RAMADHAN MENCEGAH SIFAT MUNAFIQ:
Menyeru Kemungkaran, Menghalangi Kebaikan
Oleh: Azwirman, S.Pd
“Allah SWT telah mengingatkan Nabi-Nya bahwa orang-orang munafik lebih layak dimusuhi, diperangi, dan dihadapi atas sikap permusuhan yang mereka tampakkan pada agama daripada musuh yang jauh, yang sudah dikenal, seperti orang kafir (harbi) yang nyata memusuhi kaum muslimin.”
Secara bahasa, al-Nifaq (munafik) itu adalah masdar kalimat nafaqa dari suku kata nafaqa, yaitu sarang sekawanan tikus. Jika binatang ini diganggu dari luar, ia akan membentur-benturkan kepala-nya, lalu ia keluar. (dalam Lisanul Arab, Ibnu Manzur). Yang satu menampakkan diri, dan yang lainnya tetap bersembunyi di dalam. Munafik ialah apa yang ada di dalam batin berlawanan dengan apa yang tampak di luar, atau menampakkan kebaikan dan menyembunyikan yang sebaliknya.
Sementara menurut pengertian Islam, munafik itu ada dua. Petama, ialah munafik i’tiqadi keyakinan, yakni kalau apa yang ada pada batin berbeda dengan apa yang tampak pada lahiriahnya dalam hal keyakinan iman. Kedua, ialah munafik amali ‘dalam hal amal yakni jika apa yang ada di dalam batin berbeda dengan lahiriahnya dalam hal selain itu.
Menurut definisi lbnu Rajab, munafik dalam pengertian syariat itu terbagi menjadi dua bagian. Pertama ialah munafik besar. Yaitu jika seseorang memperlihatkan iman kepada Allah, kepada malaikat-malaikat Nya, kepada kitab-kitab-Nya, kepada rasul-rasul Nya, dan kepada dan Hari Kiamat, namun ia menyembunyikan sesuatu yang bertententangan dengan semua atau sebagian dari hal tersebut.
Gejala kemunafikan sesungguhnya telah muncul sejak pembentukan masyarakat Islam awal. Yakni, selalu ada sekelompok orang yang tidak mempunyai keyakinan tentang Islam, namun demi melindungi kepentingan dirinya mereka memperkenalkan dirinya secara lahiriah sebagai seorang muslim. Seperti kalau dalam sejarah islam yang paling terkenal dan kesohor yaitu, Abdullah bin ubay bin salul. Ia mengaku beriman (muslim) sehari-harinya ikut sholat berjamaah, puasa, dan lain sebagainya.
Para sahabat, suatu ketika meminta izin kepada Rasulullah saw untuk membunuhnya, namun tidak di izinkan oleh Rasulullah saw sebab ia tidak secara terang-terangan murtad keluar dari islam dan bergabung dengan kaum musyrik.
Abdullah bin ubay bin salul masuk islam, lebih tepatnya pura-pura masuk islam ketika Rasulullah saw sudah sampai hijrah di madinah. Kedengkiannya terhadap islam dan Rasulullah saw dikarenakan batalnya pengangkatan dirinya menjadi pemimpin ketika konflik suku Aus dan khazraj dalam perang Buats yang bersepakat untuk berdamai. Pembatalan dirinya disebabkan karena masyarakat madinah mendengar kabar akan kedatangan Rasulullah saw dan langsung mengangkat Rasulullah saw menjadi pemimpin kota madinah (yatsrib).
Dalam lanskap al-Quran, cukup banyak ayat yang membahas tentang orang-orang munafik ini. Bahkan, ada salah satu surah dalam al qur’an yang bernama surah Al munafiqun, orang-orang munafik.
Definisi kemunafikan tidak hanya terbatas disebutkan untuk kelompok ini, melainkan juga mencakup sebagian orang mukmin yang selalu berteman dengan orang-orang kafir dan menjadikan mereka sebagai pemimpinnya.
Kelompok inilah yang membuat banyak masalah bagi Nabi dan masyarakat Islam yang baru berdiri. Allah Swt berkali-kali memperingatkan orang-orang seperti ini, dan Salah satu peringatan yang disampaikan adalah tempat abadi mereka adalah neraka yang paling bawah, yang di dalamnya tidak ada teman dan siapa pun yang dapat membantunya. Atau, di dunia Allah menstempel hati mereka dan menutup telinga dan mata mereka.
Dalam ayat 138 surah al-Nisa’ dikatakan;
بَشِّرِ الۡمُنٰفِقِيۡنَ بِاَنَّ لَهُمۡ عَذَابًا اَلِيۡمًا
“Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih.” (QS: Surat An-Nisa’: 138)
Allah mengambil cahaya dari mereka dan membiarkan mereka kegelapan, sehingga mereka tidak sanggup memilih dan memilah jalan kebahagiaan. Menyimak peringatan Allah Swt ini akan menjadikan kita memahami bahwa apabila seseorang telah mengidap penyakit kemunafikan, dia tidak akan dapat melihat kebahagiaan di dunia dan akhirat dan tidak ada yang dapat menyelamatkannya.
Karena itu, Allah Swt berfirman kepada Nabi-Nya
سَوَآءٌ عَلَيۡهِمۡ اَسۡتَغۡفَرۡتَ لَهُمۡ اَمۡ لَمۡ تَسۡتَغۡفِرۡ لَهُمۡؕ لَنۡ يَّغۡفِرَ اللّٰهُ لَهُمۡؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهۡدِى الۡقَوۡمَ الۡفٰسِقِيۡنَ
“Sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) mohonkan ampunan untuk mereka atau tidak engkau mohonkan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.” (QS:. al-Munafiqun 63: 6).
Kebusukan hati telah menyebabkan mereka menjadi orang munafik, baik yang berusaha menjatuhkan islam dan umat islam maupun yang tidak langsung sudah berteman dengan orang kafir dan mengangkat mereka menjadi pemimpin. Islam tidak melarang umatnya berkawan dengan orang kafir, namun jangan sampai pertemanan dengan mereka menyebabkan kita kerjasama memusuhi kaum muslimin atau setidaknya berkontribusi dalam mencegah orang berbuat ma’ruf dan mengajak orang berbuat kemungkaran dan kefasikan.
Di dalam surat Al-Munafiqun Allah Ta’ala berfirman:
وَاِذَا رَاَيۡتَهُمۡ تُعۡجِبُكَ اَجۡسَامُهُمۡ ؕ وَاِنۡ يَّقُوۡلُوۡا تَسۡمَعۡ لِقَوۡلِهِمۡ ؕ كَاَنَّهُمۡ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ ؕ يَحۡسَبُوۡنَ كُلَّ صَيۡحَةٍ عَلَيۡهِمۡ ؕ هُمُ الۡعَدُوُّ فَاحۡذَرۡهُمۡ ؕ قَاتَلَهُمُ اللّٰهُ اَنّٰى يُـؤۡفَكُوۡنَ
“Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengarkan perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh yang sebenarnya. Maka waspada lah terhadap mereka semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?” (QS: Al-Munafiqun: 4)
Dalam ayat ini Allah mengingatkan, bahwasanya mereka adalah musuh yang patut diwaspadai. Tindakan makar serta tipu daya mereka yang menyerang kaum Muslimin demi kepentingan orang-orang kafir lebih mendesak untuk diperhatikan.
Selain itu, kerja mereka adalah menyuruh orang berbuat mungkar dan melarang orang berbuat ma’ruf, hal ini sebagaimana digambarkan oleh Allah swt dalam alqur’an Surat At taubah ayat; 67
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka, sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik” (QS At Taubah, ayat 67)
Orang yang rajin ke masjid mereka curigai, anak-anak muda yang sholeh tawadhu’ mereka cela dan “cemeeh” dengan sebutan “sok siak”, dan kata-kata indah dan manis lainnya. Orang-orang membaca alqur’an di tempat-tempat umum mereka cela, tuduh dan tuding tidak tahu diri dan mengganggu kepentingan umum serta pamer kebaikan (Riya) aneh, sejak kapan ia bisa membaca isi hati dan niat seseorang dalam berbuat amal kebajikan.
Sebaliknya mereka tidak ribut dan malah mendukung konser dangdut koplo, sawera, bercampur laki dan perempuan, minuman keras, narkoba, pelacuran, perzinahan dan pacaran. Itulah kerja mereka kaum munafik.
Semua kita bisa berpotensi menjadi munafiq meskipun dengan kadar yang rendah. Salah satu yang harus diwaspadai adalah ketika melihat kemaksiatan dan kejahatan bagaimana reaksi hati kita? Baik-baik saja, tak masalah? Mendukungnya dalam bentuk fasilitas? Ikut serta? Atau ada kebencian terhadap kemaksiatan (bukan pelaku maksiat) dan berdoa sebagai tanda selemah-lemah iman, agar diri dan keluarga dijauhkan dari kemungkaran dan kemasiatan dan yang melakukan kemaksiatan agar segera bertaubat kepada Allah swt.
Di dalam Surat At-Taubah dan Surat Al- Tahrim disebutkan:
يٰۤاَيُّهَا النَّبِىُّ جَاهِدِ الۡـكُفَّارَ وَالۡمُنٰفِقِيۡنَ وَاغۡلُظۡ عَلَيۡهِمۡؕ وَ مَاۡوٰٮهُمۡ جَهَـنَّمُؕ وَبِئۡسَ الۡمَصِيۡرُ
Wahai Nabi! Berjihadlah (melawan) orang-orang kafir dan orang-orang munafik, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka Jahanam. Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali. (QS: At-Taubah: 73).
Meski kemunafikan secara hukum belum jatuh kepada kekafiran, akan tetapi azab yang mereka terima seandainya tidak bertaubat sebelum ajal menjemput adalah neraka jahanam dan kekal di dalamnya. Kenapa bisa begitu? Karena pada dasarnya orang munafik itu sebenarnya hati nya sudah tidak tunduk lagi kepada kebenaran. Ia selama ini hidup dalam kepura-puraan. Perbuatan mereka selalu membuat bangunan islam rusak dan memecah belah persatuan umat.
Kasus fitnah yang menimpa Aisyah Ra adalah contoh dari kerjaan Abdullah bin ubay yang menuduh aisyah telah berzina. Sehingga beberapa orang bahkan percaya dengan hoaks tersebut. Rasulullah saw pun awalnya diam dan tidak mau berbicara dengan istrinya hingga turun ayat yang membela Aisyah Ra.
Rasulullah pernah menyebutkan ciri orang munafik. Disebutkan dalam hadits Abdullah bin Amr dan Abu Hurairah bahwa Nabi ﷺ bersabda,
أربع من كن فيه كان منافقا خالصا ، ومن كانت فيه خصلة منه كانت فيه خصلة من التقاق حتى يدعها ، إذا اوتی خان ، وإذا حدث كذب ، وإذا عاهد غدر ، وإذا اؤمن تخاصم فجر
“Ada empat tabiat barangsiapa ketepatan ada padanya, maka ia adalah seorang munafik yang murni, dan barangsiapa padanya terdapat salah satu tabiat dari keempat tersebut, berarti padanya ada satu tabiat di antara kemunafikan sampai ia mau meninggalkanya; yaitu (1) apabila dipercaya ia berkhianat, (2) apabila berbicara ia berdusta, (3) apabila berjanji ia melanggarnya, (4) dan apabila bertengkar/cekcok ia menghindar dari kebenaran.”
Dalam alqur’an surat al Baqarah, 76
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَا بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ قَالُوا أَتُحَدِّثُونَهُمْ بِمَا فَتَحَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ لِيُحَاجُّوكُمْ بِهِ عِنْدَ رَبِّكُمْ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
Artinya: “Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata, “Kami telah beriman.” Tetapi apabila kembali kepada sesamanya, mereka bertanya, “Apakah akan kamu ceritakan kepada mereka apa yang telah diterangkan Allah kepadamu, sehingga mereka dapat menyanggah kamu di hadapan Tuhanmu? Tidakkah kamu mengerti?”. – (Q.S Al-Baqarah: 76).
Ayat diatas menggambarkan ciri mereka yaitu lain di mulut lain pula di hati. Mereka secara lahiriyah tampak membela islam namun dalam hatinya mereka condong kepada kekafiran dan menjadikan itu sebagai teman setia. Kita masih ingat beberapa waktu yang lalu sempat viral seorang yang ngaku habib tapi menghina Arab, Habaib, dan islam. Tidak lama setelah itu beredar videonya kumpul-kumpul dengan orang-orang yang selama ini “langganan” menghina Allah, Rasulullah, dan Alqur’an. Masih banyak contoh dalam konteks kekinian.
BEBERAPA AYAT DALAM ALQUR’AN YANG BERBICARA TENTANG KAUM MUNAFIQUN:
1.
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ * وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ * وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ
Artinya: “Dan di antara manusia ada yang pembicaraannya tentang kehidupan dunia mengagumkan engkau (Muhammad), dan dia bersaksi kepada Allah mengenai isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras. (204) Dan apabila dia berpaling (dari engkau), dia berusaha untuk berbuat kerusakan di muka bumi, serta merusak tanam-tanaman dan ternak, padahal Allah tidak menyukai kerusakan. (205) Dan apabila dikatakan kepadanya, “Bertakwalah kamu kepada Allah,” bangkitlah kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya neraka Jahanam, dan sungguh (Jahanam itu) seburuk-buruk tempat tinggal. (206) – (Q.S Al-Baqarah: 204-206).
2.
هَا أَنْتُمْ أُولَاءِ تُحِبُّونَهُمْ وَلَا يُحِبُّونَكُمْ وَتُؤْمِنُونَ بِالْكِتَابِ كُلِّهِ وَإِذَا لَقُوكُمْ قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا عَضُّوا عَلَيْكُمُ الْأَنَامِلَ مِنَ الْغَيْظِ قُلْ مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ * إِنْ تَمْسَسْكُمْ حَسَنَةٌ تَسُؤْهُمْ وَإِنْ تُصِبْكُمْ سَيِّئَةٌ يَفْرَحُوا بِهَا وَإِنْ تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا لَا يَضُرُّكُمْ كَيْدُهُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ مُحِيطٌ
Artinya: “Beginilah kamu, kamu menyukai mereka, padahal mereka tidak menyukaimu, dan kamu beriman kepada semua kitab. Dan apabila mereka berjumpa denganmu, mereka berkata, “Kami beriman,” dan apabila mereka menyendiri, mereka menggigit ujung jari karena marah dan benci kepadamu. Katakanlah, “Matilah kamu karena kemarahanmu itu.” Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala isi hati. (119) Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih hati. Tetapi jika kamu tertimpa musibah, mereka bergembira karenanya. Dan jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkanmu sedikit pun. Sesungguhnya Allah Maha Meliputi terhadap segala apa yang mereka kerjakan. (120) – (Q.S Ali Imran: 119-120).
3.
لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
Artinya: “Jangan sekali-kali kamu mengira bahwa orang yang merasa senang dengan apa yang telah mereka kerjakan dan mereka suka dipuji atas perbuatan yang tidak mereka lakukan, jangan sekali-kali kamu mengira bahwa mereka akan lolos dari azab. Mereka akan mendapat azab yang sangat pedih. – (Q.S Ali Imran: 188).
4. أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا * وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا * فَكَيْفَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ بِمَا قَدَّمَتْ أَيْدِيهِمْ ثُمَّ جَاءُوكَ يَحْلِفُونَ بِاللَّهِ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا إِحْسَانًا وَتَوْفِيقًا * أُولَئِكَ الَّذِينَ يَعْلَمُ اللَّهُ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ وَعِظْهُمْ وَقُلْ لَهُمْ فِي أَنْفُسِهِمْ قَوْلًا بَلِيغًا
Artinya: “Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Thagut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Thagut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka sejauh-jauhnya. (60) Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah (patuh) kepada apa yang telah diturunkan Allah dan (patuh) kepada Rasul,” niscaya engkau (Muhammad) melihat orang-orang munafik menghalangimu dengan keras. (61) Maka bagaimana halnya apabila (kelak) musibah menimpa mereka (orang munafik) disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri, kemudian mereka mendatangimu sambil bersumpah, “Demi Allah, kami sekali-kali tidak menghendaki selain hanya kebaikan dan kedamaian.” (62) Mereka itu adalah orang-orang yang (sesungguhnya) Allah mengetahui apa yang ada di dalam hatinya. Karena itu berpalinglah kamu dari mereka dan berilah mereka nasihat, dan katakanlah kepada mereka perkataan yang membekas pada jiwanya. (63) – (Q.S An-Nisa: 60-63).
Semoga Ramadhan ini makin mengikis potensi kemunafikan yang bersemayam dalam diri, agar hidup kita diberkahi, pertolongan Allah makin dekat, hingga keselamatan hidup di dunia dan yang paling penting kehidupan Akhirat..aamminn..