TANTANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA DIGITAL Nazwa Ashfi Nabila

TANTANGAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI ERA DIGITAL

Nazwa Ashfi Nabila

STAI Darul Falah Cihampelas

Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki peran penting dalam membangun karakter, moral, dan akhlak peserta didik. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, pendidikan agama Islam menghadapi tantangan yang semakin kompleks. Digitalisasi telah mengubah pola belajar, interaksi sosial, serta cara memperoleh informasi keagamaan. Di satu sisi, kemajuan ini memberikan kemudahan dalam mengakses materi pendidikan Islam, tetapi di sisi lain, juga membuka peluang bagi tersebarnya informasi yang keliru serta menurunnya interaksi langsung dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, perlu ada strategi yang tepat untuk memastikan bahwa pendidikan agama Islam tetap efektif dan relevan di era digital.

Tantangan dalam Pendidikan Agama Islam di Era Digital

  1. Perubahan Pola Belajar Peserta Didik

Salah satu dampak utama dari era digital adalah perubahan cara peserta didik dalam memperoleh ilmu. Saat ini, mereka lebih banyak mengandalkan internet untuk mencari informasi, termasuk dalam memahami ajaran Islam. Hal ini berbeda dengan metode pembelajaran tradisional yang mengutamakan interaksi langsung dengan guru atau ulama.

Meskipun internet menyediakan banyak sumber ilmu, tidak semua informasi yang tersedia dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Banyak peserta didik yang belajar agama secara mandiri dari berbagai platform digital tanpa bimbingan yang memadai, sehingga pemahaman mereka bisa menjadi dangkal atau bahkan menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya.

  1. Banyaknya Informasi Keagamaan yang Tidak Terverifikasi

Era digital memungkinkan penyebaran informasi dengan sangat cepat. Berbagai konten keagamaan kini tersedia di media sosial, situs web, hingga aplikasi Islam. Sayangnya, tidak semua sumber tersebut dapat dipercaya. Banyak informasi yang disebarluaskan oleh pihak yang tidak memiliki kompetensi dalam bidang agama, sehingga dapat menyesatkan mereka yang masih dalam tahap belajar.

Tantangan ini menjadi perhatian utama dalam pendidikan agama Islam. Tanpa pengawasan dari guru atau orang tua, peserta didik berisiko mendapatkan pemahaman yang keliru atau bahkan terpapar ideologi ekstrem. Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk membimbing mereka agar hanya menggunakan sumber yang kredibel dan sesuai dengan ajaran Islam yang benar.

  1. Berkurangnya Interaksi Langsung antara Guru dan Siswa

Pendidikan agama Islam tidak hanya berfokus pada transfer ilmu, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral melalui keteladanan. Dalam sistem pembelajaran tradisional, interaksi langsung antara guru dan siswa sangat penting karena peserta didik dapat melihat langsung bagaimana seorang guru menerapkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, dengan semakin banyaknya pembelajaran berbasis digital, interaksi ini semakin berkurang. Pembelajaran daring sering kali hanya berorientasi pada penyampaian materi tanpa adanya kedekatan emosional antara pendidik dan peserta didik. Akibatnya, nilai-nilai keislaman yang seharusnya diajarkan melalui keteladanan menjadi sulit diaplikasikan dalam kehidupan nyata.

  1. Pengaruh Budaya Digital terhadap Moral dan Etika Peserta Didik

Kemajuan teknologi tidak hanya mempermudah akses terhadap ilmu, tetapi juga membuka peluang bagi masuknya berbagai budaya asing yang tidak selalu sesuai dengan nilai-nilai Islam. Generasi muda saat ini sangat mudah terpapar oleh konten negatif seperti pornografi, kekerasan, pergaulan bebas, serta gaya hidup hedonis yang bertentangan dengan ajaran agama.

Selain itu, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengurangi kesadaran spiritual dan ibadah. Banyak anak muda yang lebih fokus pada dunia maya dibandingkan memperdalam pemahaman agama atau berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Jika tidak dikendalikan, hal ini dapat berdampak negatif terhadap perkembangan moral dan akhlak mereka.

  1. Kurangnya Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Anak

Di era digital, banyak orang tua yang memberikan kebebasan kepada anak-anak mereka dalam menggunakan teknologi tanpa pengawasan yang cukup. Padahal, dalam pendidikan Islam, keluarga memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan akhlak anak. Jika orang tua tidak terlibat dalam membimbing pemahaman agama anak-anak mereka, maka mereka berisiko mendapatkan informasi yang salah dari internet.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk turut aktif dalam mendidik anak-anak mereka tentang Islam. Mereka bisa mendampingi saat anak mengakses konten keagamaan, memberikan contoh nyata dalam beribadah, serta mendiskusikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Strategi Mengatasi Tantangan Pendidikan Agama Islam di Era Digital

Untuk menghadapi tantangan yang ada, diperlukan berbagai strategi agar pendidikan agama Islam tetap berjalan efektif. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Memanfaatkan Teknologi dengan Bijak
  • Mengembangkan platform digital yang menyediakan materi Islam secara kredibel.
  • Menggunakan media sosial sebagai sarana dakwah yang menarik dan mudah diakses oleh generasi muda.
  1. Menguatkan Peran Guru dan Institusi Pendidikan
  • Mengajarkan cara memilah informasi yang benar dalam dunia digital.
  • Mengembangkan metode pembelajaran yang lebih interaktif agar siswa tetap tertarik dengan materi agama.
  1. Meningkatkan Peran Keluarga dalam Pendidikan Islam
  • Orang tua harus lebih aktif dalam mendampingi anak dalam belajar agama.
  • Membiasakan suasana keislaman di rumah, seperti mengaji bersama dan berdiskusi tentang nilai-nilai Islam.
  1. Menanamkan Kesadaran Digital Islami
  • Mengajarkan pentingnya menggunakan teknologi secara bertanggung jawab sesuai nilai-nilai Islam.
  • Mendorong penggunaan media digital untuk hal-hal yang bermanfaat, seperti mendengarkan kajian Islam atau membaca buku keislaman.

Kesimpulan

Era digital membawa tantangan besar bagi pendidikan agama Islam, mulai dari perubahan pola belajar, maraknya informasi yang tidak terverifikasi, hingga pengaruh budaya digital yang dapat merusak moral dan etika peserta didik. Jika tidak diatasi dengan baik, hal ini dapat menyebabkan melemahnya pemahaman agama dan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, tantangan ini juga dapat menjadi peluang jika dihadapi dengan strategi yang tepat. Dengan pemanfaatan teknologi yang bijak, penguatan peran guru dan lembaga pendidikan, serta keterlibatan aktif orang tua, pendidikan agama Islam dapat tetap berjalan efektif. Dengan demikian, generasi muda tetap dapat tumbuh menjadi individu yang berakhlak mulia, memiliki pemahaman agama yang kuat, dan mampu menghadapi perkembangan zaman tanpa kehilangan nilai-nilai Islam yang hakiki.

Leave a Reply