PENDIDIKAN: TARBIYAH, RABBI DAN MURABBI Oleh: Duski Samad

PENDIDIKAN: TARBIYAH, RABBI DAN MURABBI

Oleh: Duski Samad

Guru Besar UIN Imam Bonjol Padang

 

Hari ini, Juma’t, 02 Mei 2025 setiap tahunnya diperingati sebagai hari Pendidikan Nasional. Tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional di Indonesia untuk menghormati jasa Ki Hajar Dewantara, tokoh pendidikan yang berperan penting dalam perjuangan pendidikan di Indonesia. Tanggal ini dipilih karena merupakan hari kelahiran Ki Hajar Dewantara, yaitu 2 Mei 1889.

Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai pelopor sistem pendidikan yang mengutamakan kebebasan dan keadilan dalam dunia pendidikan. Ia mendirikan Taman Siswa pada tahun 1922, yang menjadi simbol perjuangan untuk memberikan pendidikan yang merata dan berkualitas bagi rakyat Indonesia. Konsep pendidikan yang diajukan Ki Hajar Dewantara menekankan pada nilai-nilai kebudayaan, keterampilan, serta penghormatan terhadap martabat manusia.

Peringatan Hari Pendidikan Nasionalini bertujuan untuk mengingat dan melanjutkan perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam mewujudkan pendidikan yang lebih baik, serta menginspirasi seluruh elemen bangsa untuk terus memperjuangkan kemajuan pendidikan di Indonesia.

PENDIDIKAN DAN TARBIYAH

Pendidikan dalam bahasa Arab disebut “Tarbiyah” yang berasal dari kata “Raba” yang berarti “membesarkan”, “mendidik”, atau “menumbuhkan”. Secara harfiah, “Tarbiyah” mengandung makna proses membesarkan, mendidik, atau mengarahkan perkembangan individu menuju kesempurnaan baik dalam aspek fisik, mental, maupun spiritual.

Tarbiyah dalam konteks Islam lebih dari sekadar transfer pengetahuan. Ia melibatkan pembentukan karakter, moralitas, dan nilai-nilai agama yang baik pada individu. Dengan kata lain, Tarbiyah mengutamakan pengembangan seluruh potensi manusia (baik jasmani, rohani, maupun akal) agar dapat hidup dengan benar, sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Dalam tradisi Islam, Tarbiyah juga sering dianggap sebagai proses yang melibatkan hubungan antara guru dan murid, di mana sang guru tidak hanya menyampaikan ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan bimbingan moral dan spiritual untuk perkembangan pribadi yang lebih baik.

Tarbiyah lebih luas dan mendalam dibandingkan dengan konsep pendidikan biasa, karena ia mencakup pembentukan pribadi secara menyeluruh dalam kerangka nilai-nilai agama dan moral.

Dalam bahasa Indonesia, “tarbiyah” sering digunakan untuk merujuk pada proses pendidikan atau pembinaan yang lebih mendalam dan holistik, terutama dalam konteks pendidikan Islam. Kata ini lebih menekankan pada aspek pembentukan karakter, moralitas, dan pengembangan spiritual seseorang, selain hanya sekadar mentransfer pengetahuan.

Pemakaian kata “tarbiyah” dalam bahasa Indonesia sering kali dikaitkan dengan konsep pendidikan yang tidak hanya mencakup aspek intelektual, tetapi juga pembentukan akhlak, nilai-nilai agama, dan kehidupan sosial yang lebih baik. Istilah ini banyak digunakan dalam berbagai konteks pendidikan Islam, seperti dalam madrasah, pondok pesantren, atau lembaga-lembaga pendidikan berbasis agama.

Contoh pemakaian kata “tarbiyah” dalam pendidikan Islam adalah Madrasah Tarbiyah Islamiyah yang didirikan oleh ulama PERTI sejak 05 Mei 1928 lalu. Madrasah Tarbiyah Islamiyah tidak hanya mengajarkan pelajaran agama, tetapi juga membentuk karakter dan akhlak santri atau anak Siak. “Pendidikan di lembaga ini berorientasi pada tarbiyah, yang mengutamakan pembinaan rohani dan jasmani secara seimbang.” “Setiap siswa harus mengikuti proses tarbiyah yang dapat membentuk mereka menjadi pribadi yang lebih baik dan bertanggung jawab.”Pendidikan di Madrasah Tarbiyah Islam berorientasi pada pengembangan karakter dan kecerdasan siswa, dengan tujuan untuk membentuk individu yang tidak hanya cakap dalam ilmu pengetahuan tetapi juga dalam menjalankan kehidupan sesuai dengan nilai-nilai Islam.

Secara keseluruhan, “tarbiyah” dalam bahasa Indonesia menggambarkan suatu pendekatan pendidikan yang menyeluruh, mengarah pada pembentukan pribadi yang sesuai dengan nilai-nilai agama dan moral yang luhur. Kini kata tarbiyah dipakai sebagai nama Fakultas pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Tarbiyah ada juga mengunakan untuk nama sistim pendidikan kader, sudah di tarbiyah.

RABBĪ DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Kata “Rabbī” berasal dari kata “Rabb” yang artinya adalah Tuhan, Penguasa, atau Pemelihara. Dalam bahasa Arab, “Rabb” bukan hanya merujuk pada Tuhan sebagai Pencipta, tetapi juga sebagai Pembimbing, Pengatur, dan Pemelihara segala sesuatu. Dalam konteks pendidikan, “Rabbī” merujuk pada hubungan antara individu dan Tuhan sebagai Pemelihara, yang memberi arahan dalam hidupnya, baik dalam dunia maupun akhirat.

Secara etimologis, “Rabbī” dalam pendidikan Islam dapat dipahami sebagai proses pendidikan yang diarahkan oleh Tuhan, di mana tujuan akhirnya adalah mencapai kesempurnaan spiritual dan moral yang sesuai dengan kehendak-Nya. Dalam hal ini, “Rabbī” dapat menunjukkan     bahwa pendidikan yang benar-benar baik adalah pendidikan yang terintegrasi dengan nilai-nilai agama, yang memberikan ruang bagi pertumbuhan iman dan karakter dalam diri seseorang. Pendekatan ini mendorong individu untuk selalu memperhatikan kehendak Tuhan dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam proses belajar dan pengajaran.

Dalam tafsir Al-Qur’an, misalnya, kata “Rabbī” sering muncul dalam doa-doa Nabi dan orang-orang yang beriman, seperti dalam doa Nabi Musa:”رَبِّ اغْفِرْ لِي وَرَبِّ ارْحَمْنِي” (QS. Al-Isra: 24), yang artinya “Tuhan-ku, ampunilah aku dan rahmatilah aku.” Ini menunjukkan bahwa pendidikan dalam Islam tidak hanya mengandalkan upaya manusia semata, tetapi juga memohon bimbingan dan pertolongan dari Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Dari kata Rabbi, hadir  kata “Tarbiyah” Tarbiyah menekankan pada pembentukan karakter yang mulia dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Tarbiyah tidak hanya tentang transfer ilmu pengetahuan, tetapi lebih kepada proses pertumbuhan (tumbuh kembang) seseorang dalam berbagai aspek kehidupan, baik secara fisik, sosial, emosional, dan spiritual. Tarbiyah adalah pendidikan yang mengarah pada pengembangan manusia secara utuh.

Tarbiyah dapat ditemukan dalam banyak ayat yang menggambarkan bagaimana Tuhan mendidik umat-Nya. Salah satu contoh yang sangat jelas adalah dalam surat At-Tahrim (66:6) yang mengingatkan umat Islam untuk menjaga diri dan keluarga dari api neraka, yang mencerminkan bahwa pendidikan dalam Islam tidak hanya tentang pengetahuan intelektual, tetapi juga pendidikan akhlak, perilaku, dan hubungan manusia dengan Tuhan.

Hubungan Rabbī dan Tarbiyah dalam Pendidikan Islam adalah utuh dan tak terpisahkan. “Rabbī” dan “Tarbiyah” berfungsi saling melengkapi dan tidak bisa dipisahkan. “Rabbī” memberi bimbingan dan arahan dari Tuhan, sementara “Tarbiyah” adalah proses yang dilakukan oleh manusia untuk mengembangkan potensi yang diberikan oleh Tuhan, baik itu melalui ajaran agama, moralitas, atau kebijaksanaan dalam hidup. Pendidikan tidak hanya berfokus pada aspek akademik atau intelektual semata, tetapi juga membentuk pribadi yang taat dan bertanggung jawab kepada Tuhan.

Pendidikan Tarbiyah yang diajarkan dalam Islam tidak hanya terbatas pada lembaga pendidikan formal. Sebaliknya, ia berlaku dalam semua aspek kehidupan, mulai dari keluarga, masyarakat, hingga negara. Di dalam keluarga, seorang ayah dan ibu berperan sebagai pendidik pertama bagi anak-anak mereka, dengan mengajarkan nilai-nilai agama dan akhlak yang baik. Begitu pula di masyarakat, di mana interaksi antar individu harus mengedepankan nilai-nilai moral dan spiritual yang tercermin dari pendidikan yang mengarah pada Tarbiyah.

Secara praktis, Tarbiyah juga terlihat dalam pendidikan-pendidikan berbasis agama di Indonesia, seperti di pesantren-pesantren, madrasah, dan lembaga pendidikan Islam lainnya yang menerapkan pendekatan holistik, yang tidak hanya mengutamakan aspek pengetahuan, tetapi juga pendidikan akhlak dan spiritual.

Pentingnya pendidikan yang terintegrasi antara pendidikan agama dengan pendidikan akademik di sekolah dan perguruan tinggi yang sudah berjalan di Indonesia adalah atas jasa besar dari Dr.Abdullah Ahmad.

Abdullah Ahmad, tokoh yang dikenal atas kontribusinya dalam pendidikan agama di Indonesia, lahir pada 1 Januari 1924 dan wafat pada 23 Juni 1982. Beliau dikenal sebagai salah satu tokoh yang memperjuangkan integrasi pendidikan agama Islam dalam kurikulum pendidikan formal di Indonesia. Ia adalah salah satu tokoh yang berperan dalam menciptakan landasan bagi pendidikan agama di Indonesia.

Pada masa penjajahan, pendidikan agama Islam hanya diajarkan di madrasah atau lembaga pendidikan Islam yang terpisah dari sekolah-sekolah umum. Namun, dengan adanya tokoh seperti Abdullah Ahmad, pendidikan agama Islam mulai dimasukkan sebagai bagian dari kurikulum di sekolah-sekolah negeri. Abdullah Ahmad berperan dalam mendorong perubahan ini, menggabungkan pendidikan agama dengan pendidikan umum, agar dapat memenuhi kebutuhan umat Islam untuk memperoleh pengetahuan agama yang mendalam tanpa mengabaikan aspek pendidikan umum.

Dengan upaya ini, Abdullah Ahmad berkontribusi pada pengembangan sistem pendidikan yang mengintegrasikan ilmu agama dan pengetahuan umum, yang dapat mendukung perkembangan moral dan intelektual para siswa. Upaya ini bertujuan untuk menciptakan keseimbangan antara perkembangan akhlak dan kemampuan intelektual bagi generasi penerus bangsa.

MURABBI DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Dalam konteks pendidikan Islam, murabbi adalah sosok yang bertanggung jawab terhadap pengembangan spiritual dan moral anak didik. Sebagai seorang pendidik, seorang murabbi tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan duniawi, tetapi juga memberikan panduan dalam aspek kehidupan yang lebih luas, termasuk dalam pemahaman agama, pembentukan akhlak, dan penguatan hubungan dengan Allah. Pendidikan yang diberikan oleh murabbi mencakup semua aspek kehidupan, baik fisik, intelektual, maupun spiritual, untuk membentuk individu yang seimbang dan taat kepada Tuhan.

Murabbi adalah  figur yang memberikan pengajaran dan contoh teladan dalam kehidupan sehari-hari, yang mencakup nilai-nilai moral dan agama. Murabbi memegang peran penting sebagai pembimbing yang memperkenalkan peserta didik kepada nilai-nilai agama dan membantu mereka dalam penerapan ajaran Islam dalam kehidupan mereka.

Peran murabbi dalam pendidikan sangatlah besar. Seorang murabbi tidak hanya bertugas untuk memberikan ilmu pengetahuan, tetapi lebih dari itu, ia juga berperan sebagai pembimbing yang membentuk karakter dan akhlak para peserta didik agar sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan, yang bersifat holistik, menggabungkan aspek fisik, intelektual, dan spiritual, dan peran murabbi sangat penting dalam menciptakan keseimbangan antara ketiga aspek tersebut.

Ciri-ciri Murabbi yang ideal dalam pendidikan adalah memiliki ilmu yang mendalam. Seorang murabbi harus memiliki pengetahuan yang cukup dalam bidang agama dan ilmu pengetahuan umum untuk dapat membimbing peserta didiknya dengan benar. Teladan yang baik seorang murabbi harus menjadi contoh yang baik dalam hal akhlak, ibadah, dan perilaku sehari-hari.

Kesabaran dan kasih sayang, murabbi harus memiliki kesabaran dan kasih sayang yang besar terhadap peserta didiknya, serta mampu mendekati mereka dengan cara yang lembut dan penuh pengertian. Kemampuan membimbing, murabbi harus memiliki kemampuan untuk membimbing dan mendidik dengan cara yang sesuai dengan kebutuhan individu, dan tidak hanya sekedar memberikan pengetahuan secara teoritis.

Murabbi adalah seorang pendidik yang memiliki peran kunci dalam membentuk dan mengarahkan individu menuju kedewasaan spiritual dan moral. Murabbi bukan hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga memberikan bimbingan dalam aspek kehidupan yang lebih luas, termasuk pengajaran agama, pembentukan akhlak, dan penguatan iman.

KONTEKTUAL PENDIDIKAN DI INDONESIA

Konsep Tarbiyah, Rabbī, dan Murabbi, di atas memberikan wawasan mendalam mengenai pendekatan pendidikan yang lebih holistik, yang tidak hanya mengutamakan pengetahuan intelektual tetapi juga membentuk karakter dan spiritualitas peserta didik. Dalam konteks pendidikan hari ini, artikel ini memberikan beberapa poin penting yang dapat dianalisis:

  1. Pentingnya Pendidikan Holistik dalam Era Modern

Artikel ini menggarisbawahi pentingnya pendekatan pendidikan yang holistik. Konsep Tarbiyah yang menekankan pengembangan fisik, mental, dan spiritual sesuai dengan prinsip-prinsip Islam sangat relevan dalam konteks pendidikan saat ini. Pendidikan tidak hanya berfokus pada pencapaian akademik, tetapi juga pada pembentukan karakter dan nilai-nilai moral. Dalam dunia yang semakin materialistis dan kompetitif, pendekatan Tarbiyah ini menjadi penting untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki akhlak yang mulia dan tanggung jawab sosial.

 

  1. Integrasi Pendidikan Agama dalam Kurikulum Formal

Pentingnya integrasi antara pendidikan agama dan pendidikan umum sebagaimana dipelopori oleh tokoh seperti Abdullah Ahmad menjadi tema sentral dalam artikel ini. Di masa kini, banyak sekolah dan universitas yang sudah mengintegrasikan pendidikan agama dengan ilmu pengetahuan umum. Meskipun demikian, tantangan besar masih ada dalam memastikan bahwa pendidikan agama tidak hanya terfokus pada aspek ritual, tetapi juga membentuk dasar moral dan etika yang kokoh. Pendidikan agama yang lebih mendalam, seperti yang dikembangkan di pesantren atau madrasah, dapat menjadi contoh bagaimana pendidikan agama dapat dilaksanakan dengan menyeluruh dan terpadu dengan ilmu pengetahuan.

  1. Peran Murabbi dalam Pendidikan

Artikel ini menyoroti peran Murabbi sebagai pendidik yang tidak hanya mengajarkan ilmu, tetapi juga membimbing peserta didik dalam membentuk karakter, akhlak, dan keimanan. Peran Murabbi yang menekankan contoh teladan dalam kehidupan sehari-hari sangat relevan dalam konteks pendidikan modern, di mana guru atau pendidik tidak hanya berfungsi sebagai pengajar tetapi juga sebagai model bagi peserta didik. Pendidikan yang lebih menekankan pada pembentukan karakter melalui keteladanan akan menghasilkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga mampu menghadapi tantangan moral dan etika di masyarakat.

  1. Tantangan dalam Pendidikan Islam di Indonesia

Meskipun banyak lembaga pendidikan di Indonesia yang mengadopsi sistem Tarbiyah untuk mengajarkan agama dan nilai-nilai moral, tantangan utama adalah mengintegrasikan pendidikan agama dalam sistem pendidikan formal yang ada. Dalam banyak kasus, pendidikan agama masih sering dianggap sebagai subjek terpisah dari mata pelajaran lainnya, dan ini dapat menghambat tercapainya tujuan pendidikan yang holistik. Oleh karena itu, perlu adanya upaya lebih lanjut untuk memastikan bahwa nilai-nilai agama tidak hanya diajarkan secara terpisah, tetapi juga diterapkan dalam kehidupan sehari-hari melalui pendidikan yang mengarah pada pembentukan karakter.

  1. Peran Teknologi dalam Pendidikan Islam

Salah satu aspek yang dapat ditambahkan dalam analisis pendidikan saat ini adalah pengaruh teknologi terhadap pendidikan Islam. Di era digital ini, media sosial dan teknologi informasi menawarkan platform yang luar biasa untuk menyebarkan ilmu agama. Namun, tantangannya adalah bagaimana menggunakan teknologi ini dengan bijak dan efektif untuk mendukung pendidikan yang mengarah pada Tarbiyah. Teknologi dapat digunakan untuk mendekatkan peserta didik dengan nilai-nilai agama dan budaya, tetapi juga harus hati-hati dalam menghindari pengaruh negatif yang dapat merusak moral dan etika.

  1. Keseimbangan antara Pendidikan Duniawi dan Ukhrawi

Konsep Tarbiyah dalam artikel ini menekankan pentingnya keseimbangan antara pendidikan duniawi dan ukhrawi (akhirat). Pendidikan yang hanya mengutamakan aspek duniawi atau akademik tanpa memperhatikan aspek ukhrawi akan menghasilkan individu yang mungkin cerdas tetapi miskin bahkan bahkan nilai-nilai moral. Oleh karena itu, pendidikan yang berbasis pada Tarbiyah yang mengintegrasikan kedua aspek ini akan menghasilkan individu yang tidak hanya unggul dalam ilmu pengetahuan tetapi juga memiliki karakter yang baik dan dapat hidup harmonis dengan masyarakat.

Kesimpulan

Artikel ini memberikan analisis yang tajam tentang pentingnya pendidikan yang berbasis pada Tarbiyah, Rabbī, dan Murabbi dalam konteks pendidikan Islam di Indonesia. Pendidikan yang holistik, yang mencakup pengembangan intelektual, karakter, dan spiritual, sangat relevan dengan tantangan pendidikan saat ini. Oleh karena itu, pendidikan tidak hanya harus mencakup aspek akademik, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai moral dan agama yang dapat membentuk generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga bertanggung jawab sosial dan religius. Dengan integrasi yang tepat antara ilmu pengetahuan dan agama, pendidikan Islam di Indonesia dapat berkembang lebih baik dan lebih menyeluruh. SELAMAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL. DS. 02052025.

Leave a Reply