Peran Moderasi Beragama Dalam Menanamkan Karakter Yang Rahmatan Lil ‘Alamin Di Madrasah Ibtidaiyah
Aas Nur Farida
Sekolah Tinggi Agam Islam Darul Falah
Untuk dapat menanamkan karakter yang baik dalam pendidikan, maka perlu adanya pengenalan serta pembiasaan pada setiap individu untuk mencapai tingkat yang diinginkan. Untuk menciptakan generasi indonesia yang saling menghormati, tolong menolong serta hidup rukun perlu adanya moderasi beragama. Moderasi beragama merupakan salah satu Program Nasional Atau Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional yang dibuat salah satunya untuk menjadikan Indonesia memiliki sikap yang moderat serta menjunjung nilai-nilai toleransi serta keberagaman antara satu sama lain. Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai ras, suku, budaya serta agama yang berbeda-beda. Dalam moderasi beragama kita diajarkan bagaimana hak serta keselarasan dalam bersikap maupun bertindak baik di lingkungan sekitar maupun di sekolah. Penanaman moderasi beragama sejak usia dini penting untuk memberikan suatu penanaman karakter yang baik dan unggul. Karena, peran moderasi beragama di sini tidaklah hanya sebatas pemupukan mengenai konsep moderasi itu sendiri tapi perlu adanya sebuah pembiasaan agar anak dapat mengimplementasikan dalam kehidupan nyata. Dalam contoh kecil penanaman karakter yang dilakukan agar anak memiliki sikap yang toleran, inklusif serta menghargai perbedaan dilakukan dengan pemberian materi pelajaran yang diintegrasikan dengan nilai-nilai moderasi beragama, kemudian guru memberikan contoh bagaimana Islam menekankan keseimbangan dan keadilan khususnya menanamkan karakter yang rahmatan lil’alamin yang menekankan konsep islam sebagai rahmat atau hidayah bagi alam semesta tidak hanya pada manusia. Rahmatan lil’alamin bisa diartikan juga sebagai bentuk kasih sayang, kata “rahmatan” yaitu kasih sayang yang tulus serta mengharapkan kebaikan sedangkan kata “alamin” yang berarti adalah untuk alam semesta dan seisinya. Penting adanya penanaman karakter yang rahmatan lil’alamin khususnya sejak usia dini. Oleh karena itu, dalam moderasi beragama memiliki peran penting untuk menanamkan karakter siswa yang rahmatan lil’alamin di Madrasah Ibtidaiyah
- Integrasi Nilai-Nilai Moderasi Beragama Dengan Mata Pelajaran
Integrasi adalah sebuah penggabungan untuk menyatukan keterkaitan antara satu dengan yang lainnya. Dalam integrasi nilai-nilai moderasi beragama dengan mata pelajaran ini penting. Karena sebagai bentuk atau cara yang dapat dilakukan dalam pembentukan karakter siswa yang rahmatan lil’alamin, contoh penanaman nilai moderasi dengan mata pelajaran yaitu Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menekankan ajaran Islam yang seimbang (wasathiyah), kasih sayang, dan toleransi. Kata washatiyyah yang berarti pertengahan dimana dalam hal ini tidak memberatkan salah satu pihak maupun suatu penyimpangan, kemudia pada mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) disini menekankan bahwa moderasi beragama dalm menciptakan karakter yang rahmatan lil’alamin dengan mengajarkan persatuan, keberagaman, dan sikap moderat dalam beragama. Kemudian ada pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dalam mata pelajaran ini bisa diambil dalam mewujudkan pembentukan siswa contohnya dengan melatih siswa berpikir kritis dan berkomunikasi dengan bahasa yang santun dan tidak provokatif. Selanjutnya pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dalam hal ini bisa dilakukan dengan cara mengenalkan beberapa tokoh-tokoh Islam yang moderat serta sejarah Islam yang menghargai keberagaman serta perbedaan antar satu dengan yang lainnya.
- Penguatan Moderasi Beragama dalam Kegiatan Ekstrakurikuler
Pada kegiatan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan minat siswa. Ekstrakulikuler juga dapat membantu dalam mewujudkan penanaman karakter yang baik serta unggul pada Kegiatan Keagamaan. Contohnya pada kegiatan ini siswa diajak dan dibiasakan dalam sebuah kegiatan positif yang mengarahkan pada kebaikan bisa dilihat seperti pembiasaan Pengajian, doa bersama, dan kajian Islam yang menekankan nilai kasih sayang dan persatuan. Selian ada pada kegiatan keagamaan juga ada pada kegiatan Kegiatan Sosial contohnya seperti bakti sosial, gotong royong, dan kerja sama antar siswa tanpa membeda-bedakan latar belakang setiap orang. Pada penguatan moderasi beragama juga bisa dilakukan dengan mengadakan sebuah Lomba dan Karya Ilmiah contohnya dengan Membuat karya tulis, pidato, atau ceramah yang mempromosikan Islam yang moderat atau al-washatiyyah.
- Penerapan dalam Metode Pembelajaran
Dalam setiap pembelajaran seorang guru pasti memiliki cara atau metode yang berbeda antara guru satu dengan yang lainnya, dengan hal itu proses belajar mengajar akan lebih efektif serta terarah. Dalam penerapan metode pembelajaran contohnya dapat diambil dengan salah satu Pendekatan Dialogis yaitu di mana seorang guru mengajak siswa berdiskusi dan memahami perbedaan pendapat dengan bijak. Selain itu, memberikan hak kepada siswa untuk dapat menyalurkan pendapatanya. Selanjutnya ada pada Metode Studi Kasus. Pada metode ini membahas peristiwa sejarah atau kejadian nyata terkait moderasi beragama dan serat bagaimana cara menyikapinya dalam setiap individualisme. Selain itu, ada pada metode yaitu Pembelajaran Kontekstual. Metode ini menggunakan cara dengan menyambungkan nilai moderasi beragama dengan kehidupan sehari-hari siswa atau kehidupan konkret secara nyata, penggunaan metode CTL ini dapat mempermudah siswa dalam memahami suatu materi karena related dengan kehidupa mereka.
- Penciptaan Lingkungan Sekolah yang Inklusif
Membangun lingkungan sekolah yang inklusif dan harmonis adalah upaya penting untuk menciptakan suasana belajar yang mendukung perkembangan setiap individu. Lingkungan inklusif dan harmonis adalah lingkungan yang menghargai dan merangkul semua individu tanpa memandang latar belakang mereka. Di sekolah, hal ini berarti menciptakan suasana di mana setiap siswa, guru, dan staf merasa diterima, dihargai, dan didukung. Ciri-cirinya meliputi penghargaan terhadap keberagaman, budaya saling menghormati, aturan yang berkeadilan, dukungan untuk semua siswa, serta kolaborasi dan keterbukaan. Dengan menciptakan lingkungan seperti ini, sekolah tidak hanya menjadi tempat belajar akademis, tetapi juga wadah pembentukan karakter yang toleran, berempati, dan siap menghadapi tantangan global. Hal ini dapat dilakukan dengan mengembangkan budaya sekolah yang penuh kasih sayang dan menghargai keberagaman, atau yang dikenal sebagai rahmatan lil’alamin. Dalam lingkungan seperti ini, guru dan siswa didorong untuk saling menghormati tanpa memandang perbedaan ras, suku, budaya, atau agama. Tujuannya adalah agar setiap anggota sekolah merasa aman, nyaman, dan dihargai, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Selain itu, penerapan aturan sekolah yang moderat dan berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan, seperti anti-bullying dan anti-diskriminasi, juga penting untuk menanamkan sikap toleransi dan empati pada siswa.
- Mencegah Sikap Ekstremisme dan Fanatisme
Mencegah sikap ekstremisme dan fanatisme di kalangan siswa adalah langkah penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai moderasi beragama, yang mengajarkan pemahaman Islam yang seimbang tidak terlalu ekstrem maupun terlalu longgar. Siswa perlu diajarkan untuk memahami ajaran agama dengan pendekatan yang damai, bijaksana, dan penuh hikmah. Selain itu, penting juga untuk menjelaskan apa itu ekstremisme dan fanatisme, bagaimana ciri-cirinya, serta cara menghindarinya. Fanatisme, misalnya, adalah sikap berlebihan terhadap sesuatu tanpa mempertimbangkan perspektif lain, sehingga cenderung tidak seimbang. Penanaman karakter yang moderat dan berpikir kritis sangat diperlukan agar siswa terhindar dari sikap-sikap tersebut. Sehubung dengan itu peran guru sangat penting dalam upaya ini. Guru harus memberikan pemahaman yang mendalam tentang ajaran agama, tidak hanya secara tekstual tetapi juga kontekstual, sehingga siswa mampu merefleksikan makna dan dampaknya dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga perlu diajak untuk berpikir kritis tentang konsekuensi dari sikap dan tindakan mereka. Dengan pendekatan ini, siswa diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang moderat, toleran, dan mampu menghargai perbedaan, sehingga terhindar dari pemikiran atau perilaku yang ekstrem. Pendidikan moderasi seperti ini tidak hanya membentuk karakter siswa yang baik, tetapi juga menciptakan generasi yang damai dan siap hidup dalam masyarakat yang beragam.
- Menjaga Persatuan dan Kesatuan dalam Keberagaman
Dalam Moderasi beragama untuk menciptakan karakter siswa yang rahmatan lil’alamin seorang pendidik atau guru memiliki peran yang penting dalam penanaman ini contohnya dengan cara membantu siswa memahami bahwa Islam mengajarkan persaudaraan universal yaitu mengajarkan persahabatan. Pertemanan maupun sebuah persaudaraan itu tidak dibatasi oleh hanya sebatas suatu perbedaan tetapi bersifat universal tadi atau semua tanpa adanya membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. Kemudian Guru juga perlu menekankan pentingnya akan suatu ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan kebangsaan), dan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia). Mengajarkan bahwa perbedaan bukan alasan untuk berpecah belah, melainkan sebagai rahmat atau penuh dengan kasih sayang yang berlandaskan sebuah etika maupun moral yang ditanamkan sejak usia dini sebagai sebuah suatu pembiasaan agar terciptanya sebuah persatu dan kesatuan dalam keberagaman yang bermoderasi.
Kesimpulan
Dalam mewujudkan sebuah karakter siswa yang berakhlakul karimah yang berlandasakan rahmatan lil’alamin peran penting dalam moderasi beragama itu memerlukan peran penting seorang guru, sekolah maupun lingkungan masyrakat yang mendukung. Karena siswa pada usia dini mereka diajarkan untuk bersikap baik, toleransi serta terciptanya kasih sayang antara satu dengn yang lainnya hingga terciptanya sebuah keharmonisan tanpa adanya perbedaan naik itu dari ras, suku, budaya maupun agam yang dianutnya. Peran moderasi beragama disini tidak hanya memberikan pelajaran pada siswa untuk bersikap moderat atau washatiyyah tetapi memberikan akan hak dan kewajuban terutama pada setiap muslim dalam kehidupannya. Dari rahmatan lil’alamin kita belajar bahwa bersikap, berpikir serta memutuskan akan suatu tidak hanya untuk manusia saja tetapi untuk dunia alam serta isinya termasuk kepada lingkungan, hewan, tumbuhan, benda dan lain-lain. Rahmatan lil-alamin juga sebagai sebuah wadah sehingga individu lebih taqorrub atau dekat dengan Sang Pencipta, serta menjadikan lebih taat dalam ibadah dan berperilaku sesuai sunnah nabi Rasullullah SAW. Sehingga terciptanya insan yang mulia dan berakhlakul karimah dan memliki rasa toleransi sesama muslim maupun non-muslim dalam setiap perbedaannya. Peran moderasi beragama mengajarkan agar setiap individu tidak hanya fokus pada agama tetapi akan kewajibannya sebagai seorang muslim dan penaman sunnah-sunnah yang dianjurkan untuk menjadikan seorang siswa lebih berkualitas, hormat dan patu kepada sesama.