RIHLAH DAKWAH TUANKU Oleh:  Duski Samad Tuanku Mudo

Artikel Tokoh170 Views

RIHLAH DAKWAH TUANKU

Oleh: 

Duski Samad Tuanku Mudo

Pembina Majelis Silaturahmi Tuanku Nasional 

 

Tulisan Dakwah Tuanku ini diispirasi oleh beberapa postingan salah seorang Tuanku yang tengah menjalani rihlah dakwah sembari mengasah diri sebagai penulis dan jurnalis dalam group whatshaap Silaturahmi Tuanku yang tengah melakukan perjalanan dakwah lisan dan tulisan ke negeri jiran Malaysia.

Beragam komen oleh anggota group ada yang menyindir, ada yang mengapreasi dan tentu juga tidak sedikit yang tak mau ambil pusing. Penulis justru melihat dari sudut pandangan untuk menjadi penulis, orang harus banyak membaca. Membaca paling efektif itu justru dalam rihlah, perjalanan dakwah dan misi jurnalistik.

Pengalaman dan sejarah menunjukkan rihlah tujuan ilmu dan dakwah adalah sunnah Rasul, tradisi sahabat dan juga cara hidup yang sudah dilakukan penyebar Islam sejak generasi pertama, salafus saleh.

Penyebar Islam di Indonesia yang mendapat gelar Tuanku, ada beberapa yang punya peran besar dalam rihlah dakwah, seperti:

1.Tuanku Imam Bonjol (1772-1864). Beliau adalah pemimpin Perang Padri di Sumatra Barat, yang awalnya adalah gerakan dakwah Islam untuk membersihkan praktik adat yang bertentangan dengan syariat. Rihlah dakwahnya meliputi penyebaran ajaran Islam yang lebih murni, terinspirasi dari gerakan Wahabi di Arab. Membentuk tatanan masyarakat berdasarkan syariat Islam di Minangkabau. Melawan penjajahan Belanda, karena mereka mendukung kelompok adat yang menentang Islamisasi yang lebih ketat.

2.Tuanku Tambusai (1784-1882). Seorang ulama dan pejuang dari Riau yang melanjutkan perjuangan Perang Padri setelah Imam Bonjol ditangkap. Dakwahnya berfokus pada mengajarkan Islam di masyarakat Riau dan Sumatra Timur. Mempimpin perlawanan terhadap Belanda di daerahnya sambil menyebarkan ajaran Islam. Beliau Hijrah ke Malaysia, karena tekanan Belanda, dan tetap berdakwah di sana.

3.Tuanku Rao (1790-an – 1833).Seorang tokoh Padri dari Mandailing yang memperkenalkan Islam secara lebih luas di Sumatra Utara. Rihlah dakwahnya meliputi menyebarkan Islam ke daerah-daerah yang masih bercampur dengan kepercayaan lama. Mempersatukan masyarakat di bawah Islam, meskipun metode dakwahnya dikenal keras. Memimpin perlawanan melawan Belanda dan kelompok adat yang menolak Islamisasi.

 

RIHLAH DAKWAH NABI DAN SAHABAT

Peran rihlah dakwah (perjalanan dakwah) pada era Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat sangat penting dalam penyebaran Islam. Beberapa aspek utama peran rihlah dakwah di masa itu:

1.Dakwah Nabi Muhammad ﷺ di Mekah (610-622 M)

Pada awalnya, dakwah Nabi dilakukan secara sembunyi-sembunyi selama tiga tahun sebelum secara terbuka mengajak masyarakat Quraisy.

Beberapa momen penting adalah Dakwah di rumah Arqam bin Abi Arqam, tempat banyak sahabat masuk Islam. Hijrah ke Habasyah (Ethiopia) dua kali, yang melindungi sebagian sahabat dari kezaliman Quraisy. Perjalanan ke Tha’if, meskipun ditolak dengan keras, tetap menjadi bagian dari upaya penyebaran Islam. Bai’at Aqabah I & II, yang menjadi pintu masuk bagi dakwah di Madinah.

2.Dakwah di Madinah dan Penyebaran Islam ke Luar.

Setelah hijrah ke Madinah (622 M), Islam berkembang pesat. Strategi dakwah semakin luas meliputi persaudaraan Muhajirin & Anshar, memperkuat internal umat Islam. Surat-surat dakwah ke raja-raja seperti Kaisar Romawi (Hirqal), Raja Persia (Kisra), Raja Mesir (Muqauqis), dan Raja Ethiopia (Negus). Pengiriman duta dakwah, seperti Mush’ab bin Umair yang berhasil mengislamkan banyak penduduk Madinah sebelum hijrah Nabi.

3.Ekspansi Islam di Era Khulafaur Rasyidin.

Setelah wafatnya Nabi, para sahabat melanjutkan rihlah dakwah ke berbagai wilayah di antaranya:

1.Abu Bakar Ash-Shiddiq (632-634 M).

Memerangi kaum yang murtad dalam Perang Riddah. Memperluas dakwah ke wilayah Arab yang belum sepenuhnya menerima Islam.

2.Umar bin Khattab (634-644 M).

Islam berkembang ke Persia, Syam (Suriah, Palestina, Lebanon), dan Mesir. Umat Islam mulai banyak berinteraksi dengan bangsa non-Arab.

3.Utsman bin Affan (644-656 M).

Islam menyebar hingga Afrika Utara dan Asia Tengah. Mushaf Al-Qur’an dibakukan agar dakwah lebih efektif.

4.Ali bin Abi Thalib (656-661 M). Fokus dakwah di internal umat Islam yang mengalami konflik internal. Mempertahan kan nilai-nilai Islam di tengah gejolak politik.

Rihlah dakwah di era Nabi dan sahabat membentuk fondasi kuat penyebaran Islam ke berbagai penjuru dunia. Metodenya meliputi dakwah personal, diplomasi, hijrah, surat kepada pemimpin dunia, dan ekspansi ke berbagai wilayah.

 

RIHLAH DAKWAH ISLAM DI NUSANTARA

Jejak rihlah dakwah penyiar Islam awal di Nusantara dapat ditelusuri melalui berbagai jalur, mulai dari jalur perdagangan, pernikahan, hingga dakwah langsung oleh para ulama dan wali.

Beberapa jejak penting penyebaran Islam di Nusantara:

1.Jalur Perdagangan.

Islam masuk ke Nusantara sekitar abad ke-7 hingga ke-13 melalui pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan India. Kota-kota pelabuhan seperti Barus (Sumatra), Samudera Pasai, Malaka, Demak, dan Gresik menjadi pusat awal penyebaran Islam karena hubungan dagangnya dengan pedagang Muslim.

2.Peran Ulama dan Wali Songo.Di Jawa, penyebaran Islam sangat dipengaruhi oleh Wali Songo, yang menggunakan pendekatan budaya, seni, dan pendidikan untuk menarik perhatian masyarakat. Mereka mendirikan pesantren, masjid, dan menyebarkan Islam dengan pendekatan yang harmonis dengan budaya lokal. Di Sumatera ada Syekh dan Tuanku menjadi aktor rihlah dakwah yang berarti besar bagi penyebaran Islam di nusantara.

3.Islamisasi Melalui Politik dan Kerajaan. Beberapa kerajaan Hindu-Buddha di Nusantara bertransformasi menjadi kerajaan Islam, seperti: Samudera Pasai (abad ke-13) di Sumatra sebagai kerajaan Islam pertama. Kesultanan Malaka yang berperan penting dalam Islamisasi Nusantara. Kesultanan Demak sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa, yang berperan dalam penyebaran Islam di Jawa dan luar pulau. Kesultanan Ternate & Tidore di Maluku yang menyebarkan Islam di wilayah Indonesia timur.

4.Penyebaran Melalui Pernikahan. Banyak pedagang Muslim menikahi wanita lokal, sehingga Islam berkembang secara alami melalui keturunan mereka. Hal ini mempercepat proses Islamisasi di berbagai daerah.

5.Dakwah dan Tasawuf.

Para sufi dan ulama seperti Syekh Yusuf al-Makassari, Sunan Bonang dan Syekh Abdurrauf memainkan peran penting dalam menyebarkan Islam melalui ajaran tasawuf yang lebih mudah diterima oleh masyarakat yang sebelumnya menganut kepercayaan Hindu-Buddha.

Jadi, Islam di Nusantara berkembang melalui perpaduan berbagai jalur: perdagangan, politik, budaya, dan dakwah ulama. Seiring waktu, Islam semakin mengakar dan membentuk identitas masyarakat Indonesia hingga saat ini.

 

DAKWAH RIHLAH VS DAKWAH DIGITAL

Dakwah terus berkembang sesuai dengan zaman. Jika dahulu para ulama melakukan dakwah rihlah (perjalanan dakwah secara fisik), kini ada juga dakwah digital yang menggunakan teknologi modern.

Berikut perbandingan keduanya Dakwah Rihlah (Dakwah Perjalanan). Ini adalah metode dakwah yang dilakukan dengan berpindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyebarkan Islam. Contoh tokoh yang melakukan ini adalah Nabi Muhammad ﷺ, para sahabat, Wali Songo, dan ulama lain yang menyebarkan Islam ke berbagai wilayah.

Kelebihan dakwah rihlah, termasuk berceramah di luar daerah tempat tinggal adalah interaksi langsung dengan masyarakat, lebih personal dan mendalam.

Dakwah rihlah dapat membentuk komunitas Islam yang kuat di daerah baru. Menyesuaikan dakwah dengan budaya lokal, seperti yang dilakukan oleh Wali Songo di Jawa, Syekh dan Tuanku di Sumatera.

Kekurangan dakwah rihlah terbatas oleh jarak dan waktu, dakwah hanya bisa menjangkau tempat tertentu. Membutuhkan biaya dan tenaga besar untuk perjalanan.

Sedangkan metode dakwah dengan menggunakan media digital seperti media sosial, website, podcast, video YouTube, dan aplikasi Islam. Kelebihannya dapat menjangkau luas, bisa menyebar ke seluruh dunia dalam hitungan detik.Hemat biaya dan tenaga, tidak perlu bepergian jauh. Fleksibel, bisa dilakukan kapan saja dan di mana saja.

Kekurangannya adalah kurangnya interaksi personal, sehingga sulit membangun hubungan emosional yang kuat. Banyak informasi hoax atau distorsi ajaran Islam yang sulit dikontrol. Terpengaruh oleh algoritma, sehingga pesan dakwah bisa kalah dengan konten hiburan.

Keduanya saling melengkapi. Dakwah rihlah tetap penting untuk membangun komunitas Islam secara langsung, sedangkan dakwah digital menjadi alat untuk menjangkau lebih banyak orang dengan lebih cepat. Seperti di Indonesia, banyak ustaz dan ulama yang menggabungkan keduanya. Contohnya, Ustaz Adi Hidayat, Ustaz Abdul Somad, dan Habib Jafar yang berdakwah langsung ke masyarakat tetapi juga aktif di media sosial.

 

Kesimpulan.

Rihlah dakwah adalah perjalanan dalam menyebarkan Islam yang telah dilakukan sejak zaman Nabi Muhammad ﷺ, para sahabat, hingga para ulama dan penyebar Islam di Nusantara. Tradisi ini terus berlanjut dengan berbagai bentuk, termasuk dakwah digital di era modern.

• Dakwah Rihlah dalam Sejarah

• Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabat menggunakan dakwah rihlah untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah, baik melalui hijrah, surat diplomasi, maupun ekspansi Islam di era Khulafaur Rasyidin.

• Para penyebar Islam di Nusantara, seperti Tuanku Imam Bonjol, Tuanku Tambusai, dan Tuanku Rao, juga menjalankan dakwah rihlah untuk menyebarkan ajaran Islam sekaligus memperjuangkan nilai-nilai Islam melawan kolonialisme.

• Rihlah Dakwah di Nusantara

• Islam masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan, dakwah ulama, peran kerajaan Islam, pernikahan, dan ajaran tasawuf.

• Wali Songo di Jawa, serta para Syekh dan Tuanku di Sumatra, memainkan peran besar dalam Islamisasi melalui pendekatan budaya dan pendidikan.

• Dakwah Rihlah vs. Dakwah Digital

• Dakwah rihlah memungkinkan interaksi langsung dan personal dengan masyarakat, tetapi terbatas oleh jarak dan biaya.

• Dakwah digital menjangkau lebih luas dengan biaya lebih murah, tetapi memiliki tantangan seperti hoaks dan kurangnya interaksi emosional.

• Keduanya saling melengkapi, dan banyak ulama modern memadukan dakwah rihlah dengan dakwah digital untuk efektivitas yang lebih besar.

Dengan demikian, rihlah dakwah tetap relevan di era modern, baik dalam bentuk perjalanan fisik maupun melalui media digital. Perpaduan keduanya dapa memperkuat penyebaran Islam secara lebih luas dan efektif.ds.31012025.

Leave a Reply