SULUK RAMADHAN: Riyadhah Sipritual, Moral dan Sosial Kultum TVRI, Jumat, 23 Feb 2025 Oleh: Duski Samad 

Artikel Tokoh226 Views

SULUK RAMADHAN:

Riyadhah Sipritual, Moral dan Sosial

Kultum TVRI, Jumat, 23 Feb 2025

Oleh: Duski Samad 

Guru Besar Ilmu Tasawuf UIN Imam Bonjol

Ramadhan datang setiap tahunnya adalah untuk memberi kesempatan umat Islam melakukan suluk. Dalam tradisi dan praktik baik yang dilakukan pengamal tasawuf dan tarekat suluk sudah berjalan efektif, baik di bulan Ramadhan, begitu pula di hari-hari selain Ramadhan.

Suluk dilingkungan tarekat Naqsabandiyah berlangsung di surau atau halaqah dalam bimbingan mursyid dengan rakaian amaliah dzikir untuk menuju pencerahan ruhaniyah. Suluk ada pada surau di MTI Jaho, dan surau di MTI di daerah Payakumbuh, 50 Kota, Kabupaten Solok, Pasaman, Tanah Datar dan daerah lain dimana tarekat Naqsabandiyah kuat.

Suluk dalam tarekat sebagai praktik tazkiyah (pencerahan hati) menemukan Haq, atau riyadhah terstruktur dalam bimbingan mursyid adalah metode pembinaan jiwa yang di susun ulama tarekat dalam mendidik ruhani, dapat disebut pendidikan sipritualitas.

Suluk (السلوك) dalam Al-Qur’an dan Hadis merujuk pada perjalanan spiritual atau cara seseorang menempuh jalan menuju Allah. Kata “suluk” sendiri berasal dari akar kata س-ل-ك (salaka), yang berarti “menempuh jalan” atau “melewati suatu jalur.”

Istilah suluk secara eksplisit disebut dalam beberapa ayat, di antaranya surah An-Nahl: 69, artinya; “Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan (سُبُلَ) Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu).” (QS. An-Nahl: 69). Dalam ayat ini, kata “sulukan” bermakna “menempuh jalan yang telah ditentukan oleh Allah,” yang bisa dimaknai sebagai perjalanan spiritual menuju-Nya.

Dalam surah Al-Ankabut: 69, artinya..”Dan orang- orang yang bersungguh- sungguh dalam (menempuh) jalan Kami, pasti Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami…” (QS. Al-Ankabut: 69). Ayat ini menggambarkan konsep suluk sebagai usaha mendekatkan diri kepada Allah melalui perjuangan spiritual.

Pada surah Thaha: 135 artinya,”Katakan lah: ‘ Masing-masing (kita) sedang menempuh (سَلَكٌ) jalannya (menuju Allah), maka kelak kamu akan mengetahui siapa yang berada di jalan yang lurus dan siapa yang mendapat petunjuk.'” (QS. Thaha: 135)

Ayat Ini menunjukkan bahwa setiap orang sedang dalam perjalanan spiritualnya sendiri, dan hasil akhirnya tergantung pada jalur yang ia pilih.

Hadis juga berbicara tentang suluk dalam arti perjalanan spiritual, artinya menempuh Jalan Ilmu sebagai Jalan Menuju Surga.”Barang siapa yang menempuh jalan (سَلَكَ طَرِيقًا) untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699). Ini menunjukkan bahwa suluk dalam Islam bisa berupa perjalanan mencari ilmu sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah.

Sufi (Pengamal Tasawuf), melakukan suluk untum pembersihan diri. Suluk adalah latihan spiritual (riyadhah) dan perjalanan menuju makrifatullah (mengenal Allah). Hadis yang sering dikaitkan dengan suluk adalah: “Sesungguhnya di dalam jasad ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh tubuh; jika ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, itu adalah hati.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Suluk dalam tasawuf adalah usaha menyucikan hati agar mendekat kepada Allah. Suluk menjadi bagian dari metode penyucian jiwa (tazkiyatun nafs) untuk mencapai makrifatullah. Hakikat suluk adalah perjalanan spiritual seorang hamba menuju Allah dengan membersihkan hati, menghilangkan sifat-sifat tercela, dan menghiasi diri dengan akhlak mulia.

Dalam suluk, seorang salik biasanya dibimbing oleh seorang mursyid (guru spiritual) dalam tarekat tertentu.Tujuannya adalah mencapai makrifat, yaitu mengenal Allah dengan hati yang bersih dan jiwa yang suci. Perjalanan suluk itu sering digambarkan melalui tahapan-tahapan seperti syariat, thariqat, hakikat, dan akhirnya makrifat.

 

SULUK RAMADHAN

Suluk Ramadhan adalah perjalanan spiritual yang dilakukan seorang Muslim dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah selama bulan suci Ramadhan. Suluk ini mencakup penyucian jiwa, peningkatan ibadah, dan penguatan hubungan dengan Allah. Berikut beberapa esensi utama suluk di bulan Ramadhan:

1.Tazkiyatun Nafs (Penyucian Jiwa).

Ramadhan adalah momentum untuk menyucikan jiwa dari sifat-sifat buruk seperti riya’, hasad, dan cinta dunia berlebihan. “Sesungguhnya beruntunglah orang yang menyucikan jiwa itu.” (QS. Asy-Syams: 9). Suluk di Ramadhan berarti memperbanyak dzikir, tafakur, dan introspeksi diri untuk mengembalikan hati kepada fitrahnya.

 

2.Mujahadah (Bersungguh-sungguh dalam Ibadah). Ramadhan adalah bulan untuk memperdalam ibadah: Shaum (puasa) sebagai bentuk pengendalian diri. Shalat malam (qiyamul lail/tarawih) untuk mendekatkan diri kepada Allah. I’tikaf, sebagai suluk intensif dengan mengasingkan diri di masjid demi fokus ibadah. “Barang siapa yang menegakkan Ramadhan dengan iman dan ihtisab (penuh harap kepada Allah), maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Bukhari & Muslim)

3.Ta’alluq Billah (Mengikat Diri dengan Allah).

Suluk di bulan Ramadhan mengajarkan kita untuk bergantung sepenuhnya kepada Allah melalui Tawakkal setelah berikhtiar. Doa dan munajat yang lebih khusyuk. Meningkatkan keikhlasan dalam setiap ibadah. “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat…” (QS. Al-Baqarah: 186)

4.Takhalli, Tahalli, Tajalli (Proses Penyucian Spiritual dalam Suluk). Dalam tasawuf, suluk sering dikaitkan dengan tiga tahapan Takhalli, meninggalkan sifat buruk (ghibah, dengki, cinta dunia berlebihan). Tahalli..Mengisi diri dengan amal shalih (sholat, sedekah, membaca Al-Qur’an). Tajalli..Mencapai kesadaran spiritual dan merasakan kedekatan dengan Allah. Ramadhan memberi kesempatan untuk mengalami proses ini secara intensif.

 

SULUK JALAN TAQWA

Suluk Ramadhan adalah jalan lurus untuk menghadirkan kondisi internalisasi taqwa, Al-Baqarah: 183. agar kamu bertakwa.” Maknanya puasa yang sejatinya bertujuan untuk mendarahdagingkan taqwa. Dalam pendidikan Islam, taqwa adalah kesadaran moral dan spiritual yang mendalam terhadap Allah, yang mengarah pada disiplin diri, kejujuran, dan pengendalian hawa nafsu.

Puasa mendidik kesabaran, kedisiplinan, dan empati terhadap orang miskin. Ini adalah proses pembelajaran praktis yang melibatkan pengalaman langsung, bukan sekadar teori.

Metode pendidikan yang diterapkan dalam puasa mencakup pembiasaan (habit formation), pengendalian diri (self-control), dan internalisasi nilai-nilai spiritual, seperti dimuat Al-Baqarah: 2-3″Kitab (Al-Qur’an) ini tidak ada keraguan di dalamnya, petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, mendirikan shalat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka.”

Dalam pendidikan Islam, ada tarbiyah ruhiyah (pendidikan spiritual) yang menanamkan kebiasaan baik secara konsisten. Hadis Nabi (HR. Bukhari dan Muslim)”Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dengan iman dan penuh pengharapan akan pahala, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.

Analisis Pendidin dari Hadis ini menekankan motivasi spiritual dalam ibadah, yaitu iman dan harapan kepada Allah. Pendidikan dalam Ramadhan mencerminkan teori reward-based learning (pembelajaran berbasis penghargaan), di mana pahala dan pengampunan dosa menjadi motivasi utama untuk meningkatkan kualitas ibadah.

Pendidikan suluk dalam Ramadhan berfungsi sebagai pembentukan karakter (character building) yang mencakup disiplin dan konsistensi dengan menahan lapar dan menjaga ibadah. Empati dan kepedulian sosial dengan zakat, infak, dan sedekah.

Peningkatan Spiritual dengan tilawah, shalat malam, dan dzikir. Pengendalian Diri dari hawa nafsu, amarah, dan kebiasaan buruk. Ramadhan bukan sekadar ibadah ritual, tetapi juga metode pendidikan yang efektif untuk membentuk pribadi yang bertakwa.

 

Kesimpulan.

Kultum ini menekankan bahwa Ramadhan adalah momen istimewa bagi umat Islam untuk melakukan suluk, yaitu perjalanan spiritual mendekatkan diri kepada Allah.

Dalam tasawuf, suluk adalah upaya menyucikan hati melalui ibadah, introspeksi, dan bimbingan seorang guru spiritual. Konsep ini didukung oleh ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis yang menggambarkan suluk sebagai jalan menuju Allah, baik melalui ilmu, ibadah, maupun penyucian jiwa.

Di bulan Ramadhan, suluk dilakukan dengan penyucian jiwa (tazkiyatun nafs), peningkatan ibadah (mujahadah), dan penguatan hubungan dengan Allah (ta’alluq billah). Ini mencakup puasa, shalat malam, i’tikaf, dzikir, dan introspeksi diri, yang semuanya bertujuan membentuk pribadi bertakwa sebagaimana disebut dalam QS. Al-Baqarah: 183.

Suluk Ramadhan juga mencerminkan proses Takhalli (meninggalkan sifat buruk), Tahalli (mengisi diri dengan amal shalih), dan Tajalli (mencapai kesadaran spiritual). Dari perspektif pendidikan Islam, Ramadhan berfungsi sebagai metode pembentukan karakter, mengajarkan disiplin, empati, dan pengendalian diri.

Kesimpulannya, Suluk Ramadhan adalah kesempatan untuk meningkatkan kualitas spiritual, moral, dan sosial, sehingga umat Islam dapat mencapai derajat takwa yang lebih tinggi setelah bulan suci berakhir. Ds. 21022025.

Leave a Reply