MENGHIDUPKAN PERJUANGAN INYIAK CANDUANG DALAM LAYAR SINEMA
Oleh: Duski Samad
Wakil Ketua Umum PP PERTI dan Pembina Lembaga Penyelenggaraan Pendidikan Perti Nasional (LP3N
Hari ini Sabtu, 26 Juli 2025 bertempat di Istana Bung Hatta Bukittinggi LP3N menyelenggarakan Rakernas dan Lokakarya Nasional bertajuk Akselerasi Syekh Sulaiman Ar Rasuli sebagai Pahlawan Nasional.
Lokakarya ini menghadirkan Menteri Kebudayaan, Gubernur Sumatera Barat, Gubernur Riau dan ulama serta akademisi Perti untuk merumuskan langkah strategis percepatan Inyiak Canduang jadi pahlawan nasional berikut capasitas building LP3N sebagai intitusi penyelenggara pendidikan PERTI.
Menghidupkan Perjuangan Syekh Sulaiman ar-Rasuli dalam Layar Sinema adalah satu di antara faktor penting mengenalkan spirit dan kiprah perjuangan Perti di pentas nasional.
Film Ini Penting?
Film “Inyiak Canduang: Ulama, Bangsa, Peradaban” akan menjadi jembatan sejarah dan inspirasi, menyingkap perjalanan ulama kharismatik pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI), seorang figur yang menyatukan surau, adat, dan ilmu syariat (ABS-SBK) menjadi kekuatan peradaban.
Dari surau kecil di Canduang hingga gelanggang pendidikan dan pergerakan nasional, Inyiak Canduang:
• Membangun lebih dari 300 Madrasah Tarbiyah Islamiyah (MTI) sebelum 1940 di Minangkabau, Riau, Jambi, hingga Sumatera bagian selatan.
• Menjadi lokomotif perlawanan kultural dan pendidikan terhadap kolonialisme dan arus modernisme ekstrem, tanpa kehilangan akar tradisi.
• Turut berperan dalam perjuangan kemerdekaan, Pemilu 1955, dan pembinaan generasi bangsa melalui pendidikan Islam berbasis karakter.
Pesan Utama Film
• Pendidikan adalah Perjuangan Peradaban. Surau bukan hanya tempat ibadah, tetapi benteng ilmu, moral, dan kebangkitan bangsa.
• ABS-SBK (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah) adalah fondasi ketahanan budaya dan agama Minangkabau dalam menghadapi kolonialisme dan modernisasi.
• Ulama sebagai Teladan Generasi. Figur Inyiak Canduang menegaskan peran ulama sebagai guru, pemimpin, dan perekat bangsa.
Film ini mengangkat kisah nyata Syekh Sulaiman ar-Rasuli (1871–1970), ulama kharismatik yang dikenal sebagai Inyiak Canduang, pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI). Ia adalah tokoh Minangkabau yang tak hanya mendidik di surau, tetapi melahirkan gerakan pendidikan Islam modern berbasis tradisi (ABS-SBK).
Kisah film menyorot perjalanan hidup beliau sejak masa kecil dan pendidikan di surau serta Mekkah. Perjuangan membangun madrasah dan mendirikan PERTI (1928) di tengah dinamika dan konflik dengan arus modernis dan penjajah Belanda.
Peran dalam perjuangan kemerdekaan dan Pemilu 1955 dan lebih dahsyat lagi dalam dunia pendidika. Dari Canduang beliau mengerakkan pendidikan, data menunjukkan tahun 1934 MTI sudah berdiri 315 di Minangkabau, Riau, Jambi dan daerah lainnya.
Beliah wafat sebagai ulama yang menjadi simbol persatuan umat dan pendidikan di Minangkabau.
Pesan Utama
Sinema Inyiak Candung Pahlawan adalah untuk menegaskan bahwa Pendidikan sebagai perjuangan peradaban. Surau bukan sekadar tempat ibadah, tapi benteng ilmu dan karakter bangsa.
Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK) sebagai filosofi hidup adalah modal besar keteguhan ulama di tengah kolonialisme, modernisasi, dan politik.
Membumikan figur ulama sebagai teladan generasi muda. Drama sejarah-epik dengan sentuhan heroik dan spiritual. Bergaya visual nuansa klasik (surau, alam, adat), warna sinematik hangat, dan adegan monumental (khutbah, perjuangan rakyat).
Target penonton adalah generasi muda, keluarga, pegiat sejarah, dan umat Islam di Indonesia dan Malaysia.
Tokoh utama adalah Syekh Sulaiman ar-Rasuli (Inyiak Canduang) – tokoh utama, ulama pejuang pendidikan.
Syekh Abbas Abdullah dan Syekh Muhammad Jamil Jaho – sahabat seperjuangan di PERTI.
Tokoh kolonial Belanda dan pejuang lokal – menggambarkan dinamika zaman. Santri dan murid-murid MTI – simbol generasi penerus.
Produksi adalah menggandeng rumah produksi nasional dan sutradara yang berpengalaman dalam film sejarah (misalnya, sutradara “Sang Pencerah”).
Lokasi: Canduang, Bukittinggi, dan situs sejarah PERTI (MTI, surau, serta alam Minangkabau).
Distribusi melalui Bioskop nasional, festival film sejarah, platform streaming (Netflix, Disney+, Vidio).
Manfaat dan dampak adalah pelestarian sejarah dan warisan ulama Minangkabau. Inspirasi generasi muda tentang peran ulama dalam pendidikan dan kemerdekaan.
Meningkatkan citra budaya Minangkabau dan PERTI di tingkat nasional dan internasional.
Tagline:”Surau Menyala, Bangsa Berilmu. Inyiak Canduang: Warisan Ulama, Inspirasi Abadi.”
Kesimpulan
Mengangkat perjuangan Syekh Sulaiman ar-Rasuli (Inyiak Canduang) ke layar sinema bukan sekadar karya seni, tetapi strategi dakwah kultural, pendidikan, dan pelestarian sejarah. Film ini akan menjadi medium efektif mengenalkan kiprah PERTI dan warisan ulama Minangkabau kepada generasi muda, masyarakat Indonesia, dan dunia.
Kisah Inyiak Canduang menegaskan bahwa pendidikan adalah perjuangan peradaban, di mana surau, adat, dan syariat (ABS-SBK) menjadi pilar ketahanan budaya dan spiritual umat. Dengan menampilkan perjalanan hidup, perjuangan, dan kontribusinya dalam pendidikan serta kebangsaan, film ini akan:
• Menghidupkan figur ulama sebagai teladan generasi.
• Menguatkan citra budaya Minangkabau dan PERTI di tingkat nasional dan internasional.
• Mewariskan semangat kebangkitan pendidikan Islam yang berakar pada tradisi.
Melalui sinema sejarah-epik yang bernuansa klasik dan heroik, kisah ini akan menyala di hati generasi muda, keluarga, pegiat sejarah, dan umat Islam, mempertegas bahwa perjuangan ulama bukan hanya masa lalu, tetapi warisan abadi untuk masa depan bangsa.
Tagline: “Surau Menyala, Bangsa Berilmu. Inyiak Canduang: Warisan Ulama, Inspirasi Abadi.” DS. 26072025.