Mudik Aman, Selamat dan Sehat oleh Ir. H. Rudi Syafruddin

Artikel Tokoh244 Views

Mudik merupakan fenomena unik yang melekat erat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Fenomena ini tidak hanya menjadi ritual tahunan, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai sosial, budaya, dan spiritual yang mendalam bagi bangsa Indonesia. Mudik di Indonesia identik dengan tradisi tahunan yang terjadi menjelang hari raya besar keagamaan misalnya menjelang Idul FitriIdul AdhaNatal & Tahun Baru dan Hari besar Nasional. Pada saat itulah ada kesempatan untuk berkumpul dengan sanak saudara yang bertempat tinggal tersebar di perantauan, selain tentunya juga sowan dengan orang tua. Transportasi yang digunakan antara lain: pesawat terbang, kereta api, kapal laut, bus, dan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor, bahkan truk dan moda lainnya dapat digunakan untuk mudik.

Menariknya, fenomena serupa mudik sebenarnya juga dapat ditemukan di beberapa negara lain, meskipun dengan konteks dan skala yang berbeda. “Balik Kampung” di Malaysia. Di Tiongkok, terjadi arus mudik  yang besar saat Tahun Baru Imlek, sementara di Korea Selatan, budaya mudik dilakukan saat Chuseok atau festival musim panas Hangawi, yang digelar di tengah musim gugur.
Di negara Paman Sam, orang melakukan perjalanan pulang kampung saat Thanksgiving. Uniknya  mudik di Indonesia disebabkan skala dan intensitasnya yang sangat besar, serta kaitannya yang erat dengan perayaan Idul Fitri.

Pada masa lalu, ketika sebagian besar masyarakat Indonesia masih bermata pencaharian sebagai petani, mereka memiliki tradisi untuk berkumpul bersama keluarga besar pada saat-saat penting seperti panen raya atau perayaan keagamaan. Seiring dengan perkembangan zaman dan urbanisasi, banyak orang merantau ke kota untuk mencari pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik. Ikatan dengan kampung halaman seakan tidak pernah putus.

Perjalanan panjang sering kali menghadirkan berbagai tantangan, mulai dari kemacetan hingga masalah kesehatan. Oleh karena itu, persiapan matang menjadi kunci agar perjalanan tetap lancar dan aman. Demi mengantisipasi mudik ini, berbagai Upaya dilakukan pemerintah, misalnya pemeriksaan Kesehatan pengemudi transportasi umum, siapnya pos Kesehatan di sejumlah titik (baik di bandara, Pelabuhan atau titik-titk jalur darat), pemberlakuan perubahan jalur, pemeriksaan kelaikan armada angkutan umum dan lain-lain. Untuk menjaga keselamatan, para pemudik dengan kedaraan pribadi  diharapkan tidak memaksa berkendara dalam kondisi badan lelah dan mengantuk, mempersiapakan bekal yang cukup untuk di jalan, merencanakan rute dengan matang dan memastikan kendaraan dalam kondisi prima termasuk kelengkapan seperti helm (bagi pemotor) dan ban cadangan.

Kesehatan pemudik juga tentu perlu diperhatikan. perjalanan panjang seperti mudik akan menghabiskan lebih banyak energi, sehingga pemudik lebih rentan untuk terserang penyakit selama perjalanan. Oleh karena itu, penting membekali dengan obat-obat pribadi. Selain itu, para pemudik diharapkan tidak sembarang makan apabila tidak mengetahui bahan atau cara pengolahannya. Pemudik juga diharapkan istirahat jika sudah lelah, mengantuk atau jenuh.

Dalam perjalanan Panjang menuju kampung halaman, baik yang berkendara darat tentu perlu adanya istirahat. Jka Pemudik sudah mulai mengantuk atau kehilangan fokus, segera cari rest area terdekat untuk beristirahat sejenak. Disarankan untuk berhenti setiap 3–4 jam perjalanan guna mengembalikan konsentrasi. Bagi pengguna transportasi umum, perlu diupayakan istirahat dalam durasi perjalanan yang ditempuhnya agar tubuh tetap bugar saat tiba di tujuan. Seringkali didapatkan adanya perubahan waktu keberangkatan, yang mungkin memengaruhi kondisi fisik. Perlu dilakukan pengaturan kondisi diri dan antisipasi terhadap segala kemungkinan.

Kondisi jalan yang macet dan padatnya kendaraan juga dapat menimbulkan stress atau ketegangan, jika terjadi, pemudik diharapkan dapat menarik dan mengehembuskan nafas perlahan sampai rileks, menepi dahulu di tempat istirahat atau bersenandung. Demikian halnya bagi pengguna transportasi umum, yang mungkin akan terkendala perubahan jadwal, tidak nyamannya perjalanan atau kru di transportasi umum yang kurang membantu maupun selisih paham dengan pemudik lain. Perlu ketenangan hati dan pikiran agar tidak terpengaruh secara emosional, apalagi pemudik  juga sedang berpuasa.

Jangan lupa untuk berdoa, karena berdoa tidak hanya berharap kepada Allah tetapi mendatangkan keteduhan dan ketenangan hati.

Selamat mudik, selamat berkumpul dengan keluarga

Ir. H. Rudi Syafruddin

Leave a Reply