PERAN MADRASAH IBTIDAIYAH DALAM MENANAMKAN TOLERANSI DAN MODERASI SEJAK DINI Risa Alfina Fadilah

PERAN MADRASAH IBTIDAIYAH DALAM MENANAMKAN TOLERANSI DAN MODERASI SEJAK DINI

Risa Alfina Fadilah

Sekolah Tinggi Agama Islam

 

Sikap toleransi adalah bagian dari keberagaman yang sangat penting ditengah keragaman yang ada di Indonesia, mengingat perbedaan agama, etnis, dan budaya yang melimpah. Keberagaman ini membutuhkan sikap saling menghormati dan tolong menolong serta menanamkan kebiasaan yang menjaga kerukunan sosial dikalangan lingkungan sekitar. Tanpa adanya sikap toleransi, potensi konflik antar kelompok yang berbeda akan menjadi ancaman serius bagi persatuan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan yang menanamkan nilai-nilai toleransi sejak dini menjadi krusial dalam menjaga kesatuan dan keharmonisan dalam masyarakat yang majemuk. Sekolah adalah sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki peran sentral dalam membangun sikap toleransi terhadap keberagaman dikalangan siswa. Sebagai institusi pendidikan, sekolah tidak hanya bertanggung jawab untuk memberikan pengetahuan akademis, tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai sosial yang sangat penting seperti toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan.

Meskipun demikian, toleransi masih sering terjadi dikalangan sekolah, dimana perilaku diskriminatif muncul sebagai cerminan kurangnya sikap toleransi. Situasi ini tidak hanya mengganggu proses belajar mengajar, tetapi juga menanamkan benih-benih dan kebiasaan yang sudah dipelajari dikehidupan sehari-hari. Program-program pembiasaan disekolah juga memegang peran penting dalam mendukung penanaman sikap toleransi dikalangan sekolah. Dukungan dari orang tua sangat penting untuk memperkuat upaya sekolah dalam menanamkan nilai-nilai toleransi. Orang tua memiliki peran penting dalam memberikan contoh toleransi dirumah, yang kemudian akan ditiru oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian dukungan orang tua yang kuat dari berbagai pihak dan upaya yang menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif dan toleran dapat lebih mudah tercapai. Sekolah memainkan peran penting dalam membangun sikap toleransi.

  1. Nilai-nilai moderasi beragama

Moderasi beragama menggambarkan sikap dan perilaku umat beragama yang mengedepankan keseimbangan, toleransi, serta kedewasaan dalam menghayati keyakinan mereka, sambil menjauhi ekstremisme dan fanatisme yang kerap memicu pertikaian dan perpecahan. Nilai-nilai ini tidak sekadar mendorong pemahaman yang proporsional tentang ajaran agama, tetapi juga mengajak umat beragama untuk menghayati prinsip-prinsip universal seperti keadilan, welas asih, dan penghargaan terhadap hak asasi manusia. Moderasi beragama juga memandang keragaman keyakinan dan praktik keagamaan sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan, mengajarkan bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang harus ditakuti, melainkan kekayaan yang perlu dijaga dan dihormati.  Toleransi menjadi inti dari moderasi beragama, dengan menekankan pentingnya menghargai hak setiap orang untuk menganut dan menjalankan keyakinannya tanpa paksaan, diskriminasi, atau sikap meremehkan. Nilai ini mendorong terwujudnya kehidupan yang rukun, di mana umat beragama dapat hidup berdampingan dengan damai, saling menghormati, dan bekerja sama demi kepentingan bersama. Selain toleransi, keseimbangan dalam mengamalkan ajaran agama juga menjadi ciri khas moderasi beragama. Keseimbangan ini mengajarkan untuk menghindari sikap ekstrem, baik yang terlalu longgar maupun terlalu kaku, serta menekankan pentingnya proporsionalitas dalam beribadah dan berinteraksi sosial. Dengan demikian, moderasi beragama tidak hanya mengarahkan cara beragama yang tepat, tetapi juga membentuk individu yang arif, terbuka, dan mampu memberikan kontribusi positif dalam masyarakat yang beragam, menciptakan tatanan sosial yang lebih adil, damai, dan berkelanjutan.

  1. Model Kurikulum

Model kurikulum dalam konteks madrasah ibtidaiyah adalah satu poin utama dalam implementasi model ini adalah inklusivitas. Pentingnya inklusivitas merupakan salah satu poin utama dalam implementasi model tersebut. Konsep inklusivitas mengacu pada upaya untuk melibatkan dan memasukkan semua pihak, tanpa memandang perbedaan atau diskriminasi. Dalam konteks implementasi model ini, inklusivitas dapat diartikan sebagai memastikan bahwa model ini dapat diakses, dimengerti, dan memberdayakan semua individu atau kelompok, termasuk mereka yang mungkin berada di luar mainstream atau memiliki kebutuhan khusus. Dengan menerapkan prinsip inklusivitas, model ini dapat menjadi lebih relevan dan bermanfaat untuk berbagai lapisan masyarakat. Ini mencakup pemastian aksesibilitas model secara luas, baik dari segi teknologi maupun bahasa, sehingga dapat diadopsi oleh beragam pengguna tanpa terkecuali. Selain itu, inklusivitas juga mencakup pengakuan terhadap keberagaman budaya, bahasa, dan latar belakang pengguna, serta memastikan bahwa model ini tidak menimbulkan atau memperkuat bias yang dapat merugikan kelompok tertentu.Dengan menjadikan inklusivitas sebagai poin utama, implementasi model ini dapat menciptakan dampak positif yang lebih luas dan mendukung nilai-nilai kesetaraan, keadilan, dan keberagaman. Ini membantu memastikan bahwa manfaat dari penggunaan model ini dapat dirasakan oleh semua orang, sesuai dengan semangat inklusivitas dalam pengembangan dan implementasi teknologi. Kurikulum dirancang untuk mencakup semua lapisan masyarakat, tanpa memandang perbedaan suku, ras, agama, atau status sosial. Pembelajaran didesain agar dapat diakses oleh semua siswa tanpa diskriminasi. Selain itu, model ini menekankan nilai-nilai toleransi, saling menghargai, dan menghormati perbedaan antar individu. Materi pembelajaran mencakup pemahaman terhadap keragaman budaya dan keyakinan dalam masyarakat.Fokus pada pengembangan akhlak mulia dan etika Islam menjadi landasan penting dalam kurikulum tersebut. Pembelajaran mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, integritas, keadilan, dan empati. Tujuannya adalah membentuk karakter

Kesimpulan

Moderasi beragama adalah pendekatan yang menekankan pada keseimbangan yang memahami serta mengamalkan ajaran agama. Dewasa ini moderasi beragama menjadi hal yang krusial dalam mencegah radikalisme, intoleran, dan polarisasi sosial. Madrasah ibtidaiyah memiliki peranan yang penting dalam menanamkan sikap toleransi dan moderasi sejak dini. Dengan hal itu nilai-nilai moderasi seperti menjaga keseimbangan dalam mengamalkan ajaran agama, toleransi serta sikap dewasa dalam menjalani keyakinan harus bias ditanamkan sedini mungkin. Guru dan orang tua berperan penting dalam proses membentukan nilai toleransi dan moderasi terhadap peserta didik, karena pada dasarnya seorang guru dan orang tua merupakan role model yang akan dicontoh oleh peserta didik, disisi lain penggunaan model kurikulum juga sangat diperlukan dalam menanamkan sikap toleransi dan moderasi, misalnya penerapan kurikulum yang inklusivitas, dimana penggunaan kurikulum ini akan menjadikan pembelajaran lebih nyaman karena tidak adanya diskriminasi.

 

Leave a Reply