MENGAPA ADA QURBAN?

MENGAPA ADA QURBAN?

Oleh: Duski Samad
Khutbah Masjid Nurul Ilmi Unand, 23 Mei 2025

 

 

Dua minggu ke depan, tepatnya 10 Zulhijjah 1446H, umat Islam akan melakukan ibadah qurban. Qurban ibadah klasik yang nilainya tetap uptodate bagi kebaikan umat manusia.

Qurban (udhiyyah, dan nahar ) adalah ibadah dalam Islam yang dilakukan dengan menyembelih hewan ternak tertentu pada hari-hari Idul Adha (10–13 Zulhijjah).

Tujuan qurban bersifat simbolik, spiritual, dan sosial. Mengapa ada perintah al Quran tentang qurban?

Dalam kesempatan ini diingatkan beberapa alasan mendasar adanya perintah kuat (sunnat muakkad) qurban.

1.Meneladani Nabi Ibrahim dan Ismail.
Sosok teladan, uswatun hasanah dan role model menjadi orang taat dan patuh pada kebenaran ilahiyah. Sadar dan loyal pada perintah Allah contohnya ya Ibrahim, anaknya Ismail, isterinya Hajar. Artinya keluarga taat Allah ya pesan moral qurban.

Ibadah qurban berasal dari peristiwa ketika Nabi Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelih putranya, Ismail sebagai bentuk ujian keimanan. Ketika keduanya telah tunduk dan siap menjalankan perintah, Allah menggantinya dengan seekor domba. (QS. As-Saffat: 102–107). Maka, qurban adalah bentuk peringatan dan peneladanan terhadap kepatuhan total kepada Allah.

Tidak mudah taat tanpa pamrih dan tanpa alasan sejatinya tiap kali shalat diulang-ulang oleh setiap mushali.
Al-Qur’an dalam Surah Al-An‘ām (6):162 menyebut
Artinya:Katakanlah: “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.”

Ayat ini menjadi landasan tauhid dan keikhlasan dalam seluruh aspek kehidupan seorang Muslim — bahwa segala bentuk ibadah, bahkan hidup dan mati kita, semata-mata dipersembahkan kepada Allah.

2.Mendekatkan Diri kepada Allah (Taqarrub Ilallah).
Kata “qurban” berasal dari akar kata Arab qaruba yang berarti “dekat”. Maka, ibadah ini adalah sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan berkorban atas apa yang dicintai (harta/hewan ternak).

Ayat-ayat taqarrub ilallah (mendekatkan diri kepada Allah) tersebar di banyak tempat dalam Al-Qur’an.

Berikut beberapa ayat utama yang menjadi landasan konsep taqarrub.
1.Surah Al-Baqarah: 186 Artinya:”Dan apabila hamba- hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan doa orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku…”

2.Surah Al-Ma’idah: 35. Artinya:
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya…”
Kata wasīlah di sini ditafsirkan oleh ulama sebagai segala bentuk amal shalih yang bisa mendekatkan diri kepada Allah.

3.Surah Az-Zumar: 3
Artinya:”Ingatlah, hanya milik Allah agama yang murni (ikhlas).”

4.Surah Al-‘Ankabut: 69. Artinya:”Dan orang-orang yang bersungguh -sungguh untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami…”

3.Mengasah Ketulusan dan Keikhlasan.
Qurban mengajarkan bahwa nilai ibadah bukan pada daging atau darahnya, tetapi pada ketakwaan dan niat yang tulus. (QS. Al-Hajj: 37)

4.Berbagi dan Memperkuat Solidaritas Sosial
Daging qurban dibagikan kepada orang miskin, tetangga, dan kerabat. Hal ini memperkuat ukhuwah (persaudaraan) dan keadilan sosial, terutama pada hari raya.

5.Simbol Pengorbanan dan Keikhlasan.
Qurban adalah simbol bahwa seorang muslim harus siap berkorban demi kebaikan dan ketaatan kepada Allah, bahkan jika itu menyangkut sesuatu yang berharga.

ANALISIS ILMIAH

Dasar Historis- Teologis: Teladan Nabi Ibrahim a.s. Khutbah ini menegaskan bahwa qurban merupakan ibadah yang lahir dari peristiwa monumental dalam sejarah ketauhidan, yakni ujian ketaatan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ayat QS. As-Saffat: 102–107 dijadikan dasar untuk memperlihatkan bahwa inti dari qurban adalah al-isti‘dād li al-ta‘ah (kesiapan untuk taat secara total kepada Allah). Ini sesuai dengan prinsip dasar teologi Islam: ibadah adalah ekspresi tauhid dan ketaatan mutlak.
Penekanan pada keluarga Ibrahim (termasuk Hajar) memperluas makna qurban menjadi teladan keluarga rabbaniyyah, yang seluruh anggotanya rela tunduk pada perintah ilahi — sebuah tafsir sosiologis dan spiritual yang sangat kontekstual untuk membangun masyarakat modern berbasis nilai ilahiah.

Dimensi Taqarrub Ilallah Penjelasan tentang asal kata qurban (qaruba – dekat) membuka cakrawala pemahaman bahwa ritual ini bukan sekadar penyembelihan hewan, tapi simbol taqarrub ilallah. Dukungan ayat-ayat seperti Al-Baqarah:186 dan Al-Ma’idah:35 menunjukkan bahwa ibadah qurban adalah bentuk aktualisasi amal salih yang ikhlas.
Dalam pendekatan spiritual-existensial, qurban menegaskan eksistensi manusia sebagai hamba yang mendekatkan diri kepada Sang Pencipta melalui simbol-simbol konkret pengorbanan dan ketaatan.

Nilai Keikhlasan dan Ketakwaan Dukungan QS. Al-Hajj: 37 mempertegas bahwa Allah tidak melihat aspek material dari ibadah qurban, melainkan niat, kesungguhan, dan ketakwaan. Ini merupakan asas etika Islam yang mendalam: amal tidak dinilai dari fisiknya, tetapi dari kualitas batinnya. Dalam kajian fikih dan tasawuf, ini menyatu dengan prinsip ikhlas fi al-‘amal.

Fungsi Sosial: Solidaritas dan Keadilan Poin keempat khutbah mengangkat dimensi mu‘amalah dari qurban — bahwa daging hewan bukan hanya dikonsumsi sendiri, tapi menjadi alat distribusi keadilan sosial. Ini memperlihatkan bagaimana ibadah ritual berdampak langsung terhadap pemberdayaan sosial dan pengurangan ketimpangan.
Dalam perspektif maqāṣid al-syarī‘ah, qurban memenuhi dua tujuan utama:

ḥifẓ al-dīn (memelihara agama) melalui pelaksanaan syariat, dan

ḥifẓ al-māl (memelihara harta) melalui infak harta dalam bentuk hewan qurban.

Simbol Pengorbanan Khutbah ditutup dengan pesan simbolik: bahwa qurban adalah pelajaran untuk mengorbankan yang paling dicintai demi Allah. Ini mencerminkan prinsip tazkiyatun nafs (pensucian jiwa) dan tahalli wa takhalli (menghias diri dengan sifat baik, meninggalkan sifat buruk).

KESIMPULAN
Ibadah qurban bukan sekadar ritual penyembelihan hewan, melainkan ibadah multidimensional yang mengandung pesan teologis, spiritual, sosial, dan moral yang sangat mendalam. Qurban hadir sebagai pengingat sejarah ketauhidan Nabi Ibrahim dan Ismail, sebuah simbol dari kesiapan total untuk taat kepada Allah. Melalui qurban, umat Islam diajak mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub ilallah), memperkuat keikhlasan, dan menyucikan niat dari kepentingan duniawi.

Qurban juga merupakan instrumen sosial yang efektif untuk mempererat solidaritas dan keadilan di tengah masyarakat. Daging qurban menjadi jalan distribusi berkah, menghubungkan yang mampu dengan yang kurang mampu dalam suasana hari raya yang penuh rahmat.

Lebih dari itu, qurban adalah simbol pengorbanan diri demi meraih ridha Allah. Dalam perspektif maqāṣid al-syarī‘ah, ibadah ini menjaga agama dan menyalurkan harta dengan nilai ibadah, membentuk pribadi dan masyarakat yang lebih taat, tulus, dan peduli.

Qurban adalah ibadah yang menjawab kebutuhan spiritual dan sosial umat manusia lintas zaman — aktual, relevan, dan sarat makna. ds. 22052025.

Leave a Reply