PENDIDIKAN PROFETIK RAHMATAN LIL ALAMIN Oeh: Duski Samad

PENDIDIKAN PROFETIK RAHMATAN LIL ALAMIN

Oeh: Duski Samad
Pembina Portal indonesiamadani.com

Ketika Indonesia menuju satu abad kemerdekaan, tagline yang dipopulerkan menuju tahun emas 2045, ada suara-suara miring yang memplesetkannya dengan tahun cemas. Dapat pula dipahami bahwa kecemasan yang terus menguras energi bangsa sulit mengendalikannya..

Memasuki tahun 2025 perdebatan di ruang publik, medsos dan percakapan elit di TV nasional masyarakat bertambah cemas dengan kenaikan pajak PPN 12 persen yang ujungnya kenaikan harga barang alias inflasi ekonomi.

Kecemasan yang terus juga mengintai dan tidak juga kunjung selesai lainnya di antaran indeks korupsi semangkin memburuk, narkoba terus mencegam, krisis keluarga terus memuncak dan banyak lagi jenis kedaruratan yang siap menghancurkan.

Beragam analisis dan ikhtiar untuk menjadikan bangsa ini terus optimis adalah tugas pemegang amanah yang diberi wewenang. Kementerian yang mengurus pendidikan dasar dan menengah, begitu juga Kementerian Agama yang mengurus pendidikan agama Islam terasa mulai menyadari dan memberikan angin segar bahwa sistim, regulasi dan kebijakan pendidikan selama ini cendrung materilitias, humanis dan terbatas sekali kebijakan yang didasarkan atas dasar profetik.

Esensi profetik merujuk pada inti dan hakikat nilai-nilai kenabian yang menjadi landasan bagi transformasi spiritual, sosial, dan moral. Dalam konteks keilmuan, pendidikan, atau praksis sosial, esensi profetik dapat dijabarkan sebagai upaya untuk mewujudkan kehidupan yang mencerminkan misi kenabian, yaitu membawa rahmat, keadilan, dan kebaikan bagi seluruh umat manusia.

Berikut adalah beberapa poin yang menggambarkan esensi profetik dalam pendidikan dan dunia kehidupan lain yang merupakan bahagian tak terpisahkan dengan dunia pendidikan.
1.Transendensi (Hubungan dengan Tuhan)
Esensi profetik pertama adalah kesadaran akan hubungan manusia dengan Tuhan (habluminallah). Nilai ini mengajarkan bahwa segala aktivitas manusia harus dilandasi oleh penghambaan kepada Allah, termasuk dalam bidang ilmu, pendidikan, politik, dan sosial.

2.Humanisasi (Pemerdekaan Manusia)
Humanisasi berarti mengangkat harkat dan martabat manusia. Ini mencakup upaya melawan kebodohan, ketertindasan, dan dehumanisasi. Nilai ini mendidik manusia untuk menghormati sesama, tanpa memandang suku, agama, atau status sosial.

3.Liberasi (Pembebasan)
Nilai profetik juga mencakup pembebasan manusia dari segala bentuk kezaliman, baik yang bersifat material (kemiskinan, penjajahan) maupun non-material (ketakutan, ketergantungan). Liberasi adalah misi untuk menciptakan masyarakat yang adil dan sejahtera.

4.Keadilan Sosial
Esensi profetik sangat menekankan keadilan sebagai pilar utama kehidupan sosial. Nabi Muhammad SAW adalah teladan dalam menegakkan keadilan tanpa diskriminasi, baik terhadap umat Muslim maupun non-Muslim.

5.Rahmatan lil ‘Alamin (Rahmat bagi Seluruh Alam)
Nilai profetik bukan hanya untuk kepentingan umat Islam, tetapi untuk seluruh manusia dan alam semesta. Misi ini tercermin dalam pengajaran Nabi yang mencakup kasih sayang, kepedulian terhadap lingkungan, dan perdamaian.

6.Moralitas dan Akhlak Mulia
Nabi Muhammad SAW dikenal sebagai teladan dalam akhlak mulia. Esensi profetik menekankan pentingnya akhlak dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat.

7.Pembaruan dan Transformasi Sosial
Nilai profetik juga berorientasi pada perubahan menuju masyarakat yang lebih baik. Ini mencakup perbaikan sistem, pemberdayaan umat, dan inovasi untuk kebaikan bersama.

Dalam praktiknya, esensi profetik sering diwujudkan melalui pendidikan, dakwah, dan tindakan sosial yang berorientasi pada nilai-nilai keadilan, kesetaraan, dan kasih sayang. Esensi ini bertujuan untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dan bermartabat sesuai dengan prinsip-prinsip agama.

SEKOLAH PROFETIK
Sekolah profetik adalah sebuah gagasan pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai kenabian (profetik) dalam mendidik generasi. Konsep ini biasanya mengacu pada upaya untuk mengintegrasikan aspek-aspek keilmuan, spiritualitas, dan moralitas yang berpijak pada prinsip-prinsip agama, khususnya Islam. Sekolah profetik bertujuan untuk membentuk individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual tetapi juga memiliki akhlak mulia, visi kemanusiaan, dan semangat perubahan sosial.

Beberapa gagasan inti dalam sekolah profetik:
1. Integrasi Ilmu dan Agama
Pendidikan diarahkan untuk menyatukan ilmu pengetahuan modern dengan ajaran agama, sehingga siswa tidak hanya menjadi ahli di bidangnya tetapi juga memiliki kesadaran spiritual dan moral yang kuat.

2.Humanisasi, Liberasi, dan Transendensi
Konsep ini sering disebut sebagai tri-misi profetik, yang diadaptasi dari pemikiran Kuntowijoyo: Humanisasi (pemerdekaan manusia dari kebodohan dan ketertindasan). Liberasi (pembebasan manusia dari belenggu kezaliman, baik fisik maupun non-fisik). Transendensi (penguatan hubungan dengan Tuhan sebagai landasan moral dan spiritual).

3.Pendidikan Karakter
Sekolah profetik menekankan pembentukan akhlak dan karakter siswa agar menjadi individu yang berintegritas, berjiwa pemimpin, dan peduli terhadap masyarakat.

4.Pengembangan Jiwa Sosial
Melalui kegiatan belajar dan pengalaman nyata, siswa diajarkan untuk memiliki sensitivitas terhadap isu-isu sosial, lingkungan, dan keadilan.

5.Pemberdayaan Umat
Sekolah profetik bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkontribusi pada pemberdayaan umat dan menjadi agen perubahan di masyarakat.

Gagasan ini sudah diterapkan di sekolah atau institusi pendidikan berbasis Islam yang mengadopsi metode pembelajaran holistik dengan tujuan mencetak generasi penerus yang berlandaskan nilai-nilai kenabian.

DISTINGI DAN EKSELENSI SEKOLAH PROFETIK
Distingsi dan ekselensi sekolah profetik terletak pada pendekatan holistiknya, yang mencakup aspek intelektual, moral, dan sosial untuk mencetak generasi pemimpin yang berintegritas, berakhlak mulia, dan berdampak bagi masyarakat.

Distingsi (Ciri Khas) Sekolah Profetik
1.Integrasi Ilmu dan Agama
Pendidikan tidak hanya fokus pada ilmu pengetahuan duniawi, tetapi juga mengakar pada nilai-nilai agama yang mendalam. Sains dan agama dipandang saling melengkapi, bukan bertentangan.

2.Pendekatan Holistik
Menyeimbangkan aspek intelektual, spiritual, dan sosial dalam proses pendidikan. Peserta didik dibimbing untuk menjadi manusia yang utuh, bukan hanya ahli dalam bidang tertentu.

3.Nilai Profetik
Mengacu pada tiga misi utama kenabian: Tazkiyah, membersihkan jiwa dan membangun moral. Ta’lim, memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat.
Tahkimul ‘adl, menegakkan keadilan di masyarakat.

4.Kepemimpinan Berbasis Akhlak
Peserta didik dilatih menjadi pemimpin yang memegang teguh prinsip keadilan, keberanian, dan keteladanan.

Ekselensi (Keunggulan) Sekolah Profetik
1.Mencetak Pemimpin Visioner
Lulusan sekolah profetik memiliki visi yang jelas untuk membawa perubahan positif, baik di tingkat lokal maupun global, dengan pendekatan yang adil dan manusiawi.

2.Keseimbangan Duniawi dan Ukhrawi
Tidak hanya sukses di dunia, tetapi juga berorientasi pada kebahagiaan akhirat. Hal ini memberikan makna yang lebih mendalam bagi setiap pencapaian.

3.Penguatan Karakter dan Moral
Karakter peserta didik dibangun dengan landasan etika profetik yang mengedepankan kebenaran, kejujuran, dan empati.

4.Inovasi Sosial
Peserta didik diarahkan untuk menjadi solusi atas masalah-masalah di masyarakat, dengan pendekatan yang berbasis nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas.

5.Komunitas yang Solid
Sekolah profetik sering kali menciptakan komunitas pembelajar yang saling mendukung, baik di lingkungan sekolah maupun di masyarakat.

STRATEGI PEMBELAJARAN SEKOLAH PROFETIK
Strategi perencanaan pembelajaran di sekolah profetik harus mencerminkan misi utamanya, yaitu membentuk peserta didik yang memiliki kecerdasan intelektual, spiritual, dan sosial berdasarkan nilai-nilai profetik. Berikut adalah beberapa strategi perencanaan pembelajaran untuk sekolah profetik:

1.Menyusun Visi dan Misi yang Berbasis Nilai Profetik
Visi: Mengintegrasikan ilmu pengetahuan, spiritualitas, dan nilai-nilai kenabian untuk mencetak generasi yang berakhlak mulia dan berdampak positif.
Misi: Tazkiyah: Membersihkan jiwa melalui pendidikan karakter. Ta’lim: Mengajarkan ilmu pengetahuan yang relevan dan kontekstual. Tahkimul ‘Adl: Menanamkan nilai keadilan dan keberpihakan pada kebenaran.

2.Desain Kurikulum Integratif
Integrasi Ilmu dan Agama: Kurikulum dirancang untuk menghubungkan ilmu umum (seperti sains, teknologi, dan seni) dengan nilai-nilai agama.

Pendekatan Holistik: Memadukan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam pembelajaran.
Berbasis Nilai Profetik: Semua mata pelajaran dikaitkan dengan misi profetik, seperti keadilan, kasih sayang, dan kebenaran.

3.Pembelajaran Kontekstual
Relevansi dengan Kehidupan: Materi pembelajaran disusun agar relevan dengan masalah nyata di masyarakat, sehingga peserta didik belajar untuk menjadi solusi.
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-Based Learning): Peserta didik diajak mengerjakan proyek yang mencerminkan nilai-nilai profetik, seperti proyek sosial atau lingkungan.
Experiential Learning: Menggunakan pengalaman langsung untuk memperkuat pembelajaran, misalnya melalui kegiatan amal, pengabdian masyarakat, atau simulasi kepemimpinan.

4.Pendekatan Spiritual dalam Pembelajaran
Pendidikan Karakter dan Spiritual: Menanamkan nilai-nilai keimanan dan akhlak melalui metode seperti tadabbur Al-Qur’an, doa bersama, dan pembiasaan ibadah.

Refleksi dan Muhasabah: Mengintegrasikan sesi refleksi dalam pembelajaran untuk mendorong peserta didik introspeksi dan memahami makna belajar dalam konteks spiritual.

5.Metode Pengajaran yang Beragam
Pembelajaran Kolaboratif: Mendorong peserta didik bekerja sama dalam kelompok untuk menumbuhkan sikap empati dan keberagaman.

Dialog dan Diskusi: Membuka ruang dialog tentang isu-isu moral, sosial, dan spiritual, sehingga peserta didik terbiasa berpikir kritis.

Mentoring Personal: Guru berperan sebagai mentor yang membantu peserta didik memahami potensi diri dan menjalankan misi profetik mereka.

6.Evaluasi yang Menyeluruh
Penilaian Holistik: Evaluasi tidak hanya berfokus pada hasil akademik, tetapi juga mencakup:

Spiritual Growth: Perkembangan nilai-nilai spiritual dan akhlak.

Social Impact: Kontribusi peserta didik terhadap masyarakat.

Personal Development: Kemajuan dalam kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan kepemimpinan.

Portfolio-Based Assessment: Dokumentasi hasil kerja peserta didik untuk menilai perkembangan mereka secara komprehensif.

7.Penguatan Peran Guru
Guru Sebagai Teladan: Guru tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga model nyata nilai-nilai profetik.

Pelatihan dan Pembinaan Guru: Mengadakan program pelatihan rutin bagi guru untuk meningkatkan kompetensi mereka, baik dalam ilmu pengetahuan maupun spiritualitas.

8.Kolaborasi dengan Komunitas
Kemitraan dengan Orang Tua: Membentuk sinergi antara sekolah dan orang tua dalam mendidik anak.

Pengabdian Masyarakat: Melibatkan peserta didik dalam kegiatan sosial untuk menanamkan nilai keadilan dan empati.

Dengan strategi-strategi ini, sekolah profetik tidak hanya mencetak generasi cerdas, tetapi juga generasi yang mampu membawa perubahan positif berdasarkan nilai-nilai kenabian.

Akhirnya ingin ditegaskan bahwa pendidikan profetik rahmatan lil alamin adalah kebutuhan mendesak untuk mempersiapkan generasi emas yang berpegang erat pada iman dan jati dirinya sebagai masyarakat Indonesia yang berbudaya luhur. Ketika iman, ilmu dan keterampilan tidak terintegrasi maka yang lahir adalah anak didik yang tidak utuh dan tidak banyak membawa rahmat bagi semesta. Semoga semua pengelola pendidikan segera mengambil langkah-langkah konkrit untuk menghadirkan suasana profetik di lembaga yang dipimpinnya, amin. DS@pasirjambak#YPTI19122024indonesiamadani.com

Leave a Reply