Salon: Merawat Batin, Prestise dan Budaya Perawatan
Oleh: Duski Samad
Refleksi Salon BA 1588 OB.
Sejak bakda Jum’at sampai sore ini penulis menyediakan waktu untuk merawat mobil pribadi sejak empat tahun terakhir sering di garace saja. Insyaallah akhir September 2025 ini kuda Jepang akan menemani hidup keseharian.
Informasi sahabat bahwa saatnya mobil ini di bawa ke salon. Ternyata mobilpun juga mesti diberi perawatan salon.
Dalam kehidupan modern, istilah salon tidak hanya merujuk pada ruang kecantikan perempuan, tetapi juga merambah pada dunia otomotif dengan istilah salon mobil. Keduanya, meskipun objeknya berbeda, menyimpan makna yang sama: tempat perawatan dan penciptaan penampilan yang lebih indah, rapi, dan berkelas.
1.Salon Perempuan: Tradisi Estetika dan Sosial
Salon bagi perempuan berakar pada budaya merawat diri. Di sana, rambut, wajah, kulit, dan tubuh diberi perhatian khusus agar tampil segar dan menawan. Lebih dari sekadar fisik, salon juga sering menjadi ruang sosial, tempat perempuan berbagi cerita, menenangkan diri, dan memperkuat rasa percaya diri.
2.Salon Mobil: Perawatan Aset dan Prestise.
Mobil, di tangan pemiliknya, bukan hanya alat transportasi, melainkan juga simbol status dan identitas. Dengan salon mobil, kendaraan dibersihkan, dipoles, dan dirawat hingga berkilau. Mobil yang kinclong bukan sekadar enak dipandang, tetapi juga mencerminkan kepedulian, ketelitian, bahkan citra sosial pemiliknya.
3.Persinggungan Makna: Estetika dan Simbolik
Mengapa sama-sama disebut salon? Karena baik tubuh manusia maupun mobil diperlakukan dengan logika yang sama: membutuhkan perawatan ekstra, tidak cukup hanya dengan pembersihan rutin. Kata salon menjadi metafora perawatan intensif untuk mencapai penampilan terbaik.
4.Cermin Budaya Konsumtif.
Fenomena ini sekaligus mengungkap wajah budaya konsumtif masyarakat modern. Mobil disalon karena dianggap aset bergengsi, perempuan ke salon karena penampilan adalah investasi sosial. Dalam kedua kasus, ada pencarian akan keindahan sekaligus pengakuan sosial yang melampaui fungsi praktis.
Refleksi:
Salon mobil dan salon perempuan sama-sama memperlihatkan bagaimana manusia modern menempatkan estetika sebagai bagian penting dari hidup. Perawatan, baik pada tubuh maupun benda, bukan hanya soal kebersihan, tetapi juga soal citra, simbol, dan status. Di balik kilau cat mobil dan rias wajah yang memesona, tersimpan narasi sosial tentang siapa kita dan bagaimana kita ingin dilihat orang lain.
Merawat Batin
1.Mengapa Batin Perlu Dirawat?
Tubuh kita setiap hari mandi, mobil kita rutin dicuci, bahkan ada “salon” khusus untuk merawatnya. Tapi hati—tempat iman dan niat—sering dibiarkan berkarat. Padahal Rasulullah ﷺ bersabda:
> “Ketahuilah, dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh. Jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itulah hati.” (HR. Bukhari-Muslim)
2.Penyakit Batin
Hati bisa sakit sebagaimana tubuh. Penyakitnya antara lain:
Riya’ → beramal karena ingin dipuji.
Hasad → sakit hati atas nikmat orang lain.
Takabbur → merasa lebih mulia dari sesama.
Lalai → lupa dzikir, lalai dari Allah.
Jika dibiarkan, hati yang berkarat akan menutup cahaya iman.
3.Cara Merawat Batin (Salon Jiwa)
Dzikir: membersihkan hati dari kelalaian.
Tobat: menghapus noda dosa. Ikhlas: menata niat hanya karena Allah.
Sabar dan Syukur: menyeimbangkan jiwa dalam ujian dan nikmat. Muraqabah: merasa selalu diawasi Allah.
QS. Asy-Syams [91]: 9-10 menjadi pegangan:
> “Sungguh beruntung orang yang menyucikan jiwanya, dan sungguh merugi orang yang mengotorinya.”
4.Keseimbangan Lahir-Batin
Perawatan lahir penting, tapi perawatan batin jauh lebih utama. Wajah yang cantik atau mobil yang kinclong hanya memikat sesaat, sedangkan hati yang bersih akan bercahaya hingga akhirat.
Penutup:
Marilah kita jadikan dzikir, shalat, dan amal saleh sebagai “salon jiwa”. Jika hati bersih, hidup pun akan indah, penuh sakinah, dan diridai Allah.ds.1909