MENANAMKAN NILAI MODERASI BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DAN BUDAYA DI MADRASAH IBTIDAIYAH Aziz Nurul Ilmi

MENANAMKAN NILAI MODERASI BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL DAN BUDAYA DI MADRASAH IBTIDAIYAH

Aziz Nurul Ilmi

 Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Falah

 

Indonesia mempunyai banyak agama, budaya, dan kebiasaan yang berbeda, agar semua orang bisa hidup rukun, sikap saling menghormati dan tidak berlebihan dalam beragama perlu diajarkan sejak kecil, terutama di Madrasah Ibtidaiyah (MI). Di sekolah, sikap ini bisa diajarkan lewat pelajaran, kegiatan bersama, dan kebiasaan sehari-hari. Dengan begitu, anak-anak bisa belajar untuk menghargai perbedaan dan hidup damai dengan semua orang.

 

Menanamkan nilai moderasi beragama

Dalam kehidupan sosial dan budaya di Madrasah Ibtidaiyah sangat penting untuk membentuk karakter siswa yang toleran, inklusif, dan berimbang dalam memahami ajaran agama. Moderasi beragama mengajarkan siswa untuk tidak bersikap ekstrem dalam beragama, baik dalam bentuk fanatisme berlebihan maupun sikap terlalu longgar terhadap ajaran agama. Dengan pemahaman yang seimbang, siswa dapat menjalankan ajaran agama dengan tetap menghormati keberagaman yang ada di sekitarnya.

 

Implementasi Moderasi Beragama dalam Kehidupan Sosial di Madrasah Ibtidaiyah

Beberapa aspek moderasi beragama dalam kehidupan sosial diantaranya: (1) Melalui pembelajaran di kelas, guru dapat mengajarkan pemahaman Islam yang damai dan toleran. (2) kegiatan ekstrakurikuler seperti diskusi lintas budaya, pramuka, dan bakti sosial dapat menjadi sarana bagi siswa untuk mempraktikkan sikap moderat dalam kehidupan sehari-hari. (3) Interaksi antar siswa juga harus dibangun dengan prinsip saling menghormati agar terbentuk lingkungan belajar yang menyenangkan.

 

Nilai-nilai Moderasi Beragama yang Harus Ditanamkan

Nilai-nilai utama yang harus ditanamkan dalam moderasi beragama antara lain: (1) Toleransi, mengajarkan siswa untuk menghormati perbedaan dan memahami keberagaman dalam praktik keagamaan.(2) Sikap anti-kekerasan, menanamkan bahwa perbedaan pendapat harus diselesaikan dengan dialog, bukan konflik.(3) Cinta tanah air, mengajarkan bahwa beragama juga harus selaras dengan kecintaan terhadap bangsa dan negara.(4) keseimbangan, dalam beragama mendorong siswa untuk tidak berlebihan dalam memahami ajaran agama, tetapi juga tidak lalai dalam menjalankan kewajibannya.

Dalam kehidupan sosial, nilai moderasi beragama dapat diterapkan melalui budaya sekolah yang menanamkan sikap saling menghormati dan menghargai perbedaan. Tradisi musyawarah dalam pengambilan keputusan di madrasah dapat membiasakan siswa untuk berdiskusi secara bijaksana. Selain itu, madrasah juga dapat mengajarkan pentingnya menghargai keberagaman budaya dengan mengenalkan tradisi Islam yang kaya serta menanamkan etika dalam beragama, seperti tidak memaksakan keyakinan kepada orang lain.

 

Tantangan dalam implementasi Menanamkan Moderasi Beragama

Beberapa tantangan seperti pengaruh informasi dari media sosial yang berpotensi membawa paham radikal, kurangnya pemahaman guru tentang moderasi beragama, serta dinamika sosial yang belum sepenuhnya mendukung sikap toleran. Tantangan ini dapat menghambat upaya madrasah dalam menanamkan sikap moderasi beragama kepada siswa.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, diperlukan upaya seperti: (1) Pelatihan guru agar memiliki pemahaman yang lebih mendalam tentang moderasi beragama. (2) Penguatan kurikulum berbasis moderasi beragama dapat dilakukan dengan menyisipkan nilai-nilai moderasi dalam mata pelajaran agama dan sosial.dan (3) Menjalin kerja sama dengan masyarakat dan orang tua agar nilai-nilai moderasi beragama dapat diterapkan di sekolah, juga di lingkungan keluarga dan masyarakat.

 

Kesimpulan

Menanamkan moderasi beragama di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan membentuk siswa yang toleran, menghargai perbedaan, dan menjalankan ajaran agama secara seimbang. Madrasah memiliki peran penting dalam mengajarkan nilai-nilai seperti toleransi, anti-kekerasan, cinta tanah air, dan keseimbangan dalam beragama melalui kegiatan pembelajaran, ekstrakurikuler, dan budaya sekolah. Meskipun ada tantangan seperti pengaruh radikalisme dan kurangnya pemahaman guru, hal ini dapat diatasi dengan pelatihan pendidik, penguatan kurikulum,berkerja sama dengan orang tua siswa dan masyarakat. Dengan upaya yang berkelanjutan, madrasah dapat mencetak generasi yang moderat dan mampu hidup harmonis dalam keberagaman sosial dan budaya.

Leave a Reply