SEMANGAT HIJRAH: Bergerak Menuju Masyarakat Berkeadilan dan Beradab.

SEMANGAT HIJRAH: Bergerak Menuju Masyarakat Berkeadilan dan Beradab.

Oleh: Duski Samad
Peringatan Tahun Baru Hijrah 1447 H Pemerintah Kota Padang, Jumat, 01 Muharram 1447H/27 Juni 2025 di Masjid Raya SAAM Sumatera Barat

Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447 H bukan sekadar penanda waktu dalam kalender Hijriyah, tetapi menjadi momen spiritual untuk membangkitkan semangat perubahan dalam diri, keluarga, dan masyarakat. Setiap peringatan tahun baru Islam sejatinya mengajak umat untuk merefleksikan nilai-nilai dasar hijrah yang dicontohkan Rasulullah SAW: semangat untuk bergerak, berubah, dan memperbaiki.

Hijrah adalah Gerak Perubahan

Hakikat hijrah adalah pergerakan — bukan semata-mata berpindah tempat, namun lebih dalam lagi, berpindah dari kegelapan menuju cahaya, dari ketidakadilan menuju keadilan, dari kejumudan menuju dinamika yang membangun. Hijrah secara fisik memang telah terjadi lebih dari 1440 tahun yang lalu, namun semangat hijrah terus relevan dan dibutuhkan hingga hari ini.

Pergerakan dalam konteks kekinian bukanlah sekadar mobilitas fisik, melainkan pergerakan nilai, pergerakan pemikiran, dan pergerakan menuju peradaban yang lebih baik.

Arah Perubahan: Keadilan sebagai Tujuan
Perubahan dalam hijrah harus memiliki arah yang jelas. Dalam Al-Qur’an, Allah memberikan panduan tentang arah gerak tersebut melalui Q.S. An-Nahl ayat 90: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk berlaku adil, berbuat baik (ihsan), dan memberi kepada kaum kerabat, serta melarang dari perbuatan keji, mungkar, dan permusuhan…”

Ayat ini menegaskan bahwa keadilan, kebaikan, dan kasih sayang adalah pilar utama dalam gerakan hijrah umat Islam. Maka, semangat hijrah hari ini harus diarahkan untuk menegakkan keadilan sosial, mengoreksi ketimpangan, dan memperjuangkan nilai-nilai universal yang dibawa Islam.

Menjadi Manusia Ihsan di Tengah Tantangan Zaman

Hijrah sejati harus melahirkan manusia yang berjiwa ihsan — yang senantiasa ingin menjadi lebih baik. Dalam masyarakat kita, semangat untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas hidup masih hidup dan tumbuh. Namun, perubahan yang dikehendaki tidak boleh liar dan tanpa arah. Ia harus berpijak pada prinsip keadilan dan tunduk pada aturan hukum yang berlaku.

Tanpa keadilan, perubahan hanya akan melahirkan ketimpangan baru dan menciptakan ketidakseimbangan dalam kehidupan sosial.

Empat Pilar Rumah sebagai Basis Pendidikan Sosial

Semangat hijrah juga harus diarahkan untuk memperkokoh hubungan kekeluargaan dan memperkuat pembinaan generasi muda. Dalam konteks sosial kemasyarakatan pentingnya membina anak bangsa melalui empat rumah besar:

1.Rumah Tangga – Tempat utama penanaman nilai-nilai dasar kehidupan.

2.Rumah Ibadah – Ruang spiritual yang menanamkan akhlak dan ketundukan pada Tuhan.

3.Rumah Sekolah– Wahana pendidikan ilmu dan karakter.

4.Rumah Pemerintah / Rumah Gadang– Pilar yang mengatur tatanan dan memberi teladan kepemimpinan.

Jika keempat rumah ini bersinergi, akan lahir masyarakat yang kokoh, beradab, dan siap menyongsong masa depan dengan nilai-nilai Islam yang luhur.

Hijrah sebagai Gerakan Menjauhi Kemungkaran

Akhirnya, semangat hijrah harus menjadi benteng terhadap segala bentuk penyimpangan moral dan kemungkaran sosial. Perilaku menyimpang (fakhsa’) dan pelanggaran hukum (mungkar) harus dicegah secara aktif melalui edukasi, keteladanan, dan penegakan norma.

Rasulullah SAW telah menunjukkan bahwa keberhasilan Islam bukan hanya terletak pada kekuatan militer atau ekonomi, tetapi pada tegaknya keadilan dan akhlak mulia dalam seluruh aspek kehidupan.

Hijrah adalah panggilan jiwa untuk terus bergerak menuju yang lebih baik. Di tahun baru Islam ini, mari jadikan hijrah sebagai momentum untuk memperbarui semangat hidup, memperkuat nilai-nilai keadilan, serta membangun masyarakat yang beradab dan bermartabat. Semoga Allah senantiasa membimbing langkah kita menuju hijrah yang hakiki dari gelap menuju terang, dari ego menuju empati, dari ketidakadilan menuju masyarakat yang penuh rahmat dan berkeadilan.

Analisis
1.Tema Sentral: Tulisan ini mengangkat Hijrah bukan sebagai peristiwa historis semata, tetapi sebagai metafora gerakan transformasi sosial, spiritual, dan peradaban. Hijrah dipahami sebagai gerak menuju keadilan dan peradaban — dari stagnasi menuju dinamisasi, dari kejumudan menuju kemajuan, dari egoisme menuju empati.

2.Pendekatan Teo-Sosiologis: menggabungkan pendekatan teologis (merujuk QS. An-Nahl: 90 dan semangat ihsan) dengan sosiologis (empat rumah sebagai basis pendidikan sosial), menjadikan tulisan ini reflektif sekaligus kontekstual.

3.Visi Etika Sosial Islam: Arah hijrah dalam narasi ini adalah pembentukan masyarakat adil dan beradab melalui prinsip:

Adil dalam relasi sosial dan hukum,

Ihsan dalam perilaku personal dan publik,

Rahmah dalam keluarga dan pemerintahan.

4.Konsep “Empat Rumah” sebagai Pilar Sosial: Penekanan pada empat rumah besar (rumah tangga, ibadah, sekolah, dan pemerintahan) merupakan tawaran konsep struktural untuk menanam dan menyebarkan nilai-nilai hijrah secara sistemik. Ini menjadi sintesis antara pembangunan karakter individual dan transformasi sosial.

5.Relevansi Kontekstual: Tulisan ini sangat relevan dengan tantangan hari ini: kemerosotan moral, ketimpangan sosial, dan melemahnya etika kepemimpinan. Oleh karena itu, semangat hijrah ditawarkan sebagai solusi paradigmatik: perubahan nilai yang menyentuh struktur dan budaya.

Konklusi
Tulisan ini menegaskan bahwa Hijrah adalah gerakan nilai yang tak pernah usang. Ia adalah panggilan untuk meninggalkan kezaliman menuju keadilan, dari egoisme menuju kolektivitas, dari kebodohan menuju pencerahan. Di tengah tantangan zaman, semangat hijrah harus dibumikan melalui:

Perubahan individu ke arah ihsan,

Perubahan struktural melalui pendidikan dan pemerintahan,

Peneguhan nilai keadilan dan rahmah sebagai orientasi kehidupan bersama.

Dengan bersinerginya empat rumah utama umat (keluarga, tempat ibadah, sekolah, dan pemerintahan), akan terbentuk masyarakat yang bukan hanya religius, tetapi juga beradab, egaliter, dan transformatif. Inilah makna hijrah sejati: hijrah menuju masyarakat yang dirahmati dan berkeadilan.ds.01011447/27062025