SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM (SEBUAH TINJAUAN SEJARAH) Penulis: Azwirman,S.Pd

Artikel Tokoh139 Views

SAINS DAN TEKNOLOGI DALAM ISLAM
(SEBUAH TINJAUAN SEJARAH)
Penulis: Azwirman,S.Pd

 

PENDAHULUAN
Banyak yang terpukau bahkan silau oleh kemajuan Peradaban Barat (Eropa) terutama dibidang Sains dan Teknologi. Khususnya dunia islam, sejak awal abad ke-20 ketika kekhalifahan Utsmaniyah perlahan-lahan mulai melemah, wilayah-wilayah kekuasaannya mulai melepaskan diri dan satu persatu jatuh ke tangan Imperialisme Barat. Utsmaniyah yang sempat beberapa abad (enam abad) sebuah Imperium yang gagah dan perkasa hingga ditakuti bangsa Barat, akhirnya di awal abad-20, mulai melemah sehingga di Eropa dikenal istilah “the sick man” sebuah ungkapan merendahkan yang dilontarkan bangsa Barat. Puncaknya ketika Utsmani terseret dalam perang dunia pertama dan Qadarullah menderita kekalahan. Kekalahan ini justru mempercepat keruntuhannya.
Di Zaman sekarang, hampir tidak ada negara dan bangsa yang tidak mengadobsi Sains dan Teknologi dari Barat dalam membantu aktivitas kehidupan untuk keberlangsungan kehidupan bangsanya. Sains (sebut, Ilmu pengetahuan yang dalam bahasa Inggris, Science) mencakup: Ilmu Alam (fisika, kimia, biologi), Matematika, Psikologi, Hukum dan lain sebagainya. Teknologi mencakup: Rekayasa, Arsitektur, Konstruksi, Mesin, Robotic, Komputer, Internet, Smartphone. Antara Sains (ilmu kealaman) dan Teknologi tidak bisa dipisahkan.
Lahirnya Teknologi berangkat dari Sains itu sendiri. Sains (ilmu kealaman) lebih kepada Teori-teori gejala dan fenomena alam yang berangkat dari hasil penelitian, pembuktian empiris dan logis, sedangkan Teknologi adalah rekayasa dari teori Sains (ilmu Kealaman) itu sendiri, sehingga akan melahirkan sebuah produk yang sering disebut Teknologi. Artinya Teknologi dan Sains (ilmu Kealaman) berjalan beriringan.
Sains, selain berhubungan dengan ilmu kealaman dan rekayasa (Teknologi) Ilmu sosial, juga merupakan Sains (yang dikenal dengan Social science) seperti, Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, Hukum, Sejarah dan lain sebagainya. Namun, sosial Sains kurang populer dibandingkan dengan Natural science (sains kealaman).
Sebenarnya Sains dan Teknologi sudah ada semenjak manusia itu pertama kali menghuni planet bumi ini. Nabi Adam as sebagai manusia pertama yang menghuni planet bumi sudah mengembangkan Sains dan teknologi secara sederhana yang tentu saja sesuai dengan kondisi waktu itu. Seiring berjalannya waktu yang terus berlalu dan musim selalu berubah, manusia yang sejak awalnya dikaruniai oleh Allah SWT berupa kemampuan akal yang luar biasa yang tidak diberikan kepada makhlukNya yang lain, mampu memperbaharui setiap hal-hal baru yang ia tangkap dan ia terima melalui Panca indera. Informasi itu kemudian diolah oleh akal dan melahirkan hipotesa-hipotesa awal untuk lebih lanjut digunakan untuk bahan penelitian dan penemuan. Berawal dari rasa penasaran berubah menjadi penelitian, penelitian melahirkan teori dan teori menghasilkan penemuan-penemuan (invention) berikutnya penemuan akan menghasilkan rekayasa (Teknologi)
Hampir semua peradaban manusia sejak awal, baik di Timur maupun di Barat, utara maupun selatan bumi, dan dimanapun peradaban manusia pernah ada. Masing-masing mereka tidak ketinggalan dalam mengembangkan Sains dan Teknologi sesuai dengan konteks zaman itu. Mesir Kuno, Babilonia, Romawi, Yunani, Persia, Cina, India dan lain sebagainya mengembangkan Sains dan Teknologi untuk kemaslahatan dan keberlangsungan peradaban masing-masing.
Di Yunani, 4 hingga 3 abad sebelum Masehi kita mengenal para pemikir (filosof) yang meletakkan beberapa dasar-dasar sains (yang merekapun mengadopsi dari peradaban yang lebih tua sebelumnya, seperti Mesir kuno, Babilonia) sehingga kita mengenal hingga hari ini Socrates, Thales, Plato, Aristoteles, Archimedes, Ptolemeus, Phytagoras dll

ISLAM DAN KEMAJUAN SAINS TEKNOLOGI
Menurut penulis, Kemajuan Sains dan Teknologi ditandai dengan dimulainya Research dan pengembangan Sains dan Teknologi serta penemuan dengan lebih Modern dan canggih ada pada masa kemajuan Dinasti Abbasiyah di Bagdad (abad 8 hingga 13 Masehi) dan Umayyah di Andalusia (abad 8 hingga 15 masehi). Tidak berlebihan kalau saya menyebutnya abad keemasan Islam.
Antusiasme yang sangat luar biasa dari penguasa Islam waktu itu baik di Andalusia, ibukotanya Cordoba (Spanyol) maupun di Bagdad (Irak) terhadap Sains dan Teknologi, disamping tentu saja tidak menafikan ilmu-ilmu ke islaman, seperti Fiqh, Ushul fiqh, Tafsir, Hadits, Kalam, Sejarah, Bahasa dll. Khalifah dan pemimpin muslim pada masa itu habis-habisan mendukung dalam hal setiap usaha pengembangan Sains dan Teknologi yang dimulai dari Khalifah Abu ja’far Al Manshur, dilakukan penterjemahan manuskrip, kitab-kitab kuno dari berbagai peradaban baik dari timur maupun Barat. puncaknya pada masa khalifah Harun ar Rasyid dan Al Makmun.
Penterjemahan kitab-kitab kuno dan manuskrip yang dibawa dari Yunani, Mesir, Persia, India, Cina dan lain sebagainya untuk selanjutnya diterjemahkan oleh ulama dan ilmuwan muslim kedalam Bahasa Arab. Proyek raksasa peradaban ini memutuskan Khalifah menggaji para penterjemah dengan harga sangat mahal. Berapa berat buku yang sudah dihasilkan maka gajinya emas yang setara dengan berat buku yang berhasil diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Kalau berat buku yang dihasilkan misalnya 5kg maka upahnya adalah emas 5 kg juga. Akibatnya banyak umat islam yang antusias melakukan penterjemahan dan penulisan ulang kitab kitab itu. Tidak akan kita temukan pada waktu itu di Bagdad kecuali tradisi ilmu dan penterjemahan serta penelitian. Dimana-mana tempat banyak orang yang menggelar kelompok-kelompok studi. Baik langsung dibimbing oleh gurunya maupun sekedar membaca dan melakukan penelitian. Seorang khalifah waktu itu punya perpustakaan pribadi dengan jumlah judul buku 400 ribu judul buku. Khalifah tidak malu dan segan untuk belajar langsung dengan ulama. Apalagi seorang ulama punya buku lebih dari jumlah buku khalifah. Padahal raja di Eropa waktu itu punya pustaka pribadi dengan jumlah buku hanya 400 judul.
Baitul hikmah adalah pusat studi yang menjadi perpustakaan terbesar dan terlengkap di dunia waktu itu. Disini tersimpan lebih dari 2 juta judul buku dengan berbagai macam judul dan tema. Mulai dari Fisika, Kimia, Matematika, Astronomi, Ilmu Hayat, Geografi, Rekayasa, Sejarah, Filsafat, dan lain sebagainya. Maka berdatanganlah orang orang dari bangsa lain baik timur maupun barat untuk belajar ke baitul hikmah di Bagdad.
Di Andalusia juga tidak kalah dari Bagdad juga menjadi pusat pengembangan sains dan teknologi. Meskipun secara politik, Andalusia bukan bagian dari kekuasaan Abbasiyah di Baghdad, namun semangat keilmuan dan pengembangan reseach sains dan teknologi, relatif sama dengan yang di Baghdad. Kita mengenal semisal, Ibnu Firnas, Ibnu Rusyd, Al Rahrawi, Ibnu Tufail dan Ibnu Bajjah. Mereka adalah beberapa nama dari sederet ilmuwan muslim yang berasal dari Andalusia.
Kita sebagai kaum muslim harus memandang sains secara lebih komprehensif terutama dalam sejarahnya, tidak akan membuat kita menjadi minder di satu sisi, dan sombong di sisi lain. Sebagian kalangan (terutama islam) kadang menganggap Sains dan teknologi itu cuma dari Barat saja. Sedangkan peradaban lain tidak mengenal sains dan teknologi.
Adalah salah besar kalau kita berfikiran seperti itu. Yang namanya Sains dan Teknologi semua orang, kelompok dan semua bangsa (peradaban) berhak atas Sains dan teknologi, bahkan dibolehkan melakukan pengembangannya sendiri asalkan sesuai dengan kaidah dan ketentuan dari Sains itu sendiri. Diantaranya adalah kejujuran. Dalam islam, kejujuran adalah syarat utama dari Sains dan Teknologi. Maksudnya, jangan pernah melakukan Klaim terhadap Sains sebagaimana halnya Barat yang sekarang dengan sombongnya mengklaim bahwa sains itu mutlak berasal dari peradabannya. Dalam islam, setiap penterjemahan buku-buku dan manuskrip maka, dijelaskan darimana manuskrip itu berasal, siapa penulis aslinya, semua dengan jujur ditulis, tidak asal klaim saja apalagi praktek copas (copy paste) yang sering terjadi dalam dunia akademik, disamping merusak karena terjadi kebohongan intelektual juga menghapus keberkahan ilmu.
Ketika Khalifah melakukan penterjemahan manuskrip-manuskrip maka, dengan jujur para penterjemah menjelaskan darimana dan siapa yang mengarang kitab itu, dijelaskan apa kelebihan dan kelemahan dari manuskrip itu. Begitulah tingginya tradisi keilmuwan dalam Islam. Syarat kejujuran adalah sangat diperhatikan. Apalagi misalnya, kalau kita lihat ilmu keislaman, Tafsir, hadits, Kalam, Fiqh dll sangat diperhatikan betul sanad dan jalur periwayatannya. Kalau misalnya periwayatnya adalah orang yang cenderung tidak jujur atau ada indikasi berbohong maka, periwayatan Hadits darinya dan ucapannya ditolak.

SAINS MENURUT IMAM AL GHAZALI
Sesungguhnya tidak ada pemisahan ilmu dalam islam (juzz’i). Namun, yang ada adalah penyatuan Sains dengan nilai-nilai islam (kulliyah) atau dalam islam diistilahkan dengan islamisasi sains atau islamisasi Ilmu Pengetahuan. Imam Al Ghazali (1058-1111M) dalam karya monumetalnya, Ihya Ullumuddin beliau membagi ilmu pengetahuan (sains) hanya kedalam dua bentuk saja, pertama, ilmu yang bermanfaat atau Ilmu fardhu ‘ain (wajib bagi setiap individu muslim) untuk mempelajarinya, memahami dan mengamalkannya. Inilah ilmu Tauhid, Aqidah, Ibadah dan Akhlak atau adab. Semua manusia yang mengaku beragama islam atau beriman kepada Allah SWT wajib mempelajari dan memahami seluk beluk ajaran islam untuk diamalkan. Maka apabila ia tidak mendalami ilmu syariat (agama islam dan seluk beluknya) padahal ia beragama islam maka ia dihukum dosa karena abai dengan ajaran agamanya sendiri. Oleh sebab itu, rukun iman dan rukun islam bagi umat islam wajib untuk dipahami dan diamalkan dalam kehidupan sehari hari. Tidak cukup rukun iman dan rukun islam itu hanya sebatas teori dan dihafal dalam kepala. Kewajiban ini adalah kewajiban individu dari seorang muslim (fardhu a’in)
Kedua menurut Imam al Ghazali adalah Ilmu Fardhu kifayah. Kewajiban menuntut ilmu ini gugur apabila sudah ada sebagian kita yang dianggap mewakili untuk mau mempelajari ilmu ini. Yang termasuk ilmu fardhu kifayah adalah; ilmu Kedokteran, ilmu alam (IPA), ilmu Sosial (IPS), ilmu Jiwa (psikologi), ilmu Ekonomi, Matematika, pertanian, teknik, arsitektur, militer, politik dan ilmu (sains) sebagainya. Umat islam (sebagiannya) wajib mempelajari dan memahami ilmu fardhu kifayah ini, dan berdosa seluruh umat islam ini kalau tidak ada sekelompok dari umat islam yang mempelajari, memahami dan menguasai ilmu ini dengan sebaik baiknya. Ilmu fardhu kifayah ada yang bermanfaat dan ada pula yang tidak bermanfaat. Kalau diniatkan untuk kemaslahatan orang banyak dan membantu pekerjaan manusia sehari hari maka boleh untuk dipelajari dan didalami. Namun, jika niat untuk menuntut ilmu dan mendalami ilmu fardhu kifayah ini untuk kesombongan dan merusak serta mencelakakan orang lain, maka haram hukumnya melakukan hal itu.
Dalam sejarah peradaban islam, sudah menjadi acuan dan contoh bagi kita bahwa bagaimana peradaban islam maju dan besar serta berpengaruh sangat lama (lebih kurang 1200 tahun, yang dimulai dari kerasulan Nabi besar Muhammad SAW sampai runtuhnya kekhalifahan Turki Utsmani pada tahun 1924M). hal ini dikarenakan tradisi ilmu dalam islam tidak memisahkan antara ilmu fardhu ‘ain dan ilmu fardhu kifayah. Ilmuwan muslim pada masa itu jumlahnya cukup banyak, baik yang di Cordoba Andalusia (Umayyah) maupun di Bagdad (Abasiyah). Semua mereka menggabungkan (integrated) sains dan islam. Sebut saja seperti nama Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al Farabi, Al Biruni, Al Khawarzimi, Al Kindi, Al Idrisi, Ibnu Haytham, dll. Mereka di samping seorang ilmuwan juga seorang yang alim.

PASANG SURUT SAINS TEKNOLOGI DALAM PERADABAN ISLAM
Sejak Islam dan peradabannya mulai meredup (melemahnya kekuatan sains dan teknologi Islam di Bagdad ketika terjadi tragedi paling berdarah sepanjang masa yaitu, serangan bangsa Tar-Tar (Mongol) dibawah kepemimpinan Hulaghu khan tahun 1258 M, setelah sebelumnya Mongol melakukan penakhlukkan besar besaran, baik di barat maupun di timur. di Andalusia juga bernasib sama. Terjadi pengusiran serta penghapusan Islam dan umat Islam yang sudah berkuasa lebih kurang 800 tahun di akhir abad ke 15 M, tepatnya tahun 1492, kota Granada, benteng terakhir umat islam di Spanyol akhirnya takhluk dibawah kekuatan Aragon dan Castilla (Spanyol dan Portugis) dengan memberlakukan pengadilan inkuisisi. umat islam diberikan tiga pilihan, masuk kristen, di usir atau di bunuh. Semenjak itulah Barat mulai bangkit peradabannya, yang ditandai dengan masa Renainsance (kebangkitan) pada abad ke 15M.
Setelah Kehancuran Baghdad (1258) dan keruntuhan Andalusia (1492) umat islam seperti kehilangan jati diri sebagai umat terbaik, serta melemahnya semangat keilmuwan dalam peradaban islam. Namun selang beberapa lama, muncul harapan baru dengan berdirinya Khilafah Turki Utsmaniyah (1354-1924), semangat untuk bangkit lagi mencapai puncaknya pada tahun 1453, ketika Sultan Muhammad al Fatih (Mehmed II) berhasil menakhlukkan Konstantinopel. Dalam perjalanan sejarah Kekhalifahan Turki Utsmaniyah lebih cenderung kepada bidang kemajuan kemiliteran (teknologi persenjataan) daripada pengembangan sains dan teknologi, bahkan menurut Budi Hendrianto, Turki Utsmaniyah lebih banyak belajar Sains dan teknologi kepada Barat. Hal ini sebenarnya wajar, dikarenakan Utsmaniyah lebih fokus kepada perluasan wilayah islam dan mempertahankan wilayah muslim yang sudah mulai di jajah (kolonial) oleh bangsa Eropa. Sangat menyita perhatian Khalifah untuk penyatuan, perluasan dan mempertahankan Wilayah. Sebab baik di timur hingga barat kekhalifahan islam sudah runtuh (Abbasiyah dan Umayyah)
Melihat islam makin melemah dan mundur serta Barat terus maju dan bangkit (ditambah lagi dengan pemecahbelahan wilayah islam menjadi daerah jajahan barat) maka sikap Inferior makin menjadi-jadi dalam tubuh umat islam, meskipun ulama-ulama besar seperti Ibnu Khaldun, Ibnu Taimiyah, Ibnu Katsir dll, pasca Keruntuhan Baghdad masih bermunculan, ditambah lagi dengan Virus-Virus sekularisme mulai menghinggap dan mengidap dalam otak dan tubuh umat islam itu sendiri terutama pada kaum intelektual muslim.
Munculnya paham Sekularisme ini karena dibawa oleh Barat yang menjajah negeri muslim. Virus ini melanda para pemikir islam dan ilmuwan muslim. Di sisi lain munculnya banyak kelompok dan aliran dalam islam yang kadang hanya menjadi masalah ketimbang solusi untuk kebangkitan islam. Sekte-sekte ini selalu dan mudah mengkafirkan sesama muslim, namun disisi lain bertekuk lutut jika berhadapan dengan bangsa Barat.

SEKULERISME, FAKTOR UTAMA MUNDURNYA SAINS ISLAM
Sebelum saya jelaskan bagaimana mekanisme sekularisme merusak pemikiran umat hingga berdampak kepada kerusakan ilmu itu sendiri, terlebih dahulu saya jelaskan apa itu Sekularisme, sebagai sebuah ideologi pemikiran yang sangat berbahaya bukan hanya bagi agama islam tapi juga musuh dari semua agama didunia.
Adian Husaini (pakar pendidikan islam Universitas Ibnu Khaldun Bogor) dalam salah satu ceramahnya beliau bercerita bahwa, Sebelum bapak Muhammad Natsir meninggal dunia (1993), beliau didatangi oleh beberapa tokoh seperti Amien rais, Kuntowijoyo dan lain sebagainya. Beliau bercerita banyak hal tentang islam dan dakwah terutama di Indonesia. Pertemuan itu sangat penting hingga dengan susah payah pertemuan itu bisa dibukukan menjadi buku kecil dengan judul “Nasehat Seorang Bapak”. dalam buku itu secara ringkas bercerita tentang bagaimana dan apa tantangan dakwah dan umat islam kedepan terutama faktor Eksternal.
Dalam pertemuan itu Beliau (Muhammad Natsir) mengatakan bahwa ada tiga tantangan dakwah secara eksternal atau dari luar. Salah satu tantangan terberat menurut beliau adalah paham Sekularisme. Kalau kita lihat perjalanan sejarah dakwah beliau (M.Natsir) sejak muda hingga wafatnya memang beliau berdakwah fokus dan intens di bidang ini (pendidikan dan pemikiran). Beliau bahkan sejak muda belia pernah berdebat dengan Bung Karno disalah satu majalah waktu itu tentang Sekularisme di tahun 1920 an. Bung karno yang waktu itu sangat memuja dan memuji tokoh sekuler Turki, Mustafa kemal yang berhasil menumbangkan kekuasaan Turki Utsmani (1924) dan merobah serta merombak total semua segi kehidupan masyarakat turki menjadi sangat sekuler. Azan di larang pakai bahasa arab. Harus pakai bahasa Turki. Jilbab dilarang dipakai diruang ruang publik. Pengajian dilarang, Pesantren ditutup dan lain sebagainya. Perdebatan antara Bung Karno dan Muhammad Natsir waktu itu dianggap sebuah perdebatan yang sangat bermutu.
Kenapa pak Natsir mewaspadai sekularisme dan mendirikan sekolah islam? Bahkan dengan dana pribadi? Sebab, salah satu saluran utama Sekularisme adalah lewat lembaga pendidikan (formal) dan itu sudah terjadi jauh sebelum merdeka. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh Belanda, salah satu tujuan utamanya tidak lain adalah menanamkan benih sekularisme kedalam kurikulum pendidikannya.
Bercerita bagaimana pengorbanan Muhammad Natsir dalam dakwah dan pendidikan sangat patut kita tiru dan kita contoh. Beliau tahu betul bagaimana berbahayanya paham Sekuler ini hingga beliau memutuskan tidak melanjutkan kuliah di Belanda. Beliau setamat dari SMA waktu itu belajar dengan seorang tokoh pergerakan islam yaitu Dr A. Hassan. Dari beliaulah Muhammad Natsir muda mendalami ilmu agama dan dakwah. Hingga beliau mendirikan sekolah yang pada waktu itu sangat sulit bagi seorang pribumi untuk mendirikan sebuah sekolah, karena dipersulit oleh kolonial Belanda dan juga harus bersaing dengan sekolah pemerintah. Lembaga pendidikan itu beliau beri nama PENDIS (pendidikan islam). beliau mencari dana sampai ke Surabaya naik kereta sendirian, bahkan menjual perhiasan istrinya untuk membiayai semua kebutuhan sekolahnya. Jadi kita perlu banyak belajar dari beliau.
Dari sekian banyak pengertian Sekularisme dapat kita simpulkan sekuler itu adalah paham yang membuang agama dari hidup dan kehidupannya. Semua dimensi hidup itu harus dipisahkan dari agama. Seperti: Politik, Sosial, Budaya, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, hukum dan pemerintahan jangan diikutsertakan agama didalamnya. Prof Al Attas menyatakan dengan simpel bahwa Sekuler adalah paham kekinidisinian atau keduniawian.
Sejarah paham ini (sekuler) bermula dari kekecewaan dan trauma yang sangat panjang dari peradaban barat terhadap gereja dan agamanya (kristen). sejak kematian Yesus (nabi Isa, as) Paus sebagai pemuka agama kristen waktu itu mengambil alih semua urusan agama Kristen. Dengan penuh kebohongan Ia (Paus Paulus) membeberkan kepada khalayak ramai bahwa ia adalah utusan yang diberi kewenangan oleh Yesus untuk mengambil alih semua urusan agama yang dulu diurus oleh nabi isa as (yesus). sejak itulah Paus paulus melakukan kesewenangan dan pemalsuan bible hingga membohongi penganut kristen yang sebagian besar dianut oleh masyarakat barat. Dengan berkolaborasinya Paus paulus dengan kekuasaan raja raja waktu itu maka, lengkap sudahlah penderitaan rakyat Barat hingga lebih kurang sepuluh abad lamanya. Selama itulah Barat mengalami apa yang disebut dengan abad kegelapan (dark age). ilmu pengetahuan tidak berkembang disana hingga terjadi pembodohan besar besaran.
Gereja didirikan oleh para pemuka agama hanyalah untuk memeras penganut kristen dan rakyat. Dengan menjual surat pengampunan dosa maka gereja mendapatkan uang yang melimpah dari rakyat. Sehingga yang kaya waktu itu hanya raja dan kaum bangsawan serta pemuka agama gereja. Namun, ibarat bom waktu akhirnya kekuasaan gereja runtuh yang bermula dari protesnya kaum kristen di Eropa ke gereja yang mnelahirkan aliran kristen Protestan hingga munculnya era Renainsanse (kebangkitan). Trauma yang berkepanjangan itu akhirnya melahirkan orang-orang yang membenci agama. Mereka jijik terhadap agama (kristen) karena dianggap semena mena terhadap rakyat. Mereka akhirnya membuang agama jauh-jauh dari kehidupan mereka (sekuler). puncaknya adalah runtuhnya kekuasaan gereja dan kekuasaan raja di perancis yang dikenal dengan revolusi Perancis (1789-1799). sebelum terjadi revolusi perancis didahului oleh masa dimana disebut sebagai era abad pencerahan.
Jadi jelas bagi kita bahwa, Trauma yang berkepanjangan yang dialami oleh Barat karena gereja dan raja-raja begitu mendominasi semua aspek kehidupan mereka termasuk cara berfikirpun mereka harus manut kepada gereja. Tragedi Bruno, Galileo Galilei dan Copernicus yang menolak teori Geosentris yang akhirnya menyebabkan mereka dihukum adalah contoh kecil dari sekian banyak tragedi kemanusiaan bagi mereka yang menentang kehendak gereja dan raja. Hingga akhirnya kebencian dan trauma yang meluap itu tumpah dan menyebar kemana mana. Ketika kekuasaan gereja dan raja runtuh maka sekulerisme adalah paham yang wajib dan harus disebar keseluruh dunia terutama ke wilayah jajahan (kolonial) termasuk ke Indonesia.
Sejarah lahirnya Sekuler ini adalah murni sejarah Barat dan bangsa Barat. Yang trauma dengan agamanya yaitu Kristen. Kalau ada orang Islam yang ikut ikutan sekuler dalam beragama dan menganggap masalah kehidupan jangan membawa agama (islam) maka, ia sudah salah alamat dalam menempatkan sekuler itu sendiri dalam kehidupannya. Islam dalam sejarahnya tidak sama dengan kristen yang gereja yang begitu mendominasi.
Kembali kita kebelakang, ketika mercusuar ilmu pengetahuan (sains) berkembang pesat di Baghdad dan Andalusia, tidak pernah kita menemukan ilmuwan muslim yang berani mengatakan “sains adalah sains, agama adalah agama, jangan berbicara agama ketika berbicara sains, sebaliknya juga begitu, jangan berbicara sains ketika berbicara agama” hampir semua ilmuwan muslim adalah hafidz Qur’an di usia belia, disamping hafidz Qur’an juga ahli tafsir dan hadits serta Fiqih. Lihatlah Ibnu sina, yang hidup pada masa dinasti Abbasiyah, pakar banyak bidang, Filosof, ahli Matematika, Astronomi, Kedokteran, Fisika, kimia sekaligus juga Hafal Qur’an dan juga tafsirnya. Beliau selama hidupnya sudah menulis 450 judul buku lebih kurang, dan menjadi rujukan terutama Kedokteran di dunia Barat. Tidak pernah kita dengar dan baca Ibnu Sina, memisahkan ilmu Agama dengan Matematika, filsafat dan Kedokteran dengan Alqur’an. Justru semua Ilmuwan muslim itu mendapat ilham dan petunjuk serta kemudahan dalam menguasai ilmu pengetahuan itu (Sains) karena Penguasaan mereka terhadap agama (islam)
Sekarang, makin ke sini tampaknya kondisi masih belum berubah. Malah cenderung ke arah yang semakin memprihatinkan. Sekularisme bukan hanya masuk ke sekolah-sekolah, pesantren-pesantren bahkan sudah lama bercokol di perguruan tinggi-perguruan tinggi.
Sejak itulah hampir semua lembaga formal pendidikan di dunia islam terutama indonesia, sudah di hancurkan secara sistematis pola pikir mahasiswa dengan paham sekulerisme tadi. Kalau sudah begini jangan harap umat ini akan bangkit dengan sains dan teknologi yang justru berparadigma Barat. Mustahil itu akan terwujud karena kita umat islam sudah masuk “Perangkap” Musuh.

ALQURAN ADALAH PETUNJUK SAINS BUKAN SEKULERISME
Selanjutnya, bagaimana mekanisme sekuler menyebabkan terjadinya kerusakan ilmu yang kemudian berdampak kepada kerusakan ulama, guru atau individu masing masing manusia yang pada akhirnya merusak masyarakat itu sendiri. Mekanismenya sebenarnya tidak rumit. Kalau tadi sudah dijelaskan bahwa sekulerisme itu adalah paham yang diyakini oleh seseorang bahwa agama dan kehidupan adalah dua dimensi yang terpisah. Pokoknya semua urusan dunia tidak ada kaitannya dengan agama. Agama cukup urusan individu saja dan urusan pengurus mesjid saja. Begitu juga dengan sains. Menurut orang sekuler kalau kita belajar biologi tentang asal usul kehidupan manusia maka jangan pakai Alquran akan tetapi pakai akal empirisme. Menurut penelitian akal empiris diketahui bahwa manusia itu berasal dari bentuk sempurna dari perkembangan makhluk yang bernama homo hominid atau bangsa kera.
Padahal jelas sekali dalam kitab suci agama-agama terutama islam yaitu, Alquran jelas dan gamblang membeberkan bahwa manusia itu berasal dari manusia yaitu Adam bukan bentuk sempurna dari monyet. Konsep ini dalam islam sangat salah dan keliru. Sains dalam islam berbeda dengan sains menurut barat. Dalam islam jelas Alquran adalah sumber pertama dan utama dari sains itu sendiri. Meskipun Alquran bukan kitab sains namun Alquran adalah kitab petunjuk bagi yang mau menggunakan akalnya temasuk sains itu sendiri.
Adalah sangat logis dan masuk akal bahwa dalam Alquran banyak sekali ayat-ayat yang berbicara tentang sains dan teknologi. Tinggal kita ikuti saja petunjuk itu dan tidak perlu pula kita memisahkan petunjuk yang sudah jelas itu dengan apa yang kita sebut Empirisme atau bukti bukti ilmiah yang sebetulnya belum tentu ilmiah. Dimana ilmiahnya manusia itu berevolusi? Makhluk hidup itu berevolusi? Kalau dikatakan makhluk itu berevolusi kenapa sekarang kita tidak menemukan peristiwa evolusi itu lagi? Sejak zaman nabi Adam belum pernah terdengar berita atau riwayat sejarah yang mengatakan ada peristiwa evolusi. Kalau kita renungkan alangkah kurang ajarnya manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT menolak mentah-mentah petunjuk dari yang menciptakannya itu (Allah swt). sekali lagi kekeliruan umat islam sekarang yang terpukau dengan kehebatan peradaban barat sekarang adalah karena kita tidak sadar bahwa wordview (cara pandang) kita dengan Barat memiliki perbedaan yang sangat mendasar.
Cara pandang Barat terhadap sains sehingga menganggap sains itu netral dan bebas nilai serta tidak ada kaitannya dengan agama dan kepercayaan seseorang adalah berangkat dari sejarah masa lalu yang kelam dan tragis. Ratusan tahun dipasung oleh kekuasaan gereja dan raja-raja membuat mereka trauma dengan masa lalu sehingga semua hal yang berbau agama (apapun agamanya) dianggap representasi dari kekuasaan agama masa lalu dan itu harus disingkirkan. Islam jelas sekali tidak begitu dan perbedaan kita dengan mereka ibarat langit dan bumi. Jadi janganlah kita sekali-kali cara berfikir kita sama dengan mereka karena latar belakang sejarah yang sangat jauh berbeda.

KESIMPULAN
Sekulerisme adalah racun yang sengaja disebar oleh Barat keseluruh dunia dengan tujuan agar semua umat manusia memiliki fikiran yang sama dalam memandang sains dan teknologi. Sains itu netral agama, sains itu bebas nilai adalah contoh slogan yang mereka gembar gemborkan terutama kepada umat islam yang sudah punya prinsip sendiri yang jauh berbeda dengan barat dalam memandang sains dan teknologi. Akibat dari trauma masa lalu barat sekarang membabi buta dan ingin semua orang untuk ikut-ikutan trauma juga dengan kekuasaan agama nya.
Tidak sedikit kalangan intelektual muslim yang sudah terpengaruh oleh pemikiran ini. Akibatnya umat islam sebagian menjadi Golbin alias golongan bingung. Dalam hati tetap meyakini Alquran adalah petunjuk dalam hidupnya termasuk petunjuk ilmu pengetahuan, akan tetapi otak dan pikirannya masih menganggap bahwa sains itu harus dibebaskan dari nilai-nilai termasuk agama. Urusan agama hanya di mesjid saja atau bersifat personal individual dan tidak boleh ikut campur urusan dunia termasuk sains.
Penyakit pemikiran ini harus dibuang jauh-jauh dengan cara tidak terlalu berlebihan dalam memandang apa yang barat lakukan selama ini. Satu sisi memang peradaban barat untuk konteks sekarang adalah yang paling maju dan menguasai semua lini bidang kehidupan manusia, akan tetapi peradabannya hanya sebatas peradaban materi saja. Peradaban barat yang kita agung agungkan itu seolah tanpa cacat dan cela sebenarnya sangat mengerikan dibalik itu semua. Banyak orientalis yang justru mengkritik peradaban barat sekarang ini dam memuji apa yang islam lakukan selama ini. Karen Armstrong dalam buku-bukunya banyak yang memuji peradaban islam. Ada lagi seorang orientalis mengatakan, “hutang barat kepada peradaban islam tidak akan pernah bisa dilunasi sampai kapanpun” karena menurut beliau segala hal kemajuan barat sekarang tidak lepas dari jasa besar peradaban ilmu dalam islam. Barat banyak sekali belajar kepada islam disaat Bagdad masih menjadi mercusuar ilmu pengetahuan (sains)
Tahun 2010 yang lalu pernah diadakan pameran sains islam di kota London Inggris. Pameran yang tergolong mewah dan megah ini menampilkan kemajuan peradaban sains islam dimasa kejayaan islam di Bagdad dan Andalusia di abad pertengahan, disaat Barat masih dalam keterbelakangan sains dan teknologi waktu itu. Kita patut bangga meskipun pameran luar biasa ini tidak diliput oleh banyak media, namun ini cukup membuat kita puas bahwa ternyata di pusat perdaban Barat (Inggris) sejarah kejayaan islam masa lalu bisa diselenggaran disana. Setidaknya masyarakat Barat banyak tersadarkan bahwa ternyata peradaban islam itu ada dan pernah menguasai (hegemoni) dunia dalam peradaban sains dan Teknologi.
Sumber:
Adian Husaini, Wajah Peradaban Barat (dari hegemoni kristen hingga sekuler liberal), Penerbit: Gema Insani Press (cetakan V), Jakarta: 2018
Dr Adian Husaini, Pendidikan islam: Mewujudkan generasi gemilang menuju Negara adidaya 2045. Penerbit: Yayasan Pendidikan Islam at Taqwa (cetakan III), Depok: 2018
Dr Adian Husaini, Hegemoni Kristen Barat dalam studi Islam di Perguruan tinggi. Penerbit: Gema Insani Press (cetakan III), Jakarta: 2016
Rachmad Abdullah, S.Si, M.Pd, Tinta Emas Sejarah. Penerbit: Al Waffi (cetakan I), Sukoharjo: 2017
Philip K, Hitti, History of Arabs. Penerbit: Zaman (cetakan I), Jakarta: November 2018
Prof Dr. Raghib As Sirjani, Bangkit dan runtuhnya Andalusia (Jejak Peradaban Islam di Spanyol). Penerbit: Pustaka Al Kautsar (cetakan VIII), Jakarta: 2019
Imam As Suyuthi, Tarikh Khulafa (sejarah Penguasa Islam). Penerbit: Pustaka Al Kautsar, Jakarta: 2018
Kholili Hasib, “Lulus Sekolah, Kuliah ke Mana?” artikel, www.inpasonline.com
“Sejarah kedokteran islam dan pengobatan dunia” artikel, www.hidayatullah.com
M. Anwar Djaelani, “Ibnu Sina dan posisi ilmuwan Polymath” artikel, www.inpasonline.com

Leave a Reply