KEBERBEDAAN DAN INDAHNYA KEBHINIKAAN

Berita11 Views

KEBERBEDAAN DAN INDAHNYA KEBHINIKAAN

Oleh: Prof.Dr. Duski Samad, M.Ag
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sumatera Barat

Manusia tidak ada beda dan tidak boleh dibeda-bedakan, kecuali taqwa yang menjadikan manusia mulia dihadapan Tuhannya, (QS. Al Hujuraat, 13).

Esensi keberbedaan dalam semua agama adalah keniscayaan yang mengandung pesan ilahiah, ujian kemanusiaan, dan peluang perdamaian.

Keberbedaan Agama adalah Ketetapan Ilahi.Al-Qur’an (QS. Al-Maidah: 48) menyatakan:
“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan.”
Ini menunjukkan bahwa perbedaan agama adalah bagian dari kehendak dan rencana Allah. Bukan untuk dipertentangkan secara destruktif, tetapi untuk diuji dalam kebaikan dan toleransi.

Fungsi Sosial Keberagaman Agama adalah
membentuk masyarakat majemuk yang kaya akan nilai, simbol, dan etika.
Mendorong manusia saling mengenal (ta’aruf), menghormati, dan bekerja sama untuk kemaslahatan bersama.
Menumbuhkan keinsafan bahwa kebenaran agama tidak boleh menjadi alat arogansi, tetapi jembatan spiritual.

Spiritualitas di Tengah Perbedaan.
Setiap agama mengajarkan hal-hal fundamental yang senada. Cinta kasih,
keadilan, kesucian hati tanggung jawab sosial. Pengabdian kepada Tuhan.

Keberbedaan bukan pada esensinya, tapi pada jalan menuju Tuhan yang Maha Esa. ini ditegaskan dalam QS. Al-Hajj: 67 dan QS. Al-Baqarah: 148.

Ujian Kemanusiaan. Mampukah Kita Adil dalam Perbedaan?
Allah menguji umat manusia dengan perbedaan keyakinan, seperti halnya perbedaan suku dan bahasa. Esensi perbedaan agama mengajarkan. Kebijaksanaan dalam bergaul. Keadaban dalam berdakwah. Keadilan dalam bernegara

Perbedaan agama adalah ruang ujian dan medan amal, bukan medan permusuhan. Esensinya adalah menumbuhkan sikap saling memahami, bukan saling menghakimi. Dunia damai bukan karena semua seragam, tetapi karena mampu hidup bersama dalam keberbedaan.

Indahnya Kebhinnekaan
Merayakan Perbedaan sebagai Anugerah Tuhan.
Indonesia adalah taman kehidupan yang ditumbuhi beragam bunga: suku, bahasa, agama, budaya, dan pandangan hidup. Dalam keragaman itu tersimpan keindahan yang hakiki—kebhinnekaan. Bukan sekadar perbedaan, tetapi harmoni yang terajut dari rasa hormat, kasih sayang, dan semangat persatuan.
“Bhinneka Tunggal Ika, Tan Hana Dharma Mangrwa.”(Berbeda-beda tetapi tetap satu, tidak ada kebenaran yang mendua.)

Kebhinnekaan adalah Sunnatullah
Al-Qur’an menegaskan:
“Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan serta menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (li ta’arafu).” (QS. Al-Hujurat: 13).

Ayat ini menegaskan bahwa perbedaan bukan untuk ditakuti, tetapi untuk dijadikan ruang belajar dan saling mengenal. Di balik perbedaan ada potensi besar untuk menciptakan keindahan sosial dan kemajuan bersama.

Kebhinnekaan adalah Jalan Perdamaian. Ketika dunia dihantui oleh konflik identitas dan fanatisme sempit, Indonesia menyuguhkan nilai luhur: hidup bersama dalam damai, saling gotong royong, dan menjaga ruang publik dari kekerasan.
Kebhinnekaan yang sejati adalah kesediaan menerima perbedaan sebagai anugerah, bukan sebagai ancaman.

Tantangan dan Tanggung Jawab Kita. Menjaga kebhinnekaan butuh keadaban, bukan hanya toleransi. Merawatnya butuh keadilan, bukan sekadar kerukunan semu.
Menghidupinya butuh kesadaran bahwa kita satu bangsa, satu tanah air, satu bahasa persatuan.

Kebhinnekaan adalah suluh di tengah gelap zaman. Ia adalah mozaik yang menjadikan Indonesia kuat dan memesona. Mari kita jaga, rawat, dan wariskan nilai-nilai ini—untuk masa depan yang damai dan beradab.

KESIMPULAM
Keberbedaan adalah sunatullah yang tak terelakkan dan sekaligus anugerah yang sarat makna.

Dalam perspektif keimanan, manusia tidak diciptakan seragam. Islam dengan jelas menegaskan bahwa kemuliaan bukan ditentukan oleh suku, warna kulit, atau agama, melainkan oleh ketakwaan (QS. Al-Hujurat: 13). Maka, semua bentuk perbedaan, termasuk perbedaan agama, suku, dan budaya, adalah alat uji kemanusiaan yang menuntut sikap adil, bijak, dan saling memahami.

Perbedaan agama bukanlah ancaman, tetapi ketetapan Ilahi yang mengandung hikmah besar: untuk berlomba dalam kebaikan (QS. Al-Maidah: 48). Ia menguji kemampuan manusia dalam menjaga akhlak, membangun dialog, dan merawat kerukunan.

Keberagaman spiritual yang dijumpai dalam tiap agama pun pada dasarnya mengajarkan nilai-nilai universal: cinta kasih, keadilan, tanggung jawab sosial, dan pengabdian kepada Tuhan.

Indonesia adalah contoh nyata dari mozaik keberagaman yang indah. Dalam kebhinnekaan — suku, bahasa, agama, dan budaya — kita membangun bangsa. Prinsip “Bhinneka Tunggal Ika” bukan sekadar semboyan, melainkan fondasi perdamaian yang menuntut aktualisasi nilai-nilai luhur: hormat pada sesama, gotong royong, dan keadilan sosial.

Kebhinnekaan adalah jalan menuju harmoni, bukan konflik. Ia hanya akan indah jika dirawat dengan keadaban, keadilan, dan kesadaran kolektif bahwa kita adalah satu bangsa. Maka, merawat kebhinnekaan adalah tugas suci setiap warga negara dan umat beragama. Ia adalah cahaya di tengah kegelapan zaman—penuntun kita menuju Indonesia yang damai, adil, dan beradab.

“Perbedaan adalah rahmat, bukan pemisah; kebhinnekaan adalah kekuatan, bukan kelemahan. Mari kita jaga agar perbedaan menjadi jembatan, bukan jurang.Doalintasagama @Lt4mapoldasb 30062026.