TAUHID MERDEKA
Oleh: Duski Samad
Guru Besar UIN Imam Bonjol
Tauhid adalah pengakuan, keyakinan, dan pengamalan bahwa hanya Allah subhanahu wataa’ala satu-satunya Tuhan, Pencipta, dan Pengatur alam semesta (QS. Al-Ikhlash: 1–4).
Dalam konteks kebangsaan, tauhid menjadi pondasi moral dan ideologis yang membentuk integritas pribadi dan kolektif.”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
Hadis: “Sebaik-baik ucapan yang aku dan para nabi sebelumku ucapkan adalah: La ilaha illallah” (HR. Tirmidzi).
Tauhid Pondasi Kemerdekaan.
Kemerdekaan sejati adalah kebebasan dari penghambaan kepada selain Allah—baik penjajahan fisik, penjajahan ekonomi, maupun penjajahan budaya.
Sejarah perjuangan Indonesia menunjukkan bahwa ulama pejuang seperti Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, dan Hadratussyekh Hasyim Asy’ari menanamkan semangat jihad dan cinta tanah air berlandaskan tauhid.
Tauhid membebaskan dari ketergantungan pada manusia, sehingga bangsa memiliki kemandirian politik, ekonomi, dan budaya.
Tauhid Motor Kemajuan.
Tauhid membangun etos kerja: Seorang mukmin memandang kerja sebagai ibadah (amal shalih), sehingga berorientasi pada kualitas, bukan sekadar keuntungan.
Tauhid melahirkan integritas dan anti-korupsi: Keyakinan akan pengawasan Allah (muraqabah) mencegah penyalahgunaan amanah. Tauhid memacu inovasi dan ilmu pengetahuan: Al-Qur’an memerintahkan iqra’ (membaca), tafakkur, dan tadabbur, sehingga umat terdorong maju dalam sains dan teknologi.
Tauhid Perekat Persatuan
Bangsa yang beragam seperti Indonesia membutuhkan nilai tunggal pemersatu. Tauhid menegaskan kesetaraan manusia di hadapan Allah (QS. Al-Hujurat: 13).
Mengikis fanatisme sempit dan menumbuhkan ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan).
Dalam Pancasila, nilai tauhid tercermin pada sila pertama:Ketuhanan Yang Maha Esa.
Tauhid Melemah
Kemerdekaan hanya formal, tetapi mental masih terjajah oleh materialisme dan hedonisme. Mudah terpecah oleh kepentingan politik dan identitas sempit.
Hilangnya moral dan maraknya korupsi, ketidakadilan, serta dekadensi sosial. Itu semua indikasi melemahnya tauhid umat dan bangsa.
Tauhid untuk Bangsa Maju
Pendidikan berbasis aqidah sejak dini, mengintegrasikan tauhid dalam kurikulum formal dan nonformal.
Keteladanan pemimpin yang berakhlak tauhidi.
Gerakan ekonomi tauhidi: mandiri, halal, berkeadilan, dan anti-riba. Penguatan ukhuwah lintas suku dan budaya dengan prinsip “Bhinneka Tunggal Ika” yang dilandasi tauhid.
Tauhid bukan hanya urusan ibadah personal, tetapi strategi peradaban. Bangsa yang menegakkan tauhid akan merdeka secara lahir-batin, memiliki karakter kuat, bersatu, dan maju dalam ilmu, ekonomi, dan budaya. Tauhid adalah energi spiritual dan moral yang menggerakkan bangsa menuju puncak kemuliaan.
TAUHID MERDEKA
Dalam al-Qur’an Surat . Al-An‘am: 82 ..”Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Pesannya mesti memerdekan dari kezaliman, kebodohan, ketertindasan dan penjajahan terhadap kaum lemah.
Dalam Tafsir Ibn Kathir dijelaskan bahwa
Zhulm (kezaliman) dalam ayat ini dimaknai syirik, sebagaimana penjelasan Nabi kepada para sahabat yang awalnya takut ayat ini berat dijalankan.
Iman yang murni dari syirik menjadikan seorang hamba mendapatkan amn (keamanan) di dunia dan akhirat, serta ihtida’ (petunjuk) sehingga menjadi manusia merdeka
Tafsir Al-Tabari menekankan makna “tidak mencampura dukkan” sebagai kemurnian akidah tanpa unsur penyembahan selain Allah. Itu adalah prasyarat untuk murninya tauhid.
Keamanan di sini bukan sekadar aman fisik, tetapi ketenangan batin dan kokohnya tatanan sosial.
Tafsir Al-Qurtubi menulis bahwa
iman yang bercampur dengan syirik politik, syirik ketaatan, atau syirik dalam hukum akan merusak sendi keamanan kolektif umat.
Tauhid menjadi landasan hukum dan keadilan sosial.
Sayyid Qutb (Fi Zhilal al-Qur’an) menafsirkan
ayat ini adalah piagam kemerdekaan rohani: membebaskan manusia dari perbudakan sesama manusia.
Masyarakat yang tauhidnya murni tidak akan tunduk pada tirani atau sistem yang menghalangi kedaulatan Allah.
M. Quraish Shihab (Tafsir Al-Mishbah) menulis bahwa keamanan yang dijanjikan mencakup rasa aman psikologis, sosial, dan politik. Iman murni adalah modal membangun bangsa yang adil dan damai.
Analisis Tauhid Merdeka sebagai Modal Politik
Kedaulatan atas dasar tauhid. Negara tidak tunduk pada kekuatan asing yang menafikan nilai ilahi. Integritas pemimpin. Pemimpin yang bertauhid tidak menjual kedaulatan demi keuntungan kelompok atau asing.
Kebebasan dari tirani. Masyarakat bertauhid menolak penindasan, diskriminasi, dan korupsi.
Indonesia memiliki Pancasila yang sila pertamanya Ketuhanan Yang Maha Esa — sejalan dengan tauhid murni.
Ancaman saat ini di antaranya syirik modern materialisme, hedonisme, kultus individu, dan oligarki politik.
Ancaman serius zhulm politik. Kebijakan yang merugikan rakyat demi elit atau asing.
Tauhid merdeka menuntut: Reformasi politik berbasis nilai ilahi. Kemandirian ekonomi agar bangsa tidak bergantung secara total pada kekuatan luar. Persatuan umat lintas mazhab dan suku dengan landasan iman.
Relevansi Strategis.
Politik Berdaulat:
Iman murni menghasilkan keberanian menolak intervensi asing yang menggerus sumber daya bangsa.
Ekonomi Merdeka: Tauhid mendorong etos kerja halal, anti-riba, dan distribusi adil (zakat, wakaf).
Budaya Berkarakter: Menghidupkan kembali semangat gotong royong dan keadaban publik yang berakar pada nilai agama.
Kesimpulan
Tauhid adalah pengakuan, keyakinan, dan pengamalan bahwa hanya Allah satu-satunya Tuhan dan Pengatur alam semesta (QS. Al-Ikhlash: 1–4; QS. Adz-Dzariyat: 56). Ia merupakan pondasi moral, ideologis, dan peradaban yang memerdekakan manusia dari segala bentuk penghambaan selain kepada Allah.
Tauhid Pondasi Kemerdekaan
Membebaskan dari penjajahan fisik, ekonomi, dan budaya.
Menjadi sumber kemandirian politik, ekonomi, dan budaya, sebagaimana diteladankan ulama pejuang bangsa.
2.Tauhid Motor Kemajuan.
Melahirkan etos kerja ibadah, integritas, dan inovasi ilmu pengetahuan. Membangun budaya anti-korupsi melalui kesadaran pengawasan Allah (muraqabah).
3.Tauhid Perekat Persatuan.
Menegaskan kesetaraan manusia di hadapan Allah (QS. Al-Hujurat: 13). Mengikis fanatisme sempit dan memperkuat ukhuwah wathaniyah.
4.Tauhid Melemah = Bangsa Terjajah.
Mentalitas materialistik, hedonis, dan koruptif. Mudah dipecah-belah oleh kepentingan politik sempit.
5.Tauhid untuk Bangsa Maju.
Pendidikan berbasis aqidah sejak dini. Keteladanan pemimpin yang berakhlak tauhidi.
Gerakan ekonomi mandiri, halal, berkeadilan, dan anti-riba. Penguatan ukhuwah lintas suku dan budaya.
6.Landasan Qur’ani – QS. Al-An‘am: 82
Iman murni dari syirik menjamin keamanan dan petunjuk. Tafsir Ibn Kathir, Al-Tabari, dan Al-Qurtubi: keamanan mencakup batin, sosial, dan tatanan hukum.
Sayyid Qutb: tauhid sebagai piagam kemerdekaan rohani. Quraish Shihab: keamanan meliputi dimensi psikologis, sosial, dan politik.
7.Tauhid sebagai Modal Politik, Ekonomi, dan Budaya
Politik berdaulat: menolak intervensi asing yang merugikan bangsa.
Ekonomi merdeka: menggerakkan zakat, wakaf, dan distribusi adil.
Budaya berkarakter: menghidupkan gotong royong dan adab publik.
Penegasan
Tauhid Merdeka adalah strategi peradaban. Ia menuntut kemurnian akidah, kedaulatan politik, kemandirian ekonomi, dan persatuan umat. Bangsa yang teguh tauhidnya akan merdeka lahir-batin, memiliki karakter kokoh, bersatu, adil, dan maju menuju puncak kemuliaan. ds.15082025.