TRADISI SUNDA WIWITAN DI JAWA BARAT: INTERAKSI BUDAYA DAN AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM
Dede Ahmad Riyadi
Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Falah
SEJARAH TRADISI SUNDA WIWITAN
Tradisi Sunda Wiwitan ialah sistem keyakinan zaman dahulu yang diyakini masyarakat Sunda sebelum masuk agama Islam. Kata ‘Sunda Wiwitan’ sendiri berasal dari kata ‘Wiwit’, yang mempunyai arti dalam KBBI permulaan atau awal. Ini tertuju pada sebuah ritual yang mempunyai kaitan dengan permulaan musim menanam dan memanen. Ritual ini mempunyai maksud untuk menunjukkan rasa hormat kepada alam serta kepercayaan pada kekuatan magis yang menjaga stabilitas kehidupan masyarakat. Ritual ini memposisikan sebagai warisan yang diturunkan secara terus menerus yang menandakan bukan “hanya sekedar prosesi”, lebih jauh lagi sebagai sarana mengekspresikan spiritualitas yang menunjukkan keterkaitan harmonis antara manusia, alam, dan dunia spiritual.
Ritual-ritual tersebut dapat juga dikatakan sebagai identitas budaya yang tetap eksis dan beradaptasi. Masyarakat sunda selalu mengaitkan sistem nilai sebagai bagian dari jiwa mereka, karena kepercayaan kepada roh leluhur, penghormatan kepada alam, serta praktik simbolis itu mereka pertahankan. Masyarakat saat ini yang semakin homogen dalam kepercayaan dan budaya menjadikan tradisi ini menghadapi tantangan. Ini menjelaskan bahwa mengangkat kembali tradisi budaya lokal saat ini, bukti dari semakin tergerusnya budaya lokal, terutama tradisi sunda wiwitan di tengah masyarakat saat ini.
Tradisi Lokal dan Islam
Tradisi lokal dan Islam, terutama tradisi Sunda Wiwitan di Jawa Barat, saling bertemu yang menyebabkan percakapan yang panjang antara kepercayaan spiritual dengan Tuhan YME dalam Islam. Percakapan tersebut bertujuan pada akulturasi, resistensi, dan integrasi, yang menciptakan praktik kepercayaan yang baru. Masyarakat Sunda Wiwitan menyesuaikan apa yang mereka percaya terhadap leluhur atas perubahan zaman, yaitu melalui pemakaian sistem digital. Pemakaian ini sebuah penyesuaian atas perubahan serta beriringan dengan zaman yang semakin modern. Walaupun mereka berada dalam pemerintahan Islam, Sunda wiwitan mempertahankan tradisi mereka. Sampai-sampai menambahkan nilai-nilai Islam ke tradisi mereka yang menyebabkan perpaduan budaya dalam masyarakat dan agama. Akulturasi ini menunjukkan bahwa Tradisi lokal sendiri dan agama-agama besar tentu dapat berpadu untuk menciptakan satu identitas agama yang baru.
Sebuah bentuk interaksi dalam praktik spiritual masyarakat adat sunda wiwitan di Kuningan, Jawa Barat. Dapat kita lihat dalam literatur tentang Ritual olah rasa dalam pelaksanaan digitalisai manuskrip di Komunitas AKUR Sunda Wiwitan, Yang menunjukkan bahwa masyarakat adat bukan hanya menjaga teks kepercayaan leluhur saja, melainkan menyelaraskannya dengan perubahan zaman melalui digitalisasi. Dalam literatur ini menjelaskan bahwa berjalan beriringan zaman dengan tetap menjaga ajaran tradisional yang telah mereka terima secara turun temurun dari leluhur mereka, tidak serta merta menolak perubahan untuk tetap menjaga kelestarian tradisi lokal mereka.
Tradisi Sunda wiwitan, tetap mempertahankan tradisi mereka walaupun berada ditengah masyarakat muslim. Tradisi Sunda Wiwitan juga terkena pengaruh dari praktik spiritual Islam yang menyebabkan prubahan dari tradisi Sunda Wiwitan dahulu. Hal ini menunjukkan tradisi lokal menerima dan dapat hidup berdampingan untuk membentuk intraksi, dan memupuk integrasi budaya.
KONSEP TAUHID ISLAM DAN DAMPAKNYA TERHADAP SUNDA WIWITAN
Tauhid adalah ajaran yang utama dalam Islam. Ajaran tersebut menjelaskan hanya ada satu Tuhan. Dalam islam sendiri, tauhid mempunyai tiga bagian inti: 1. Rububiyah, 2. Uluhiyah, dan 3. Asma wa Sifat. Tuhan adalah pemegang kekuasan mutlak, yaitu Allah SWT.
Dalam tradisi kepercayaan masyarakat Sunda Wiwitan didapat banyak benturan dengan konsep Tauhid dalam Islam. Kepercayaan mereka ini, mencakup percaya pada roh leluhur sebagai perantara dalam kehidupan manusia, dan ritual penghormatan atas alam yang melibatkan penyembahan kekuatan supranatural. Ada beberapa komunitas Muslim yang mentolerir beberapa elemen Sunda Wiwitan yang dianggap adat tersebut, dan bukan sebuah bagian dari kepercayaan. Sebagai contoh Upacara Sere Taun, yang pada saat ini sebagai ucapan rasa syukur kepada Allah.
Para ulama mempunyai pandangan masing-masing atas tradisi lokal ini dalam Islam.
Pendekatan yang Moderat memperbolehkan adat istiadat menjadi hukum selama tidak ditemukan benturan dengan hukum Syariat. Hal ini dapat masuk akulturasi dalam dakwah Islam. Lalu ada Pendekatan Puritan (Salafi dan Wahabi) menetapkan diri mereka menolak tradisi yang dapat mencampurkan Islam dengan ajaran lokal leluhur, serta mempunyai anggapan ritual yang dilakukan itu seperti Seren Taun sebagai Bid’ah. Selanjutnya yang terakhir, ada Pendekatan Muhammadiyah. Komunitas muslim ini mempunyai kelonggaran, yaitu memperbolehkan elemen budaya untuk dihormati selama tidak bertentangan dengan Islam.
Dengan begitu, konsep “Tauhid” dalam Islam sendiri mempengaruhi penerimaan atau penolakan masyarakat Muslim atas tradisi Sunda Wiwitan. Beberapa komunitas Muslim ada yang menerima dalam bentuk tradisi budaya serta menyamakan makna dari berdoa kepada leluhur dan kepada alam, jadi berpusat kepada Allah. Ada juga, Komunitas Muslim yang menolak kepercayaan yang dilestarikan tersebut. Ketika masyarakat menyesuaikan diri, segala praktiknya akan perlahan mengikuti ajaran Islam, dan saling mempengaruhi satu sama lain.
PERKEMBANGAN AWAL DI ERA MODERN
Perubahan dalam dunia dewasa ini, bisa saja menghambat tradisi lokal untuk terus melestarikannya. Termasuk Sunda Wiwitan. Globalisasi yang demikian masif menyebabkan perubahan dalam kehidupan masyarakat Sunda itu sendiri, yang mengakibatkantradisi yang dahulu merupakan bagian yang sakral sekarang banyak di tinggalkan. Ada tiga poin utama yang dapat kita lihat untuk membahas secara awal atas perubahan ini: Keberlanjutan tradisi Sunda Wiwitan, Persepsi generasi muda atas tradisi tersebut, dan menstabilkan antara budaya dan agama.
Sunda Wiwitan ialah tradisi zaman dahulu yang telah menyesuaikan dirinya seiring berjalan waktu. Beberapa komunitas masih ada yang mengikuti tradisi ini, dengan dasar melindungi warisan budaya yang telah mereka terima secara turun-temurun. Namun, kehidupan modern ini dan ajaran agama, Khususnya Islam tampak kentara tradisi ini semakin jarang dilakukan. Walaupun ada kepercayaan dari masyarakat itu sendiri dengan tradisi nenek moyang mereka, akan tetapi dengan zaman modern dan ajaran agama di tengah-tengah tradisi Sunda Wiwitan, mereka harus terus menyesuaikan dan memberi makna yang relevan pada prosesi mereka sendiri. Seperti prosesi sesajen atas bentuk terima kasih kepada alam kini bertransformasi menjadi doa bersama, dan syukuran.
Tantangan lain adalah bagaimana menjaga tradisi lokal supaya tetap lestari dan tetap hidup di kalangan generasi muda sekarang. Generasi muda yang dominan mengikuti informasi global dan apa saja yang sedang tren. Beberapa kekhawatiran ini menjadi karena generasi muda jarang bahkan sampai tidak pernah sekalipun melihat budaya lokalnya sendiri. Salah satu komunitas Sunda Wiwitan yang terus melestraikan budaya lokal ini adalah kampung pasir, yang ada di Cigugur, Kuningan. Secara administratif, kampung ini terletak di Desa Cintakarya, Kecamatan Samarang, Kabupaten Garut. Masyarakat Kampung Pasir mengungkapkan mereka membangun secara gotong royong sebuah balai. Di sinilah mereka mengajarkan berbagai aspek kesundaan kepada generasi penerus. Balai ini juga menjadi ruang bersama untuk membicarakan berbagai persoalan masyarakat, bukan hanya bagi masyarakat adat Kampung Pasir, tapi juga bagi masyarakat sekitarnya.
Budaya lokal telah berinteraksi dengan ajaran Islam di beberapa komunitas, mereka melaksanakan tradisi mereka tanpa melanggar keyakinan syariaat Islam. Dengan mengubah praktik ritual yang dahulu mereka lakukan menjadi doa, bersedekah, dan syukuran yang sesuai dengan praktik Islam. Sunda Wiwitan tetap mempertahankan bentuk aslinya, namun ada penyesuaian seperti keyakinan animisme dan dinamisme yang selalu dikaitkan dengan alam, sedikit demi sedikit mereka tinggalkan. Semestara, yang mempunyai nilai sosial dan budaya mereka pertahankan.
Contoh kepercayaan Sunda Wiwitan seperti Seren Taun merupakan prosesi yang penting setiap tahunnya. Berawal dari kepercayaan yang dikaitkan kekuatan supranatural dengan fitur geografisnya seperti gunung, pohon, dan mata air. Keyakinan ini telah berubah dari waktu ke waktu untuk menetapkan fokus kepada Ilahi. seperti berbagi makanan, syukuran, dan menyatukan orang-orang. Perubahan ini selaras dengan keyakinan Islam tentang persatuan, keragaman, dan menjaga lingkungan. Walaupun nilai ini sudah sangat tertanam dalam benak orang Sunda Wiwitan, akan tetapi maksud dan tujuannya dialih fungsikan untuk tetap tertuju pada sang Ilahi budan kepada aspek geografis alam maupun leluhur.
KESIMPULAN
Tradisi Sunda Wiwitan ialah sistem kepercayaan murni masyarakat Sunda, yang berdasar pada penghormatan atas alam dan leluhur. Ketika tradisi lokal berinteraksi dengan Islam, ini membuatnya berubah dan bercampur yang mengarah pada berbagai bentuk akulturasi. Dari sisi Islam sendiri, hal yang utama budaya dapat diterima atau tidak ialah dari aspek keyakinannya. Tradisi yang bersifat budaya, seperti Seren Taun dapat diterima dengan mengubah maksud dan tujuannya untuk menyembah sang Ilahi. Tanpa mengubah bentuk budaya itu sendiri. Namun, ritual yang berbau penyembahan animisme dan dinamisme, dalam pandangan Islam sangat bertentangan karena Islam sendiri menganut ajaran Monoteisme (percaya pada satu Tuhan).
Interaksi budaya lokal dan Islam menunjukkan bahwa tradisi lokal dapat hidup lestari dan bergandengan jika sejalan dengan ajaran Islam, namun ketika bertentangan dengan prinsip Tauhid maka harus dihentikan. Cara terbaik untuk memahami dan menangani sebuah tradisi adalah dengan memisahkan praktik budaya dari keyakikan agama, sehinggan identitas murninya dapat dipertahankan serta berjalan beriringan dengan prinsip-prinsip Agama. Masa depan Sunda Wiwitan bergantung pada persepsi generasi muda dan pelestarian akar budayanya, menyeimbangkan kemampuan beradaptasi terhadap zaman modern dan tuntutan sosial.