PENDIDIKAN TURAST PERTI
Oleh: Duski Samad
Wakil Ketua Umum PP PERTI
Guru Besar UIN Imam Bonjol
Pendidikan Turast PERTI ini disampaikan Menteri Agama RI Nasaruddin Umar saat menjadi kenynote speaker pada Seminar Internasional dan Muzakarah Pendidikan Perti yang diselenggara kan oleh Lembaga Penyelenggaraan Pendidikan Perti Nasional (LP3N) yang dipimpin oleh Ustad Abdul Somad (UAS), Rabu, 23 April 2025 bertempat di Gedung Bank Kepri Syariah Kota Pekan Baru.
Esensi pendidikan turats (warisan keilmuan Islam klasik) mencakup beberapa hal pokok di antaranya pemeliharaan Warisan Ilmu Islam. Pendidikan turats bertujuan melestarikan ilmu-ilmu keislaman klasik seperti tafsir, hadis, fikih, tasawuf, nahwu-sharaf, balaghah, dan ilmu kalam. Ia menjaga kesinambungan tradisi intelektual umat Islam dari generasi ke generasi.
Bersamaan pendidikan turast berisikan pembentukan karakter ulama. Melalui metode talaqqi (belajar langsung kepada guru) dan pembinaan ruhaniyah, pendidikan turats membentuk pribadi ulama yang berakhlak, bersanad keilmuan, serta memiliki tanggung jawab keumatan dan moral.
Pendidikan turast memperhatikan kedalaman dan ketelitian ilmu. Esensi turats terletak pada pendekatan mendalam (tafaqquh) dalam memahami teks, dengan mempertimbangkan konteks, maqashid (tujuan syariah), dan perdebatan antarmazhab.
Keterhubungan dengan Tradisi Keilmuan Global Islam. Pendidikan turats menghubungkan pelajar dengan warisan keilmuan dunia Islam dari Andalusia, Baghdad, Kairo, hingga Nusantara. Hal ini menciptakan wawasan keislaman yang luas dan mendalam.
Landasan untuk Ijtihad dan Pembaruan. Meskipun berakar pada masa lalu, pendidikan turats menyediakan landasan metodologis untuk melakukan ijtihad dalam menjawab tantangan zaman secara otentik dan kontekstual.
Pendidikan turast lebih dalam dengan dalil naqal, akal dan pengalaman langsung disampaikan Menteri Agama dengan jelas dan mengugah kesadaran peserta seminar internasional. Pengetahuan yang dalam dan wawasan luas dari Menteri Agama beliau menegaskan sangatlah rugi murid jika hanya belajar dengan guru yang hidup. Lebih merugi lagi jika hanya mengajar hanya dengan orang saja.
Imam Besar Masjid Istiqlal ini menyampaikan Imam Al Ghazali baru akan menulis ketika Rasul mengganguk. Ibnu Arabi menyebut ia tidak menulis kitab Fususul Hikam, tetapi kitab iti diberikan kepadanya.
Pendidikan Perti sejatinya adalah pendidikan turast yang meniscayakan pendidikan ladunni dan pendidikan kecerdasan.
Pendidikan ladunni yang berasal dari wahyu dijelaskan Professor tafsir ini dengan mengutip …
Maka ketika dia (Musa) sampai ke (tempat) api itu, dia diseru dari (arah) pinggir sebelah kanan lembah, dari sebatang pohon, di sebidang tanah yang diberkahi, “Wahai Musa! Sungguh, Aku adalah Allah, Tuhan seluruh alam!
(QS. Al-Qasas Ayat: 30). Lebih dalam diperkuat pula dengan surat al Kahfi ayat 10.
Sambutan Menag yang guru besar benar-benar sahih dan argumentatif didukung dengan pengalaman personalnya.
Bahasan Menag tentang Perti yang intinya tarbiyah. Tarbiyah dari akar kata rabb. Allah menyebut diri dengan ilahiyah (maskulin), namun yang terbanyak itu menghubungkan namanya rabb, tarbiyah (mendidik). Simpulan kitab-kitab, al Qur’an bismillahirrahmanir rahim. Rahman rahim itu, rahim maknya cinta. Sifat cinta mewarnai 80 persen asmaul husna.
Seterusnya dielaborasi tentang ilmu ladunni, teks ayat tentang komunikasi berkenaan Nabi Muhammad salalu dipakai fiil mudarik yang fungsinya menyatakan keadaan sekarang dan masa depan.
Lebih dalam guru besar Tafsir yang diamanahi Menteri Agama menguraikan surat al Jumu’ah ayat 2 yang menjadi petunjuk jelas pendidikann turast yang mendahulukan pendidikan tazkiyah selanjut pendidikan taklim.
Pada akhir sambutan ditegaskan bahwa pendidikan itu mesti terintgerasi kitab turast yang isinya hendaklah dipahami dari ibarah, isyarah, lathaif dan ladunni.
ANALISIS KONTEN
1.Esensi Pendidikan Turats (Turāth) Pendidikan turats dimaknai sebagai upaya pelestarian warisan keilmuan Islam klasik yang mencakup disiplin utama seperti tafsir, hadis, fikih, tasawuf, nahwu-sharaf, dan lainnya. Ini mencerminkan kesinambungan tradisi keilmuan Islam sejak masa klasik hingga kini.
2.Pembentukan Karakter Ulama Melalui metode talaqqi, pendidikan turats mencetak pribadi ulama yang bukan hanya alim dalam ilmu, tapi juga memiliki akhlak mulia, sanad keilmuan yang otentik, dan kesadaran sosial keumatan.
3.Kedalaman Ilmu dan Metodologi Tafaqquh Pendidikan ini menekankan pada metode pemahaman mendalam terhadap teks-teks turats, disertai maqashid syariah dan konteks perdebatan mazhab, sehingga melatih nalar kritis dan ilmiah.
4.Keterhubungan Global Islam Turats tak hanya lokal, tapi juga terhubung dengan khazanah Islam global, dari Andalusia hingga Nusantara. Ini memberi ruang bagi integrasi keilmuan dan pemahaman Islam yang luas.
5.Fondasi Ijtihad dan Pembaruan Walau klasik, turats menjadi basis metodologis untuk ijtihad kontemporer. Pendidikan turats tidak jumud, tetapi memungkinkan kreativitas keilmuan yang kontekstual.
6.Pendidikan Ladunni dan Pengalaman Ruhaniyah Menag menyampaikan bahwa pendidikan turats yang ideal adalah yang bersentuhan dengan ilmu ladunni (ilmu karunia Ilahi), sebagaimana dialami Nabi Musa (QS. Al-Qashash: 30) dan kisah Nabi Khidr (QS. Al-Kahfi 10). Ini menunjukkan pentingnya dimensi spiritual-inspiratif dalam pendidikan Islam.
7.Tarbiyah sebagai Konsep Dasar Pendidikan Menag menekankan bahwa pendidikan PERTI sejatinya adalah tarbiyah, yang berasal dari akar kata rabb—mendidik dengan kasih sayang dan cinta. Allah pun menyebut diri-Nya dengan nama Rabb, menandakan pendidikan sebagai proses pengasuhan penuh cinta (rahman rahim).
8.Prioritas Tazkiyah sebelum Ta’lim Berdasarkan QS. Al-Jumu’ah: 2, Menag menegaskan pentingnya tazkiyah (penyucian jiwa) sebagai fondasi sebelum ta’lim (pengajaran). Ini menekankan pendekatan spiritual dan moral dalam pendidikan turats.
9.Empat Level Pemahaman Turats Pemahaman terhadap teks turats harus bertahap: Ibarah (makna tekstual). Isyarah (makna tersirat). Lathaif (makna halus) dan Ladunni (makna ilahiyah/inspiratif).
Kesimpulan
Pendidikan Turats ala PERTI sebagaimana dijelaskan oleh Menteri Agama RI dalam forum tersebut adalah model pendidikan Islam yang komprehensif, mendalam, spiritual, dan transformatif. Ia tidak hanya melestarikan ilmu klasik, tapi juga membentuk ulama yang memiliki ketajaman intelektual, keluhuran akhlak, dan kekuatan ruhani.
Pendidikan ini memadukan antara: Teks dan konteks. Tradisi dan pembaruan. Akademik dan spiritual. Cinta dan ilmu
Pendidikan turats PERTI menggabungkan warisan keilmuan dengan kesadaran zaman, yang pada akhirnya melahirkan insan pendidik dan peserta didik yang cerdas, saleh, dan bijak dalam membimbing umat.ltvgedungrksyariah, 24425.