RAMADHAN MEMAKMURKAN DI TENGAH EFESIENSI
Oleh: Duski Samad
Ketua Dewan Pakar Badan Kemakmuran Masjid (BKM) Pusat dan Dewan Masjid Indonesia (DMI) Provinsi Sumatera Barat
Tema tulisan Ramadhan Memakmurkan punya relevansi dengan program utama Pimpinan Pusat Dewan Masjid Indonesia (PP DMI) sejak dipimpin oleh H. Muhammad Yusuf Kalla satu dasawarsa belakangan ini. Hari ini, Ahad, 16 Februari 2025 bertempat di auditorim UNP Padang PW DMI Sumatera Barat mengelar Seminar, Tabligh Akbar dan Rakerwil untuk menindaklanjuti implementasi Masjid Makmur dan Memakmurkan.
Sebagai pegiat masjid penulis ingin berkontribusi mengajak semua anggota masyarakat yang mewakafkan diri sebagi pejuang umat (Pengurus DMI, Pengurus Masjid, Surau, Mushalla) untuk memaksimalkan bulan Ramadhan 1446/2025 mengerakkan potensi umat dengan inovatif dan focus MASJID MEMAKMURKAN dibingkai dengan RAMADHAN MEMAKMURKAN.
Ramadhan dan memakmurkan adalah menjadikan Ramadhan momen peneguhan spiritualitas Islam seiring sejalan dengan ikhtiar kolektif untuk melakukan transformasi sosial dan ekonomi umat. Bulan Ramadhan bukan hanya tentang ibadah pribadi seperti puasa dan shalat tarawih, tetapi juga momentum untuk memakmurkan umat, baik secara spiritual, sosial, maupun ekonomi, khususnya umat berekonomi lemah, faqir, miskin dan dhuafa.
Ramadhan sebagai penggerak kemakmuran spiritual adalah program untuk meningkatkan kesadaran melaksanakan ibadah. Masjid penuh, ibadah lebih khusyuk, dan kesadaran spiritual meningkat. Menjadikan bulan suci ini sebagai momentum taubat dan perbaikan dir. Perbanyak kembali ke jalan kebaikan dan memperbaiki hubungan dengan Allah serta sesama. Meningkatkan Ukhuwah Islamiyah. Buka puasa bersama, shalat berjamaah, dan itikaf mempererat hubungan sosial umat. Penyebaran Ilmu dan Dakwah. Kajian dan tausiyah lebih aktif, meningkatkan pemahaman agama dan moralitas masyarakat.
Ramadhan sebagai penggerak kemakmuran dam sosial ekonomi umat adalah melakukan akselerasi pengumpulan pendayagunaan zakat, Infak, dan sedekah. Kaum dhuafa, yatim, dan fakir miskin diminta lebih mendapat perhatian lebih besar. Gerakan Sosial dan Kepedulian. Banyak aksi sosial seperti bagi-bagi takjil, santunan, dan bantuan sosial lainnya.
Ramadhan sebagai penggerak memakmurkan ekonomi adalah mendorong UMKM dan ekonomi umat berkembang. Pedagang kecil, kuliner, dan bisnis berbasis keislaman meningkat tajam. Berkah Ekonomi bagi banyak sektor. Dari pasar tradisional hingga e-commerce, transaksi meningkat signifikan. Peluang pekerjaan sementara. Banyak pekerja lepas mendapat rezeki, seperti di sektor makanan, fashion, dan event Ramadhan.
Ramadhan adalah momentum perubahan. Ramadhan bukan sekadar bulan ibadah, tetapi juga penggerak kemakmuran umat secara menyeluruh. Kemakmuran ini harus dijaga bukan hanya saat Ramadhan, tetapi terus berlanjut sepanjang tahun.Jika setiap Muslim menjadikan Ramadhan sebagai ajang transformasi, maka umat Islam bisa semakin kuat dan maju.
ESENSI MASJID MEMAKMURKAN
Pendidikan Ramadhan memakmurkan yang akan dilakukan adalah modal awal atau dapat dijadikan entri point untuk Masjid Memakmurkan. Esensi masjid yang memakmurkan bukan sekadar sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat peradaban yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat.
Aspek esensial dari masjid Makmur adalam menjadikannya sebagai pusat ibadah, tempat shalat berjamaah, khususnya shalat lima waktu, Jumat, dan shalat Id, tempat peningkatan kualitas ibadah dan spiritualitas umat, pusat pendidikan dan dakwah, berupa kajian keislaman, tafsir Al-Qur’an, hadits, dan fiqh, meningkatkan literasi Islam dan wawasan keagamaan masyarakatdan membimbing generasi muda dalam memahami agama dengan benar adalah kerja utama yang dapat disebut Masjid Makmur.
Esensi Masjid Memakmurkan adalah secara sistimik, terencana dan berkelanjutan menjadikan masjid pusat sosial dan ekonomi. Mengelola zakat, infak, sedekah untuk membantu fakir miskin. Menjadi wadah pemberdayaan ekonomi umat, seperti koperasi masjid atau bazar amal. Mengadakan kegiatan sosial seperti bantuan bencana, santunan anak yatim, dan pelayanan kesehatan. Masjid sebagai pusat persatuan bangsa dan ukhuwah umat.
Dapat disebut juga Masjid Memakmurkan adalah ketika Masjid berperan efektif dalam mempererat hubungan antarjamaah tanpa membedakan latar belakang sosial. Menghindari sekat-sekat perbedaan mazhab, golongan, atau kelompok dalam Islam. Melakukan kerja cerdas agar masjid menjadi pusat peradaban dan kemajuan. Menciptakan lingkungan yang berkontribusi pada pembangunan masyarakat. Menjadi tempat diskusi intelektual, inovasi, dan pengembangan wawasan umat.
Masjid yang memakmurkan dan dimakmurkan adalah yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat shalat, tetapi juga menjadi pusat kebaikan, kesejahteraan, dan kemajuan umat. Sejarah Islam membuktikan bahwa masjid bukan hanya tempat ibadah, tetapi juga pusat administrasi, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.
STRATEGI MEMAKMURKAN DI TENGAH EFESIENSI
Efisiensi yang dijalan Pemerintah saat ini bisa berdampak positif maupun negatif bagi kesejahteraan masyarakat bawah. Dampak positif bisa harga lebih murah, jika efisiensi diterapkan dalam produksi barang dan jasa, biaya bisa ditekan, sehingga harga jual turun. Ini menguntungkan masyarakat bawah karena daya beli meningkat. Akses lebih mudah. Efisiensi di sektor publik (contoh digitalisasi layanan pemerintah) bisa bikin akses lebih cepat dan murah buat masyarakat miskin. Lapangan kerja baru. Kadang efisiensi mendorong inovasi, yang bisa menciptakan sektor-sektor baru dan membuka peluang kerja baru.
Bersamaan itu dampak negative efesiensi mesti dikendalikan antara lain PHK dan pengangguran. Efisiensi sering berarti otomatisasi atau pengurangan tenaga kerja. Masyarakat bawah yang bergantung pada pekerjaan kasar bisa terdampak paling parah. Kesenjangan Sosial Meningkat. Kalau efisiensi cuma menguntungkan pemilik modal dan perusahaan besar, tapi nggak ada distribusi keuntungan ke pekerja, bisa bikin jurang kaya-miskin makin lebar.
Akses yang tidak merata. Kadang efisiensi malah bikin kelompok tertentu sulit mengakses layanan (misalnya, digitalisasi layanan yang bikin orang tua atau masyarakat di pedesaan kesulitan).
Jadi, efisiensi tidak sepenuhnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat bawah, perlu kebijakan yang adil. Pemerintah harus mengimbangi efisiensi dengan jaring pengaman sosial biar nggak ada yang ketinggalan.
Efisiensi negara memang penting buat ekonomi yang sehat, tapi harus diimbangi dengan kebijakan yang adil agar masyarakat kelas bawah tetap sejahtera. Pemerintah harus memastikan bahwa efisiensi tidak sekadar mengurangi biaya, tapi juga meningkatkan kesejahteraan rakyat secara merata.
Bulan Ramdhan 1446H/2025 yang akan dimulai bulan Maret dan nanti bulan April ada Idul Fitri, pastilah akan terkena dampak dari efesiansi anggaran yang sedangkan dilakukan pemrintah. Bagi umat Islam efesiasi itu adalah amaliah yang sejak awal diajarkan dan dilakukan. Gaya hidup mewah adalah mubazir, mubazir saudara setan (QS. Al-Isra’ (17):36-37) dan perintah hidup sederhana itu tradisi muslim yang baik.
Zakat dan infak Ramadhan untuk gerakan Masjid Memakmurkan agar tetap bisa efektif meskipun dalam kondisi sulit adalah darah kegiatan. Yang penting adalah strategi yang tepat biar manfaatnya maksimal dan benar-benar sampai ke yang membutuhkan.
Beberapa strategi yang bisa diterapkan adalah lebih fokus pada kebutuhan umat yang paling mendesak. Prioritaskan bantuan untuk kebutuhan pokok, seperti pangan beras, minyak, gula, atau sembako. Kesehatan (obat-obatan, layanan kesehatan gratis). Pendidikan (bantuan buku, alat tulis, SPP anak yatim). Keuangan (modal usaha kecil bagi yang kehilangan pekerjaan)
Pengurus masjid melakukan inovasi untuk mendapatkan zakat, infaq dan sadakah di antarnya gunakan sistem digital. Manfaatkan platform online seperti transfer bank, e-wallet (OVO, GoPay, Dana), dan crowdfunding (Kitabisa, BenihBaik) biar lebih praktis dan transparan. Bisa juga bikin grup donasi di WhatsApp atau Telegram buat koordinasi lebih mudah dan saling mengingatkan.
Pengurus aktif mengalang dana dengan cara kreatif. Selain meminta donasi langsung, bisa juga, jual produk amal (misalnya, jual takjil atau baju Muslim, keuntungannya disumbangkan). Program “Sedekah Berantai” (setiap orang yang menerima bantuan wajib bantu orang lain dalam bentuk lain, misalnya tenaga atau makanan). Lelang barang atau jasa untuk donasi.
Transparansi dan Akuntabilitas. Laporkan setiap donasi yang masuk dan disalurkan lewat grup WA, media sosial, atau website. Ini biar donatur tetap percaya dan semangat berinfak. Bisa pakai foto atau video dokumentasi saat penyaluran bantuan biar lebih meyakinkan.
Sinergi dengan Masjid, Lembaga Amal, dan Relawan. Kerjasama dengan masjid, pesantren, atau komunitas sosial bisa memperluas jangkauan bantuan. Ajak relawan buat membantu distribusi biar lebih merata dan cepat sampai ke yang membutuhkan. Perkuat Kesadaran dan Edukasi tentang Sedekah. Gunakan media sosial, ceramah, atau kampanye untuk mengingatkan bahwa sedekah tetap berpahala besar, meski sedikit (contoh: “Sedekah Rp 5.000 tiap hari lebih baik daripada sekali besar lalu lupa”). Infak tidak harus uang, tenaga, ilmu, atau makanan juga bisa jadi sedekah. Ramadhan adalah momen terbaik untuk berbagi, jadi jangan lewatkan.
Meski kondisi sulit, infak dan donasi tetap bisa efektif dengan strategi yang tepat. Gunakan teknologi, fokus pada kebutuhan utama, kreatif dalam penggalangan dana, dan pastikan transparansi.
PENUTUP
Tema Ramadhan Memakmurkan memiliki relevansi kuat dengan Masjid Memakmurkan program utama PP DMI yang dipimpin oleh H. Muhammad Yusuf Kalla dalam satu dasawarsa terakhir. Melalui seminar, tabligh akbar, dan rakerwil PW DMI Sumatera Barat, akselerasi program Masjid Makmur dan Memakmurkan menjadi strategi utama dalam menggerakkan potensi umat selama bulan Ramadhan 1446 H/2025.
Ramadhan bukan hanya tentang peningkatan ibadah personal, tetapi juga momentum untuk memperkuat spiritualitas, mempererat ukhuwah Islamiyah, serta memperkuat ekonomi dan sosial umat. Melalui program-program seperti pengumpulan dan pendayagunaan zakat, infak, dan sedekah, serta mendorong UMKM dan pemberdayaan ekonomi berbasis masjid, Ramadhan dapat menjadi penggerak kemakmuran yang lebih luas bagi umat, khususnya bagi kaum dhuafa, fakir, miskin, dan yatim.
Dalam konteks efisiensi anggaran yang dijalankan pemerintah, masjid dan umat Islam harus mengadaptasi strategi yang inovatif agar program Masjid Memakmurkan tetap berjalan secara efektif. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain: Fokus pada kebutuhan utama umat, seperti pangan, kesehatan, dan pendidikan. Memanfaatkan teknologi digital untuk transparansi dan efektivitas donasi. Mengembangkan cara kreatif dalam penggalangan dana, seperti sedekah berantai, penjualan produk amal, atau lelang donasi. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana umat. Bersinergi dengan berbagai lembaga dan relawan agar distribusi bantuan lebih merata.
Dengan strategi yang tepat, Ramadhan dapat menjadi momen perubahan yang nyata bagi umat, menjadikan masjid sebagai pusat ibadah, sosial, dan ekonomi, serta menciptakan peradaban Islam yang lebih maju. Keberkahan Ramadhan harus terus berlanjut, bukan hanya selama satu bulan, tetapi menjadi pilar utama dalam membangun kesejahteraan umat sepanjang tahun. DS. 16022025.