WISATA GEOTEOLOGI KOTA BUKITTINGGI:  Sejuk, Indah, dan Bersejarah dalam Kebesaran Ilahiyah  Oleh: Duski Samad

WISATA GEOTEOLOGI KOTA BUKITTINGGI: 

Sejuk, Indah, dan Bersejarah dalam Kebesaran Ilahiyah 

Oleh: Duski Samad

Pembina media online sigi.com, indonesiamadani.com Youtube: Surau Professor

 

Judul ini muncul ketika penulis kembali menginjakkan kaki di Bukittinggi, dalam perjalanan dari Kota Payakumbuh usai menyampaikan khutbah Idul Fitri 1 Syawal 1446 H. Duduk sejenak di sekitar icon kota Jam Gadang, memandang Gunung Merapi dan Singgalang dari kejauhan, terasa betapa udara tetap sejuk meski di siang hari yang terik. Dengan segelas kopi dan kerupuk kuah, jemari pun mulai merangkai kata di ponsel yang intinya menggambarkan hubungan antara iman dan keindahan ciptaan Allah yang terhampar di Bukittinggi.

Apa Itu geoteologi? Geoteologi masih belum banyak dikenal di masyarakat. Ada anggapan bahwa istilah ini bisa mengganggu keyakinan beragama atau membawa agama ke ranah material. Namun, dalam kajian ilmiah, geoteologi adalah konsep yang menghubungkan geosains (ilmu bumi) dengan teologi (ilmu ketuhanan). Konsep ini mencoba mengintegrasikan iman dan ilmu dalam memahami dunia dan eksistensi manusia.

Tujuan geoteologi.

1. Menghubungkan ilmu geosains dengan spiritualitas, agar ilmu bumi dapat memperkuat keyakinan terhadap kebesaran Tuhan.

2. Menyatukan iman dan ilmu pengetahuan, sebagai cara memahami keberadaan manusia di alam semesta.

3. Mempromosi kan pengelolaan lingkungan yang beretika, dengan menekankan konsep keberlanjutan dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi.

4. Mengurangi konflik antara agama dan sains, serta menyeimbangkan eksplorasi ilmiah dengan nilai moral dan keagamaan.

 

Memahami geoteologi, manusia diharapkan dapat lebih bijaksana dalam memanfaatkan sumber daya alam dan lebih sadar akan perannya dalam ekosistem global.

Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota terindah di Sumatera Barat, terletak di dataran tinggi Minangkabau pada ketinggian 930 meter di atas permukaan laut, sehingga memiliki udara sejuk sepanjang tahun.

 

Daya Tarik Wisata Bukittinggi.

1. Jam Gadang. Ikon kota yang memiliki arsitektur unik dengan angka Romawi yang tidak biasa.

2. Ngarai Sianok. Lembah hijau dengan tebing curam yang sering disebut sebagai “Grand Canyon”-nya Indonesia.

3. Lobang Jepang. Terowongan bawah tanah peninggalan Perang Dunia II.

4. Benteng Fort de Kock. Peninggalan kolonial Belanda dengan panorama indah.

5. Pasar Atas dan Pasar Bawah – Tempat belanja oleh-oleh khas Minang seperti rendang dan keripik sanjai.

6. Danau Maninjau – Danau vulkanik yang indah dengan jalur kelok 44 yang menantang.

Suhu rata-rata 16–25°C, Bukittinggi adalah tempat yang nyaman untuk berwisata dan menikmati suasana yang tenang.

Bukittinggi bukan hanya indah, tetapi juga memiliki sejarah panjang yang berperan dalam berbagai periode penting di Indonesia. Peran Sejarah Bukittinggi.

1. Masa Kolonial Belanda. Dikenal sebagai Fort de Kock, Bukittinggi menjadi pusat pemerintahan di Sumatera bagian tengah.

2. Pendudukan Jepang (1942-1945). Dijadikan pusat militer Jepang di Sumatera.

3. Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Menjadi ibukota darurat Indonesia saat Yogyakarta diduduki Belanda pada 1948, serta tempat berdirinya Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di bawah Mr. Sjafruddin Prawiranegara.

4. Pusat Kebangkitan Politik dan Budaya Minangkabau. Sebagai kota pendidikan dan pusat gerakan intelektual Islam.

 

Peninggalan Sejarah yang Dapat Dikunjungi. Jam Gadang. Benteng Fort de Kock. Lobang Jepang. Rumah Kelahiran Bung Hatta (proklamator kemerdekaan Indonesia). Dengan warisan sejarahnya, Bukittinggi bukan hanya kota wisata tetapi juga kota perjuangan dan kebangsaan.

Sejak lama, Bukittinggi memainkan peran penting dalam perkembangan Islam di Indonesia, baik dalam perjuangan, pembaruan, maupun pendidikan Islam.

1. Perjuangan Islam. Perang Padri (1803-1838) – Dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol, melawan kolonialisme Belanda. Pusat PDRI (1948) – Banyak ulama dan santri ikut serta dalam mempertahankan kemerdekaan.

2. Pembaruan Islam. Gerakan Kaum Muda dan Kaum Tua – Pertarungan ide antara reformasi Islam dan tradisi lama. Organisasi Islam – Lahirnya Sumatera Thawalib, PERTI, dan Muhammadiyah Cabang Minangkabau.

3. Pendidikan Islam. Madrasah dan Pesantren Modern. Bukittinggi menjadi pusat pendidikan Islam dengan kurikulum modern. Tokoh Besar, lahirnya ulama dan intelektual Islam seperti Buya Hamka dan Mohammad Natsir.

Sejarah ini, menjadikan Bukittinggi tetap menjadi pusat intelektual Islam yang berkontribusi pada perkembangan Islam di Indonesia.

 

Wisata Geoteologi Bukittinggi: Strategi Edukasi.

1. Konsep dan Kurikulum Edukasi Geoteologi.

Wisata ini harus mengintegrasikan: Keindahan Alam. Memahami ekosistem dan pelestariannya. Sejarah dan Budaya. Menghubungkan sejarah Bukittinggi dengan perjuangan Islam. Nilai Ketuhanan. Menjadikan alam sebagai sarana refleksi kebesaran Allah.

2. Pengembangan Destinasi Wisata Geoteologi.

Wisata Alam dan Ayat Kauniyah. Ngarai Sianok. Refleksi tentang penciptaan bumi (QS. Al-Mulk: 3-4). Gunung Marapi dan Singgalang. Kajian penciptaan gunung (QS. An-Naba: 6-7). Danau Maninjau. Penciptaan air dalam Islam (QS. Al-Anbiya: 30).

Wisata Sejarah Islam. Benteng Fort de Kock dan Lobang Jepang – Sejarah perjuangan Islam. Rumah Kelahiran Bung Hatta – Peran Islam dalam pemikiran tokoh bangsa.

 

3. Metode Edukasi Wisata Geoteologi.

Wisata edukasi dengan pemandu Islami. Seminar dan workshop tentang Geoteologi. Media digital (e-book, podcast, video dokumenter).

 

Kesimpulan

Wisata di Bukittinggi bukan sekadar menikmati keindahan alam dan sejarah, tetapi juga memiliki relevansi dengan ajaran Islam. Konsep wisata geoteologi, Bukittinggi dapat menjadi contoh kota wisata yang tidak hanya menarik secara estetika, tetapi juga memperkuat kesadaran spiritual, edukasi sejarah, dan kepedulian terhadap lingkungan. DS.01042025.

Leave a Reply