MTs QUR’ANIC SCIENTIA: Inovasi Pendidikan Berbasis Al Quran, Sains, Tekhnologi Berbasis Al Quran

MTs QUR’ANIC SCIENTIA:
Inovasi Pendidikan Berbasis Al Quran, Sains, Tekhnologi Berbasis Al Quran

Oleh: Duski Samad
Guru Besar UIN IB dan Ketua Pembina Yayasan Insan Qur’anic Scientia UIN Imam Bonjol

 

Sumatera Barat sebagai lumbung ulama, pendidik terkemuka, cendikiawan dan tokoh nasional sejak pra kemerdekaan kini menyadari kalah saing dengan daerah lain di Indonesia. Kritik terhadap krisis ulama dan tokoh tentu mesti dijawab. Jawaban nya adalah dunia pendidikan Islam. Kesadaran adanya perubahan mendasar dalam dunia pendidikan, ilmu pengetahuan dan tekhnologi menunjukkan pentingnya integrasi antara nilai-nilai keagamaan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam membentuk generasi masa depan yang berkualitas.

Upaya Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Imam Bonjol mendirikan MTs Quranic Scientia adalah inovasi dan integrasi dalam mengadopsi model pembelajaran yang holistik dan berbasis pada kurikulum yang mengedepankan keseimbangan antara aspek religius dan ilmiah. Keberadaan MTs Qur’anic Scientia adalah mewajudkan visi pendidikan UIN Imam Bonjol Padang adalah menjadi pusat pengembangan ilmu keislaman yang unggul dan kompetitif di kawasan ASEAN. UIN adalah lahan persemaian untuk berbuat menegakkan Islam rahmatan lil alamin yang berbasis pada ilmu pengetahuan dan teknologi, dengan pendekatan berbasis kultur Minangkabau seperti yang sudah dibakukan dalam tagline UIN Imam Bonjol Padang yaitu revelation, knowledge and culture.

PENDIDIKAN AKTOR PERUBAHAN
Sejarah menunjukkan bahwa perubahan terjadi berawal dari pendidikan.
Pendidikan aslinya adalah menjadi inovator dan pelopor kemajuan, setidaknya adaptif terhadap perubahan untuk kemajuan. Pendidikan Islam di Indonesia dari perkembangannya cukup mengembirakan, di antara pemerhati menyebut beyond imagination. Pendidikan Islam berkaitan langsung dengan penyiaran dan kemajuan Islam. Sejak dari Surau, Pesantren, Dayah, Madrasah sampai Perguruan Tinggi semuanya adalah kekuatan umat yang hadir dalam visi besar menjadi lembaga pengembangan ilmu pengetahuan dan sekaligus menjadi lembaga pengembangan Islam.

Ikhtiar, usaha dan kerja cerdas tokoh pendidikan Islam, dan tokoh umat untuk mengerakkan pendidikan Islam sebagai garda terdepan memajukan Islam melalui pendidikan dan sekaligus menyiapkan generasi umat adalah nyata melalui inovasi tiada henti. Inovasi dan gerakkan mengintegrasikan Islam (qura’an) dengan ilmu pengetahuan (sciennce) adalah kerja yang sudah lama dilakukan. Pendidikan Qur’an Scientia adalah konsep yang mengintegrasi kan nilai-nilai Al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan modern. Diskursus tentang ini berkembang dalam berbagai konteks, terutama dalam filsafat pendidikan Islam, Islamisasi ilmu pengetahuan, dan pendekatan integratif dalam kurikulum pendidikan.

Konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan yang digagas lemikir Ismail Raji al-Faruqi dan Syed Muhammad Naquib al-Attas mengusulkan agar ilmu pengetahuan tidak sekadar netral, tetapi harus diselaraskan dengan nilai-nilai Islam, termasuk dalam pendekatan pendidikan Qur’an Scientia. Ilmu pengetahuan modern sering dianggap sekuler, sedangkan dalam konsep ini, semua ilmu harus dikaitkan dengan wahyu sebagai sumber utama kebenaran. Pendekatan Integratif dalam Kurikulum adalah salah satu pilihan yang diajukan. Ada perdebatan apakah pendidikan Islam harus tetap mempertahan kan dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum ataukah mengintegrasi kannya. Banyak pihak memilih pola integrasi, termasuk Madrasah Tsanawiyah Qur’anic Scientia. Model pendidikan seperti Pesantren Modern, Sekolah Islam Terpadu, dan Universitas Islam mencoba menggabungkan keduanya, tetapi tantangannya adalah bagaimana menyeimbangkan antara sains yang berbasis rasional-empiris dengan nilai-nilai wahyu.

Issue lain yang diperdebatkan adalah epistemologi Ilmu dalam Islam. Dalam diskursus filsafat Islam, ada pembahasan tentang sumber ilmu: wahyu, akal, dan pengalaman. Qur’anic Scientia berusaha membangun ilmu yang berbasis wahyu tanpa mengabaikan metode ilmiah. Kritik terhadap positivisme (yang hanya mengandalkan rasionalitas dan empirisme) muncul dari pemikir Islam yang menekankan bahwa ada aspek metafisik dalam ilmu yang tidak bisa dijelaskan secara saintifik saja. Pendidikan Berbasis Qur’an dan STEM adalah kerja inovasi dan integrasi yang tak boleh berhenti. Beberapa inisiatif pendidikan di dunia Islam mulai mengembangkan Qur’anic Science Education, yaitu mengajarkan sains melalui perspektif Al-Qur’an. Misalnya, dalam sains alam, fenomena seperti pembentukan alam semesta, embriologi, dan hukum fisika sering dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an.

Tantangan dalam Implementasi. Masih ada perdebatan tentang sejauh mana Islamisasi sains bisa dilakukan tanpa mengorbankan metode ilmiah tidak boleh menghentikan langkah inovasi dan integrasi seperti MTs Qura’anic Sceintia ini. Kritik dari kalangan sekuler adalah bahwa pendekatan ini bisa menghambat objektivitas sains, sementara dari kalangan Islam sendiri, ada yang khawatir kalau ini sekadar tempelan tanpa metodologi yang kuat adalah bahan ajar untuk dicarikan solusi tepatnya. Secara umum, Pendidikan Qur’anic Scientia terus dalam berproses melakukan kerja ilmiah pengembangan formulasi kurikulum serta metodologi yang lebih sistematis agar bisa diterapkan secara efektif.

Ekselensi dan Distingsi Madrasah Qur’anic Scientia
Madrasah Qur’anic Scientia adalah lembaga pendidikan yang mengintegrasikan wahyu (Al-Qur’an) dan ilmu pengetahuan modern dan budaya dalam satu sistem kurikulum. Model ini bertujuan untuk mencetak generasi yang memiliki pemahaman mendalam tentang Al-Qur’an sekaligus unggul dalam sains teknologi dan budaya lokal ABSSBK.

1.Ekselensi (Keunggulan) Madrasah Qur’anic Scientia
Integrasi Ilmu Wahyu, Ilmu Empiris dan budaya.

a). MTs QS menegaskan tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan sains. Ilmu pengetahuan diajarkan dengan perspektif tauhid, sehingga peserta didik memahami bahwa sains adalah bagian dari Sunnatullah. Pembelajaran sains berbasis ayat-ayat Al-Qur’an, misalnya astronomi dikaitkan dengan QS. Al-Anbiya: 30 tentang penciptaan alam semesta.

b) Kurikulum Berbasis Riset dan Ijtihad. Peserta didik dilatih berpikir kritis melalui pendekatan ijtihad ilmiah dalam menyelesaikan masalah dunia. Mendorong inovasi berbasis nilai-nilai Qur’ani, misalnya teknologi ramah lingkungan yang terinspirasi dari konsep keseimbangan dalam Islam.

c) Pembentukan Karakter Ulul Albab. Membentuk insan hafiz Al-Qur’an yang juga ilmuwan dan teknokrat. Mengedepankan adab dan etika ilmiah, sebagaimana diajarkan dalam tradisi keilmuan Islam klasik. Menanamkan sikap tawadhu’ (rendah hati), amanah (bertanggung jawab), dan istiqamah (konsisten dalam kebaikan).

d) Penggunaan Metodologi Modern dalam Pendidikan. STEAM (Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematics) berbasis Qur’an. Pembelajaran interaktif dengan teknologi digital, AI, dan Qur’anic Learning System (QLS). Model pembelajaran berbasis proyek dan eksperimen ilmiah.

e) Pembelajaran Multi-Lingual. Bahasa Arab (untuk memahami Al-Qur’an). Bahasa Inggris dan bahasa sains (untuk mengakses literatur ilmiah).

2.Distingsi (Keunikan dan Pembeda) Madrasah Qur’anic Scientia.
a) Model Pendidikan Berbasis “I’jaz Ilmi”. I’jaz Ilmi adalah pendekatan yang membuktikan kebenaran Al-Qur’an melalui sains. Setiap mata pelajaran dikaitkan dengan keajaiban ilmiah dalam Al-Qur’an. Menjawab tantangan sekularisme dalam ilmu pengetahuan dengan membangun paradigma ilmu yang berbasis wahyu.

b) Fiqh of Science dan Islamisasi Sains
Tidak hanya mengajarkan sains, tetapi juga mengkritisi epistemologi Barat dan membangun sains berbasis Islam. Mengembangkan fiqh of science, yaitu kaidah dalam menerapkan ilmu agar tidak bertentangan dengan syariah.

c) Membangun Generasi Ilmuwan-Muslim “Renaissance Baru”
Menghidupkan kembali tradisi ilmuwan Muslim klasik seperti Al-Farabi, Ibnu Sina, dan Al-Khawarizmi dalam era modern. Menyiapkan lulusan yang siap berkontribusi dalam peradaban global dengan dasar Qur’ani.

d) Pendekatan “Living Qur’an” dalam Kehidupan Sehari-hari. Bukan sekadar menghafal Al-Qur’an, tetapi menerapkannya dalam kehidupan dan inovasi teknologi. Menanamkan spiritualitas berbasis ilmu—sains dipelajari sebagai bentuk ibadah kepada Allah.

Madrasah Qur’anic Scientia bukan hanya lembaga pendidikan, tetapi sebuah gerakan intelektual untuk membangun generasi Muslim yang hafiz Qur’an yang juga ilmuwan. Memahami sains dengan perspektif wahyu. Menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat. Siap membangun peradaban Islam berbasis ilmu dan teknologi. Konsep ini diharapkan bisa menjadi masa depan pendidikan Islam, yang menjawab tantangan zaman dengan kembali kepada Al-Qur’an sebagai sumber utama ilmu pengetahuan.

MTs QUR’AN SCIENTIA PILIHAN UMAT
Realitas umat Islam Indonesia dalam pendidikan dihadapkan pada pilihan antara pendidikan sekuler dan pendidikan integrasi Islam. Walau ini sebenarnya tergantung pada tujuan dan nilai yang ingin dipegang oleh umat Islam dalam mendidik generasi penerus.

1.Pendidikan Sekuler.
Sekolah dan Madrasah adalah sistem pendidikan yang memisahkan antara ilmu pengetahuan umum dengan nilai-nilai agama. Biasanya hanya fokus pada ilmu duniawi seperti sains, matematika, teknologi, dan humaniora. Objektif dan berbasis rasionalitas tanpa memasukkan unsur agama dalam pengajaran. Lebih terbuka terhadap berbagai ide dan perspektif global. Sayang minim pendidikan akhlak dan nilai Islam, sehingga bisa ada risiko sekularisasi pemikiran. Bisa menimbulkan dikotomi antara ilmu agama dan ilmu dunia.

2.Pendidikan Integrasi Islam. Sistem ini berusaha menggabungkan antara ilmu pengetahuan modern dengan nilai-nilai Islam. Ciri-cirinya menyeimbang kan ilmu dunia dan akhirat, di mana sains dipelajari dalam perspektif Islam. Memasukkan nilai-nilai Islam dalam kurikulum, termasuk akhlak, adab, dan syariat. Membentuk karakter Islami agar peserta didik tetap berpegang teguh pada ajaran agama dalam kehidupan modern.

Tantangan dalam metode dan kurikulum yang perlu kesediaan adaptif terhadap kurikulum pemerintah. Kendala adaptasi dalam lingkungan global, terutama dalam dunia akademik dan profesional yang cenderung sekuler. Mana yang Lebih Ideal?. Jawabannya yang paling idealnya, pendidikan integrasi Islam bisa menjadi pilihan utama umat Islam karena tetap menjunjung tinggi ilmu pengetahuan tetapi dalam koridor nilai-nilai Islam. Namun, tantangannya adalah bagaimana sistem ini bisa terus berkembang dan beradaptasi tanpa kehilangan esensi keislamannya.

MTs Qur’an Sceintia adalah pilihan tepat, berpahala dan berkonstribusi untuk kemajuan Islam, umat dan bangsa, menuju Indonesia emas 2045. Semoga segenap guru, pengelola dan pimpinan FTK teguh dalam jihad dan ijtihad pendidikan ini.

Kesimpulan.
Madrasah Qur’anic Scientia hadir sebagai inovasi pendidikan Islam yang mengintegrasikan wahyu (Al-Qur’an), sains, teknologi, dan budaya dalam satu sistem kurikulum. Dengan pendekatan integratif, madrasah ini menegaskan bahwa tidak ada dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Pendidikan yang diterapkan berbasis tauhid, riset, dan ijtihad ilmiah, dengan menanamkan nilai-nilai Qur’ani dalam setiap aspek pembelajaran.

Keunggulan utama madrasah ini terletak pada kurikulum berbasis riset dan ijtihad, pembentukan karakter Ulul Albab, penggunaan metodologi modern seperti STEAM berbasis Qur’an, serta pendekatan “I’jaz Ilmi” yang membuktikan kebenaran Al-Qur’an melalui sains. Model ini tidak hanya menyiapkan generasi hafiz Al-Qur’an yang unggul dalam sains dan teknologi, tetapi juga membangun pemimpin masa depan yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Sebagai bagian dari gerakan intelektual Islam, Madrasah Qur’anic Scientia menawarkan solusi atas tantangan pendidikan Islam di Indonesia. Dengan memilih pendidikan berbasis integrasi Islam, umat Islam tidak hanya mempertahankan identitas keislaman tetapi juga memastikan kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.

MTs Qur’anic Scientia adalah pilihan strategis bagi umat Islam yang ingin berkontribusi dalam mencetak generasi berilmu, berakhlak, dan berdaya saing global, menuju Indonesia Emas 2045. Semoga perjuangan ini diberkahi dan menjadi bagian dari jihad pendidikan yang terus berkembang. Amin. Ds.11032025.

Leave a Reply