
Dengan demikian, membangun pendidikan yang jujur adalah jihad peradaban. Bangsa yang jujur dalam mendidik akan melahirkan generasi yang amanah, adil, dan beradab. Mari jadikan kejujuran sebagai komitmen kolektif dalam setiap dimensi pendidikan—mulai dari ruang kelas hingga ruang kebijakan. Karena pada akhirnya, pendidikan itu jujur, dan kejujuran itulah yang membesarkan bangsa. DS. 02062025.