PROFIT DAN BENAFIT : MERAIH MAKNA HIDUP HAKIKI Oleh: Duski Samad

Artikel Tokoh314 Views

PROFIT DAN BENAFIT : MERAIH MAKNA HIDUP HAKIKI

Oleh: Duski Samad

Catatan Kesebelas

 

Judul di atas mencerminkan perubahan dan peralihan dari pergerakan kehidupan sekadar mengejar keuntungan material (profit) menuju kebermanfaatan (benefit) yang lebih bermakna, serta kaitannya dengan makna hidup, keberkahan, dan kebahagiaan sejati. Tema ini dimotivasi Firman suci. Artinya.. Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (QS. As-Saff Ayat: 10).

Hitungan hidup semuanya berujung pada profit (untung rugi) dan benafit (manfaat). Profit dalam hidup tidak hanya terbatas pada keuntungan materi, tetapi mencakup nilai-nilai yang lebih dalam seperti kebahagiaan, kedamaian, keberkahan, dan makna.

Mengubah alam pikiran dan perasaan dari untung rugi (profit) menjadi manfaat (benafit) perlu kesadaran mendalam akan makna hidup itu sendiri. Profit sejati dalam hidup tercapai ketika seseorang: menemukan makna: hidup dengan tujuan yang jelas dan selaras dengan nilai-nilai kebaikan. Kehadiran membawa kebaikan bagi orang lain, sebagaimana prinsip bahwa manusia terbaik adalah yang paling bermanfaat bagi sesama.

Profit juga berkaitan nilai dalam mencapai kebahagiaan kakiki. Kebahagiaan yang tidak bergantung pada hal-hal duniawi, melainkan pada hubungan dengan Allah, diri sendiri, dan sesama. Profit juga berkaitan dengan keberkahan. Memiliki rasa cukup dan puas atas nikmat yang diberikan, di mana setiap usaha disertai dengan ridha dan rahmat Allah.

Profit pula menanam kebaikan yang terus mengalirkan manfaat bahkan setelah kehidupan di dunia berakhir. Profit dalam hidup sejati adalah akumulasi kebaikan dunia dan akhirat, di mana kesuksesan spiritual, emosional, dan sosial terjalin harmonis.

Bersamaan pencapaian profit, untung rugi dalam hidup, wajib hukumnya berorentasi pada manfaat. Benafit atau manfaat adalah tujuan hidup yang mesti diwujudkan paralel dengan profit. Hakikat benefit untuk kebahagiaan terletak pada bagaimana manfaat itu memberikan nilai yang mendalam dan berkelanjutan bagi diri sendiri maupun orang lain.

Kebahagiaan sejati tidak hanya berasal dari hal-hal yang bersifat material, tetapi dari manfaat yang membawa makna dan keberkahan dalam hidup. Beberapa hakikat benefit yang mendukung kebahagiaan:

1.Kebermanfaatan yang Membahagiakan.

Memberikan manfaat kepada orang lain, baik melalui harta, ilmu, atau tindakan, seringkali memberikan rasa kepuasan batin. Ini karena manusia secara fitrah diciptakan untuk saling membantu.

2.Keberkahan dalam Manfaat. Benefit yang diberkahi adalah manfaat yang tidak hanya melimpah tetapi juga membawa ketenangan, rasa syukur, dan hubungan yang lebih dekat dengan Allah.

3.Manfaat Sebagai Amal Kebaikan. Manfaat yang diberikan kepada orang lain akan menjadi amal jariyah yang terus mengalirkan pahala, sehingga menciptakan kebahagiaan di dunia dan akhirat.

4.Manfaat yang Membuat Hidup Bermakna. Kebahagiaan sejati sering kali lahir ketika seseorang merasa hidupnya bermakna, dan itu biasanya terjadi ketika ia mampu memberikan manfaat kepada lingkungannya.

Benefit menjadi sarana untuk menciptakan kebahagiaan jika manfaat tersebut dilandasi dengan niat ikhlas, digunakan untuk kebaikan, dan dirasakan tidak hanya oleh diri sendiri tetapi juga oleh orang lain.

NOMINAL KEBAHAGIAN

Harga kebahagian tak mudah dikalkulasi dan tidak murah untuk dobayar, sebab bahagia milik sang pemiliknya. Iman satu di antara perangkat lunak yang menjadi asbab hadirnya sang bahagia, maka dapatkan transaksi bahagia melalui sistim ilahi.

Bertransaksi dengan Allah, bukanlah tentang mencari keuntungan material, melainkan keuntungan spiritual yang membawa kebahagiaan di dunia dan akhirat. Namun, istilah “nominal profit” dapat dianalogikan sebagai hasil yang didapat ketika seseorang melibatkan dirinya dalam amal dan ibadah.

Keuntungan dari “bertransaksi dengan Allah” bisa berupa:

1.Pahala Berlipat Ganda:

Allah berjanji melipatgandakan pahala bagi orang-orang yang bersedekah, berinfak, atau melakukan kebaikan.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir; pada tiap-tiap bulir terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Baqarah: 261)

2.Keberkahan Hidup:

Amal yang dilakukan dengan ikhlas mendatangkan keberkahan dalam rezeki, kesehatan, dan kebahagiaan hidup.

3.Ketenangan Jiwa:

“Ketahuilah, dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.” (QS. Ar-Ra’d: 28)

4.Surga sebagai Balasan Terbesar: Beramal dan beribadah dengan ikhlas merupakan investasi akhirat. Allah menjanjikan surga bagi mereka yang taat.

5.Pertolongan dan Rahmat di Dunia: Amal baik sering kali mendatangkan kemudahan dan pertolongan Allah ketika seseorang menghadapi kesulitan.

Jadi, “nominal profit” dalam bertransaksi dengan Allah sebenarnya adalah pahala, keberkahan, rahmat, dan kebahagiaan yang tak bisa diukur dengan uang atau materi. Dalam hal ini, orientasinya adalah ridha Allah, bukan keuntungan dunia semata.

MERAIH MAKNA HIDUP

Nominal, profit dan benafit seringkali memenjarakan orang dari neraih makna hidup hakiki. Makna hidup hakiki adalah pertanyaan mendalam yang sering kali memiliki jawaban yang berbeda-beda tergantung pada perspektif individu, budaya, agama, dan pengalaman hidup seseorang. Namun, secara umum, makna hidup hakiki dapat dilihat dari beberapa sudut pandang berikut:

1.Religius atau Spiritual.

Dalam banyak tradisi agama, makna hidup hakiki sering dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan oleh Tuhan. Misalnya, dalam Islam, hidup dianggap sebagai ujian untuk beribadah kepada Allah, menjalankan perintah-Nya, dan mencapai kebahagiaan abadi di akhirat.

2.Filosofis. Filsuf seperti Nietzsche, Sartre, atau Camus menekankan bahwa manusia perlu menciptakan makna hidupnya sendiri. Hidup hakiki mungkin berarti menjalani kehidupan yang autentik, mencari kebenaran, atau memberi nilai pada keberadaan melalui tindakan dan pilihan.

3.Humanistis atau Psikologis. Dari sudut pandang ini, makna hidup bisa ditemukan melalui hubungan dengan orang lain, pencapaian pribadi, pelayanan kepada masyarakat, atau mengejar kebahagiaan dan kedamaian batin. Psikolog Viktor Frankl, misalnya, berpendapat bahwa manusia menemukan makna melalui cinta, pekerjaan yang bermakna, dan keberanian menghadapi penderitaan.

4.Eksistensial. Makna hidup sering kali muncul dari pengalaman hidup itu sendiri. Hidup hakiki bisa berarti memahami bahwa setiap momen berharga, menerima diri apa adanya, dan hidup sepenuhnya di masa kini.

Jadi, makna hidup mungkin tidak perlu dicari terlalu jauh. Terkadang, makna itu ada dalam hal-hal kecil seperti mencintai keluarga, membantu sesama, belajar, atau bahkan menikmati keindahan alam. Yang penting adalah bagaimana kamu memberikan arti pada hidupmu sendiri.

Semoga hitung-hitungan profit tidak sebatas material, tetapi dapat bertransformasi menjadi benafit. Buahnya setiap orang dapat memberi makna terhadap kehidupan kebahagian yang terus menghampiri hamba terpilih.Amin.@masjidilharam09012025#umroh.

Leave a Reply