RUKUN AKAR CINTA

RUKUN AKAR CINTA

Oleh:
Duski Samad
Ketua FKUB Provinsi Sumatera Barat
Refleksi SILATNAS FKUB Nasional, 05-7 Agustus 2025 di Jakarta.

 

Topik rukun akar cinta disarikan dari Sambutan Menteri Agama RI Prof. Nasaruddin Umar selaku Imam Besar Masjid Istiqlal dalam menerima peserta Silaturahmi Nasional FKUB dan Lembaga Keagamaan 5-7 Agustus 2025 di Jakarta.

Menyebut cinta akar rukun diurai Menag bahwa Indonesia yang majemuk hanya dapat lestari bila maindset rukun melekat dari semua elemen bangsa.

Rukun dan kerukunan adalah dua konsep penting dalam kehidupan sosial dan keagamaan, terutama dalam konteks masyarakat Indonesia yang majemuk.

Rukun berarti damai, tenang, atau tidak bertengkar.
Hubungan yang harmonis antar individu atau kelompok.

Dalam bahasa Indonesia, “rukun” digunakan untuk menyebut keadaan akrab dan damai dalam hubungan sosial, baik dalam keluarga, tetangga, maupun masyarakat.
Contoh:
Keluarga mereka hidup rukun meskipun sederhana.

Dalam Islam, istilah “rukun” juga bermakna komponen pokok (seperti Rukun Islam dan Rukun Iman).

Kerukunan adalah
perwujudan atau keadaan hidup rukun. Bentuk nyata dari hubungan yang damai, saling menghargai, dan tidak saling mencederai antara individu atau kelompok dalam masyarakat.

Dalam konteks kehidupan berbangsa, kerukunan mencakup:
Kerukunan antarumat beragama

Kerukunan intern umat beragama
Kerukunan antara umat beragama dan pemerintah

Perbedaan dan Hubungan. Rukun dan Kerukunan
Sikap atau suasana damai dan harmonis Kondisi atau sistem sosial yang menjaga kehidupan rukun lebih bersifat individual atau relasi kecil . Kerukunan lebih luas, melibatkan komunitas dan negara.

Kerukunan menjadi nilai dasar dan merupakan hasil atau bentuk dari nilai rukun yang diterapkan.

Makna Rukun dalam Kehidupan Sosial dan Keagamaan.

Dalam Islam, hidup rukun diajarkan melalui ayat-ayat yang menganjurkan ukhuwah, tasamuh (toleransi), dan islah (perdamaian).

Dalam budaya Indonesia, nilai rukun tercermin dalam pepatah seperti: “Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh”.

Kerukunan adalah fondasi keamanan, persatuan, dan kemajuan bangsa.

Contoh Praktis Kerukunan
tetangga beda agama saling membantu saat ada yang kesusahan.
Warga kampung gotong royong membangun mushalla, gereja, atau fasilitas umum.
Diskusi lintas iman yang saling menghormatiperbedaan keyakinan.

Kerukunan Berakar Cinta.

Kerukunan adalah pondasi penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan beragama.

Kerukunan tidak muncul begitu saja—ia berakar dari nilai yang lebih dalam, yaitu cinta (mahabbah).

Cinta, dalam konteks ini, bukan hanya perasaan emosional, melainkan dorongan spiritual dan sosial yang melahirkan sikap saling menghargai, peduli, dan bersatu dalam perbedaan.

Bagaimana cinta menjadi dasar kerukunan?

PerspektifIslam.

Dalam Islam, cinta menjadi fondasi utama hubungan antar individu.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itubersaudara…”(QS. Al-Hujurat: 10)

Ayat ini menunjukkan bahwa dasar hubungan sosial adalah ukhuwah (persaudaraan), yang tumbuh dari cinta dan keimanan.
Rasulullah SAW juga bersabda:
“Tidak beriman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dari sisi nash di atas, kerukunan bukan hanya dianjurkan, tetapi merupakan konsekuensi dari iman dan cinta kepada sesama. Ini juga berlaku dalam agama-agama lain yang menekankan kasih, misalnya dalam Kristen: “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Markus 12:31).

Perspektif Sosiologis

Dalam sosiologi, masyarakat yang rukun dicirikan oleh adanya kohesi sosial, yaitu keterikatan antar anggota masyarakat yang memungkinkan kerja sama dan kedamaian.

Cinta sebagai dasar afeksi sosial menciptakan empati dan solidaritas. Ketika individu memiliki cinta terhadap sesama, mereka akan lebih mudah menerima perbedaan, baik suku, agama, maupun budaya.

Teori Emile Durkheim tentang solidaritas sosial menunjukkan bahwa masyarakat yang dibangun atas dasar saling pengertian dan afeksi akan lebih stabil dan harmonis.

Cinta sosial menjadi semacam “perekat” yang memperkuat struktur sosial dan mencegah konflik.
Perspektif Edukatif

Pendidikan memiliki peran strategis dalam menanamkan nilai cinta sebagai dasar kerukunan.

Kurikulum pendidikan yang berorientasi pada nilai-nilai toleransi, empati, dan cinta damai akan menciptakan generasi yang menghargai perbedaan dan menjunjung tinggi harmoni sosial.

Implementasi nilai cinta dalam pendidikan dapat dilakukan melalui;

Pendidikan karakter di sekolah, Menag Nasaruddin memperkenalkan Kurikulum Cinta.

Keteladanan guru dalam sikap inklusif

Dialog antaragama dan budaya dalam lingkungan pendidikan.

Pendidikan bukan hanya transfer ilmu, tetapi pembentukan kepribadian—dan cinta adalah nilai utama yang harus ditanamkan untuk menciptakan masyarakat rukun.

Kerukunan yang berakar dari cinta adalah cita ideal yang sangat mungkin diwujudkan jika semua elemen—agama, masyarakat, dan pendidikan—bekerja secara sinergis.

Cinta bukan hanya ajaran moral, tetapi landasan sosial dan spiritual yang menjamin kehidupan bersama yang damai.

Dengan cinta, perbedaan bukan ancaman, melainkan kekayaan yang patut dirayakan bersama.

Konklusi
Konsep rukun dan kerukunan merupakan nilai fundamental dalam kehidupan berbangsa dan beragama di Indonesia yang majemuk.

Rukun, sebagai sikap damai dan harmonis dalam relasi antarindividu, menjadi dasar yang kemudian mewujud dalam kerukunan sosial yang lebih luas—baik antarumat beragama, intern umat, maupun antara umat dengan negara.

Kerukunan tidak tumbuh di ruang hampa. Ia berakar pada cinta (mahabbah)—yakni cinta yang melampaui emosi personal, menjadi dorongan spiritual dan sosial yang membentuk sikap saling menghargai, peduli, dan inklusif.

Dalam Islam dan agama-agama lain, cinta adalah dasar ukhuwah dan kasih sayang antarumat manusia. Dalam sosiologi, cinta menjadi fondasi kohesi sosial, dan dalam pendidikan, cinta adalah nilai utama dalam membentuk karakter generasi masa depan.

Kerukunan yang berakar pada cinta adalah cita ideal sekaligus kebutuhan mutlak untuk menjaga keutuhan dan kedamaian bangsa Indonesia yang plural.

Rekomendasi

Mengarusutamakan Nilai Cinta dalam Pendidikan Nasional

Implementasikan Kurikulum Cinta yang menekankan pada pendidikan karakter, toleransi, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan.

Dorong peran guru sebagai teladan nilai-nilai cinta damai dalam interaksi lintas iman dan budaya.

Memperkuat Institusi Sosial dan Keagamaan sebagai Motor Kerukunan

Perkuat peran FKUB, tokoh agama, dan lembaga keagamaan sebagai penggerak dialog lintas iman dan penjaga harmoni sosial.

Promosikan program-program lintas komunitas berbasis cinta dan solidaritas, seperti gotong royong lintas agama dan kerja sosial bersama.

Menjadikan Cinta sebagai Spirit Berbangsa. Jadikan cinta sebagai narasi besar dalam kebijakan publik, komunikasi politik, dan pembangunan nasional.

Dorong media massa, seni, dan budaya untuk terus mengangkat nilai cinta sebagai fondasi kerukunan dan kemanusiaan.

Membangun Ketahanan Sosial Melalui Kohesi dan Afeksi. Tumbuhkan budaya saling pengertian, empati, dan solidaritas dalam kehidupan masyarakat.

Perkuat jejaring sosial berbasis cinta yang mampu meredam potensi konflik dan memperkuat integrasi sosial.
Dengan menempatkan cinta sebagai akar dari rukun dan kerukunan, bangsa Indonesia tidak hanya menjaga kedamaian, tetapi juga merayakan perbedaan sebagai anugerah dan kekuatan bersama. DSatriahotelserpong@1016. 06082025.

Leave a Reply