ADAB DAN ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM ISLAM RISYA NURYANI LUTHFAH

          ADAB DAN ETIKA MENUNTUT ILMU DALAM ISLAM

RISYA NURYANI LUTHFAH

Mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Falah

 

Dalam ajaran Islam, menuntut ilmu dianggap sebagai kewajiban bagi setiap Muslim. Ilmu tidak hanya berguna untuk memperluas pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Menuntut ilmu dalam Islam bukan sekadar usaha mencari pengetahuan semata, namun juga harus dilakukan dengan memperhatikan etika dan adab yang benar. Etika dan adab dalam menuntut ilmu mencakup sikap menghormati guru, memiliki tekad dan kesungguhan dalam belajar, serta bersikap rendah hati dalam menerima ilmu. Selain itu, seorang Muslim juga diwajibkan untuk mengamalkan ilmu yang diperoleh dan menyebarkannya kepada orang lain. Rasulullah ﷺ bersabda:

قالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الجَنَّةِ. (رواه مسلم، رقم ٢٦٩٩)

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Hadis ini menegaskan pentingnya ilmu dalam kehidupan seorang Muslim dan menunjukkan bahwa menuntut ilmu dengan cara yang benar adalah jalan yang membawa kepada kebahagiaan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, menerapkan etika dan adab yang baik dalam proses belajar menjadi hal yang sangat penting agar ilmu yang diperoleh dapat memberikan manfaat yang berkah, baik bagi diri sendiri maupun orang lain.

  1. Adab Menuntut Ilmu

Adab dalam menuntut ilmu, seperti yang dijelaskan oleh al-Zarnuji dalam Ta’lim al-Muta’allim, merupakan perwujudan nyata dari etika yang harus dipegang oleh seorang pelajar. Berikut adalah beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam proses belajar:

  1. Memiliki Cita-Cita yang Tinggi

Seorang pelajar harus memiliki tujuan yang lebih dari sekadar mendapatkan nilai baik atau pencapaian duniawi seperti popularitas, pengaruh, atau kedudukan. Meskipun aspek-aspek materi tidak sepenuhnya salah, niat utama dalam menuntut ilmu haruslah demi keridaan Allah. Tujuan utama belajar adalah untuk mengembangkan dan menjaga agama Islam, menghilangkan kebodohan dari diri sendiri dan orang lain, serta mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan.

 

  1. Mengutamakan Ilmu di Atas Segala Urusan

Ilmu hanya dapat diperoleh dan dimanfaatkan dengan baik jika seorang pelajar menghormati ilmu itu sendiri serta para ahlinya, termasuk guru. Menghormati ilmu bisa diwujudkan dengan menghargai kitab-kitab yang menjadi sumber pengetahuan. Adapun bentuk penghormatan terhadap guru antara lain tidak berjalan mendahuluinya, tidak duduk di tempatnya, tidak berbicara lebih dahulu kecuali diizinkan, serta menghindari sikap yang dapat membuat guru tidak berkenan. Bahkan, menghormati keluarga dan anak-anak guru juga menjadi bagian dari adab seorang murid.

  1. Belajar dengan Tekun dan Menghindari Hal yang Sia-Sia

Menuntut ilmu membutuhkan waktu yang panjang dan kesungguhan. Oleh karena itu, al-Zarnuji menyarankan agar seorang pelajar menjauhi hal-hal yang dapat menghambat proses belajarnya, seperti kemalasan, makan dan tidur berlebihan, serta kegiatan yang tidak bermanfaat. Ia menekankan bahwa orang yang menghabiskan waktu untuk hal yang tidak berguna akan melewatkan kesempatan memperoleh hal yang lebih berharga.

  1. Hidup Sederhana

Seorang pelajar dianjurkan untuk hidup sederhana dan tidak tenggelam dalam kemewahan. Gaya hidup berlebihan dapat mengalihkan perhatian dari tujuan utama dalam menuntut ilmu. Namun, kesederhanaan ini tidak boleh sampai membuat seseorang menderita hingga kehilangan semangat belajar.

  1. Bersikap Tenang dan Tidak Tergesa-Gesa

Pelajar yang berilmu harus bersikap tenang dalam menghadapi permasalahan, tidak mudah terprovokasi, dan tidak bertindak gegabah. Kebiasaan menganalisis dan berpikir mendalam sebelum mengambil keputusan menjadi ciri khas orang yang berpengetahuan.

  1. Mengamalkan Ilmu dengan Membagikannya

Ilmu diibaratkan seperti air yang tetap jernih jika terus mengalir. Oleh karena itu, seorang pelajar tidak boleh menyembunyikan ilmunya. Jika ilmu tidak dibagikan, maka ada kemungkinan ilmu tersebut akan terlupakan. Selain itu, salah satu cara mengamalkan ilmu adalah dengan membantu orang lain keluar dari kebodohan.

  1. Tidak Banyak Bicara

Mengutip Ali bin Abi Thalib, orang yang memiliki akal sempurna akan sedikit berbicara. Sebaliknya, seseorang yang terlalu banyak bicara sering kali menunjukkan kedunguannya. Oleh karena itu, seorang pelajar harus menjaga ucapannya agar lebih berfokus pada hal yang bermanfaat.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, seorang penuntut ilmu tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter yang baik dan mendapatkan keberkahan dalam perjalanan belajarnya.

  1. Etika Menuntut Ilmu

Kisah Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS yang terdapat dalam Surat Al-Kahfi ayat 60-82 memberikan berbagai pelajaran mengenai etika murid terhadap guru. Dari kisah tersebut, terdapat beberapa prinsip yang dapat diterapkan dalam interaksi antara murid dan guru:

  1. Memiliki Semangat Tinggi dalam Menuntut Ilmu

Seorang murid harus memiliki tekad yang kuat serta pantang menyerah dalam mencari ilmu, meskipun harus menempuh perjalanan panjang dan memakan waktu lama. Hal ini tergambar dalam perjalanan Nabi Musa AS yang berusaha menemui Nabi Khidir AS sebagaimana disebutkan dalam ayat 60-64. Dalam tafsir Al-Thabary, diceritakan bahwa Nabi Musa AS, setelah menempuh perjalanan jauh, merasa sangat letih dan meminta Yusya’ bin Nun untuk menyiapkan makanan sebagai bekal dalam pencarian gurunya.

  1. Bersikap Sopan kepada Guru

Seorang murid harus menunjukkan kesopanan dalam berinteraksi dengan gurunya. Hal ini tercermin dalam sikap Nabi Musa AS yang dengan rendah hati meminta izin kepada Nabi Khidir AS untuk belajar darinya. Dalam tafsir Al-Thabary, disebutkan bahwa frasa ‘abdan min ‘ibadina dalam ayat 65 merujuk kepada Nabi Khidir AS. Selanjutnya, dalam ayat berikutnya, Nabi Musa AS menyampaikan keinginannya untuk menimba ilmu dari Nabi Khidir AS dengan penuh hormat.

  1. Berprasangka Baik dan Menghormati Keilmuan Guru

Seorang murid harus meyakini bahwa gurunya memiliki wawasan dan keilmuan yang lebih luas. Hal ini tergambar dalam frasa mimma ullimta rusydan, yang menunjukkan bahwa Nabi Musa AS mengakui bahwa Nabi Khidir AS memiliki ilmu yang tidak ia ketahui. Sikap ini sejalan dengan filosofi “gelas kosong”, di mana seorang murid harus selalu merasa membutuhkan ilmu agar dapat terus belajar dan tidak terjebak dalam kesombongan.

  1. Tidak Mudah Tersinggung oleh Perkataan Guru

Murid harus bersikap sabar ketika menerima teguran atau kritik dari guru. Dalam ayat 67-69, Nabi Musa AS mendapat peringatan dari Nabi Khidir AS bahwa ia mungkin tidak akan sanggup bersabar. Namun, Nabi Musa AS menanggapinya dengan penuh tekad untuk tetap belajar. Ini menunjukkan bahwa ketika seorang guru tampak merendahkan atau menegur muridnya, hal tersebut sering kali didasarkan pada pemahaman yang lebih dalam tentang suatu perkara yang belum diketahui oleh sang murid.

  1. Memiliki Komitmen dalam Mengikuti Ajaran Guru

Seorang murid harus berpegang teguh pada janji dan komitmennya dalam menuntut ilmu. Dalam ayat 69, Nabi Musa AS menegaskan kesiapannya untuk bersabar dan mengikuti petunjuk dari Nabi Khidir AS. Hal ini menunjukkan pentingnya keteguhan hati dalam menjalani proses belajar.

  1. Bertanya dengan Cara yang Tepat

Murid harus memahami kapan waktu yang tepat untuk bertanya, serta tidak memaksakan pertanyaan sebelum gurunya bersedia menjelaskan. Dalam ayat 70, Nabi Khidir AS menegaskan bahwa Nabi Musa AS tidak boleh menanyakan sesuatu sebelum diberikan penjelasan. Ini mengajarkan bahwa seorang murid harus bersikap sabar dan menghormati alur pengajaran yang ditetapkan oleh gurunya.

  1. Mengakui Kesalahan dan Meminta Maaf

Apabila seorang murid melakukan kesalahan, ia harus bersedia mengakuinya dan meminta maaf. Dalam ayat 73, Nabi Musa AS meminta Nabi Khidir AS agar tidak menghukumnya karena kelupaannya dan memohon agar tidak dibebani dengan kesulitan yang berlebihan. Sikap ini mencerminkan pentingnya rendah hati dalam proses belajar.

  1. Siap Menerima Konsekuensi dari Kesalahan

Seorang murid harus menyadari bahwa setiap pelanggaran terhadap aturan yang telah ditetapkan oleh guru akan membawa konsekuensi. Dalam ayat 78, Nabi Khidir AS menyatakan bahwa saatnya berpisah dengan Nabi Musa AS karena ia telah melanggar janji untuk tidak bertanya sebelum diberi penjelasan. Hal ini menunjukkan bahwa kedisiplinan dalam menuntut ilmu adalah hal yang sangat penting.

Keseluruhan nilai-nilai di atas mencerminkan bagaimana seorang murid harus menghormati gurunya. Sikap rendah hati, komitmen dalam belajar, serta kesediaan menerima teguran dan konsekuensi merupakan bagian dari adab dalam menuntut ilmu.